Dua puluh empat

3.7K 237 8
                                    

Happy reading guys

Jangan lupa tinggalkan jejak


*****

"Adela, bangun." Ucap Clavin seraya mengusap-ngusap wajah Adela dengan tangan sebelah kiri.

Adel sama sekali tidak terganggu oleh aksi Calvin yang mencoba membangunkannya. Calvin mencoba menciumi tangan Adel yang sedari tadi ia genggam, tapi itu juga tidak berhasil membuat Adel terbangun. Calvin memajukan badannya dan dia menciumi wajah Adel dari mulai kening kemudian Hidung, kedua pipi dan yang terakhir bibir Adel yang menjadi favoritnya, Calvin bahkan melumat bibir Adel pelan untuk beberapa detik.

Aria yang melihatnya dari sofa hanya membelakakan matanya, tidak percaya dengan tingkah laku Calvin yang melumat bibir Adel. Dokter memang menyuruh membangunkan Adel dari tidurnya, karena Adel sebentar lagi akan melakukan operasi pembersihan rahim. Tapi tidak melumat bibir Adel juga di depan matanya dan juga suster yang di tugaskan untuk mengecek keadaan Adel.

Calvin tersenyum melihat Adela-nya mulai terganggu dengan aksinya. dan ia meneruskan aksinya yang melumat bibir Adela-nya. Adel sudah terbangun tapi ia tidak membuka matanya. Ia begitu hapal 'ini pasti sudah pagi' batinnya. Calvin pasti meminta jatah sarapannya.

"Bisakah aku tidur sebentar lagi, setelah itu kau boleh meminta jatah sarapan mu." Gumam Adel pelan.

Calvin menghentikan aksinya, Dan memperhatikan Adela-nya. Sepertinya Adela-nya belum menyadari apa yang terjadi terhadapnya.

Tapi kemudian Adel tersadar bahwa ia sedang berada di rumah sakit, dan kemarin ia baru saja kehilangan calon bayinya yang sangat di inginkan oleh Calvin. Adel langsung membuka matanya sempurna, dan Adela terburu-buru mendudukan badan nya sehingga kepalanya malah terbentur dengan kepala Calvin. dan mengaduh kesakitan.

Calvin terkekeh dan melepaskan genggaman tangan kanannya dari tangan Adel, lalu mengusap-ngusap kepala Adel. Dan Adel yang awalnya seperti ketakutan, akhirnya diam. Ia merasakan kehangatan dari Calvin saat pria itu tersenyum dan mengusap kepalanya.

Si pria tua yang itu sudah mulai melembut. Pikir Adel. Tidak seperti saat di pesawat. Cuek, galak, dan menyebalkan.

semenjak berakhirnya perdebatan yang menyebalkan dengan Raymond yang di menangkan oleh Calvin, Ia langsung memasuki ruang rawat inap Adela-nya dan menggenggam tangan Adela-nya, dan itu  sudah lebih dari dua jam. Selama itu pula ia merenungkan hubungannya dengan Adela-nya, dan Calvin juga memikirkan bagaimana ia akan memberitahu Adela-nya kalau ia adalah pria tampan yang di lamar Adela-nya saat Adela-nya masih berumur enam tahun.

"Calvin, ." panggil Adel pelan. Sesungguhnya ia takut. Meskipun Calvin sudah bersikap lebih manusiawi. Tapi tetap saja, Adel melakukan kesalahan yang sangat fatal. Membunuh calon bayi nya Calvin. Padahal pria tua itu sangat menginginkan seorang keturunan.

"Iya." jawab Calvin seraya masih mengusap kepala Adela-nya.

"Aku minta maaf, aku--" Ucapan Adel terputus karena Calvin menaruh satu jarinya di depan mulut Adel seraya mengelengkan kepalanya.

"Tidak ada yang perlu di maafkan." Ujar Calvin lembut seraya menatap Adel dalam saat mata mereka bertemu.

"Tapi--"

"Sssseeeett."

Calvin menaruh kembali jarinya lagi di mulut Adel.

"Jangan banyak berbicara," pinta Calvin seraya menatap Adel intens, dan Calvin hanya diam begitu pula dengan Adel yang masih ada rasa sedikit takut terhadap Calvin.

"Dan percayalah padaku." Pada akhirnya hanya ucapan seperti itu yang ia keluarkan dari mulutnya, padahal sedari tadi ia sudah berusaha merangkai kata-kata untuk meminta maaf dan mengakui tentang jati  dirinya.

Love The Old Man (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang