Dua puluh Tiga

3.8K 222 7
                                    

Calvin masuk ke dalam ruangan Rawat Raymond. Sebelumnya ia mengintip terlebih dahulu ke dalam ruangan Adel dari pintu,  Adel masih tertidur dan Aria sedang memainkan handphonenya di sofa yang tidak jauh dari ranjang Adela-nya.

Raymond tersenyum saat sahabatnya itu masuk dengan muka lelah, Ia sudah mendengar tentang kejadian Adel yang keguguran dari istrinya. Raymond tau Calvin juga sangat kehilangan atas calon bayinya,. Tapi ya namanya juga Calvin, ia selalu bisa menyembunyikan perasaan nya terhadap siapapun itu.

"Bagaimana keadaan mu.? tanya Calvin saat sudah duduk di kursi di samping ranjang Raymond.

"Sudah lumayan membaik." Jawab Raymond. "Aku turut berduka cita atas kepergian calon keponakan ku." Lanjut Raymond dengan nada pelan.

Calvin menarik nafasnya dalam, Raymond, sahabatnya itu terlalu hapal tentang dirinya. Bagaimanapun ia menyembunyikan perasaan nya dari orang lain. Ia tidak akan bisa kalau dari Raymond.

"Aku seorang bajingan dan juga pengecut, tentu saja aku pantas kehilangan nya iya kan,?" Tanya Calvin putus asa dengan suara sangau.

Raymond mengelengkan kepalanya. "Kau memang pengecut, tapi kau bukan bajingan Calvin."

"Aku menjerat Adela dengan keputusasaan ku, setelah itu aku semena-mena dengan nya. Anak yang di kandung Adela mungkin tau, bagaimana sikap aku terhadap Adela, mungkin calon bayiku takut punya ayah seperti diriku yang terlahir dari seorang bajingan juga. Tapi Raymond, aku tidak akan memperlakukan anak ku dan Adela seperti apa yang pria berengsek itu lakukan terhadap aku dan mom,. terlebih aku sangat mencintai Adela, hanya dia satu-satunya wanita yang aku cintai dari dulu sampai sekarang tidak ada wanita lain." Ujar Calvin lirih.

"Dari dahulu?" Raymond bertanya dengan mulut menganga. tentu saja Rayond tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan. Dan Calvin menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"kau mencintainya dari daluhu. kenapa aku tidak tau, bahkan aku tidak pernah tau kau mempunyai wanita selain adik angkatan semasa kita kuliah dulu." Lanjut Raymond.

Saat Raymond mengatakan kuliah, Calvin sadar dengan tujuan awalnya ia menemui Raymond, bukan untuk berkeluh kesah tentang kegalau'an hatinya. melainkan untuk bertanya tentang Henry Dauglas teman seangkatan kuliah nya dahulu.  salahkan Raymond terlalu peka terhadap dirinya, pikir Calvin.

"Apa kau mengingat Teman seangkatan kuliah kita yang bernama Henry dauglas.?" Tanya Calvin.

"Apa kau merebut Adel darinya?" Raymond malah balik bertanya. "Aku tidak mendengar kau bertengkar dengan pria yang namanya kau sebutkan tadi semasa kita kuliah dulu"

"Ini tidak ada hubungan nya dengan Adela." balas Calvin jengkel, lagian kapan sih Calvin berantem hanya gara-gara wanita dulu saat di kampus. tidak, ia tidak pernah. tidak penting,  yang ada wanita yang mengejar-mengajar nya.

"Owh, terus kapan kau bertemu dengan Adel dulu, aku dimana sih sampai aku nggak tau waktu itu."

"kau sedang sibuk mengejar Asisten dosen yang memakai Kacamata tebal." jawab Calvin ketus.

"Serius?"

"Dengar Raymond, yang pertama Adel baru berumur dua puluh lima tahun, sedangkan kita sudah empat puluh dua tahun, tujuh belas tahun perbedaan nya umur antara aku dan Adela. jadi saat kita kuliah dulu Adel  masih sekitar tiga sampai lima tahunan. Adela tidak ada hubungan nya dengan kuliah kita dulu." Ujar  Calvin.

"OH GOD." Raymond tersenyum senang setelah dia mengerti apa yang di ucapkan oleh Calvin.

"Adel adalah gadis bayi mu.?" Dan Calvin mengangguk dengan mantap.

Love The Old Man (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang