Kalau ada typo tolong di rokersi.
Happy reading.
*****
"hallo mom" sapa Calvin begitu telponnya tersambung.
"Darling, apa kabarmu.?"
"Aku sangat baik mom." Jawab Calvin seraya tersenyum.
"Dasar pedofil."
"Mom!." tegur Calvin tidak suka di bilang pedofil.
"Aku menikahi wanita dewasa bukan anak kecil."
"Kau pura-pura lupa rupanya."
"Hahahaha." Calvin memasukan tangannya yang bebas ke dalam saku celananya seraya bersandar di dekat pintu keluar arah balkon.
"Aku bahagia akhirnya kamu menikah. Aku sangat takut, saat kamu bilang tidak akan pernah menikah kecuali dengan Adela. Aku berharap bertemu Adela secepatnya."
"Aku juga bersyukur pria itu mati."
"Calvin!."
"Bukan aku yang membunuhnya mom."
"Ya, seandainya kamu tidak terlambat waktu itu. Mungkin mom masih bisa bertemu dengan lily."
"Maaf kan aku mom."
"Sudahlah Calvin, ini bukan salahmu."
"Bagaimana kabar mu mom.?"
"Aku baik, hanya saja Daddy mu masih belum sehat seperti semula."
"Mom.!"
"Bagaimanapun darah yang mengalir di tubuhmu adalah darahnya Calvin."
"Aku akan menelpon lagi nanti mom, Adela sudah menungguku." Pamit Calvin dengan wajah mengeras menahan emosinya, dan langsung mematikan sambungan telponnya saat melihat Adel sudah siap.
Wanita yang begitu ia sayangi bahkan tega pergi meninggalkan dirinya saat ia akan mempertemukan nya dengan Adela, hanya dengan menerima telpon dari pria brengsek yang sudah menyia-nyiakan dirinya. Calvin tidak bisa menerimanya. Bagaiman pria brengsek itu menyakitinya, kenapa tidak sekalian saja pria brengsek itu mati? Kenapa hanya kecelakaan kecil? Kenapa juga mommy nya masih saja mencintai pria brengsek itu. Pikir Calvin.
Calvin berjalan terlebih dahulu keluar dari kamar di ikuti oleh Adel. Adel tersenyum melihat tubuh Calvin, ia merasa senang apa aja yang di perbuat oleh lelaki itu. Aneh bukan, padahal ia menikah hanya untuk membalas budi atas apa yang di perbuat oleh Calvin kepada Mia dan juga anak-anak nya. Apakah ia sudah jatuh cinta, atau dia hanya senang akan sentuhan Calvin? Pikir Adel tidak mengerti, ia hanya ingin menikmati saja sampai semuanya berakhir.
"Kau lamban, lebih cepat bisa kan." Calvin melihat Adel berjalan dengan santai saat mereka sudah sampai di lobby hotel. Calvin bahkan sudah menunggu Adel untuk beberapa saat, tapi Adel berjalan seperti keong, sangat pelan.
Adel melihat Calvin dengan heran bagaimana bisa pria tua di depannya ini berubah secepatnya itu. Tadi bahkan setelah mereka bercinta singkat Calvin sempat mencium pipi nya, seperti orang yang menyayangi Adel. Kenapa sekarang tiba-tiba berubah apalagi dengan wajah yang mengeras, mungkin pria tua di depannya ini mempunyai kepribadian banyak.
Calvin menggenggam tangan Adel, dan berjalan dengan cepat. Adel sampai kewalahan menyamai langkah Calvin yang cepat. Apalagi Calvin mempunyai langkah yang lebar.
"Bukan kah kau ingin bermain, bermainlah sepuas mu, saya menunggu di sana." Tunjuk Calvin ke arah kursi pantai yang jauh dari mereka, saat mereka sudah berjalan lumayan jauh dari hotel yang mereka tempati, dan Calvin langsung pergi meninggalkan Adel yang masih terbengong-bengong mencerna ucapan Calvin. Ternyata Calvin hanya baik kalau di atas ranjang saja, kalau sudah di luar Calvin masih sama saja, menyebalkan. Adel melihat ke sekelilingnya hamparan pasir putih yang indah. Dari pada memikirkan Calvin yang menyebalkan lebih baik bermain di pantai bukan. Seperti perintahnya pria tua tadi, bermain sepuasnya. Pikir Adel. Apalagi sekarang sudah sore pasti sebentar lagi akan ada senja yang indah karena cuaca juga cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Old Man (Revisi)
RomanceSaya sudah berusia empat puluh dua tahun. saya butuh seorang pendamping dan keturunan saya menginginkan anda nona Adel. Calvin Dadrick