Empat

10.1K 451 8
                                    

Ting..

Bunyi  notifikasi pesan masuk ke handphone Adel.  Adel masih bingung harus bagaimana?, yang ia lakukan hanya melihat enggan terhadap handphone nya yang berada di atas meja.  Adel tau  pesan itu dari si pria tua, karena selama ini tidak ada yang repot-repot mengirim pesan kepadanya, kecuali Aria. Sekarang Adel masih berada di cafe Aria, tidak mungkin Aria mengirimkan nya pesan bukan.

Mau tidak mau, dan tambah penasaran Adel akhirnya mengambil handphone nya. Dengan perasaan was-was Adel pelan-pelan membuka pesan masuk. Nomor tidak di kenal.

Saya berada di parkiran cafe Aries, tolong cepat masuk ke mobil saya.

"Eeeehh!"

Bagaimana tau si pria tua itu Adel disini. Gumam Adel dengan muka bingung.

Tapi orang lain yang melihat nya seperti muka orang bodoh.

"Dasar pria tua sinting, disini banyak mobil terparkir bagaimana aku tau mobil dia yang mana." Dumel Adel berbicara dengan dirinya sendiri, sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Mungkin saja pria itu bersandar di mobil nya seperti yang di lakukan pria ketika menunggu kekasihnya. Seperti yang Adel baca di novel-novel romance. Tapi nihil ternyata enggak seperti itu. Pria tua itu nggak ada.

Ketika alunan suara merdu Ed Sheeran yang berjudul perfect yang telah lama menjadi nada panggilan masuk ke telpon nya berdering. Adel langsung mengambil telpon di dalam tas, dan melihat siapa yang menelepon nya,  nomor tidak di kenal. Adel langsung mengangkat nya.

"Kau di mobil mana pria tua." Ucap Adel tanpa basa-basi.

"Disini banyak mobil, yang benar saja kalau main menyuruh orang masuk. gimana kalau aku salah masuk mobil coba, terus aku di sangka maling, mau tanggung jawab?" Cerocos Adel sambil tak henti-hentinya melirik ke kiri dan ke kanan.

Sedangkan yang di sebrang telpon di dalam mobil, Calvin memperhatikan Adel sambil tersenyum. Calvin bahagia ketika melihat Adel, apalagi barusan ketika Adel dengan cerewet nya berbicara tidak formal kepada-nya.

"Saya berada di dalam mobil hitam paling ujung."

"Ujung sebelah mana?" Adel heran, kenapa pria tua ini memberikan informasi tidak lengkap. Apa salahnya jawab langsung tanpa harus muter-muter.

"Cepet lah lama sekali. Ujung kiri."  Ucap Calvin dengan dinginnya Sambil mematikan sambungan telpon.

"Anda tau Adela mobil ini juga yang menjemput anda di apartemen. Masa enggak kelihatan." Ucap Calvin setelah Adel masuk kedalam mobil sambil menancap gas segera bergegas pergi meninggalkan cafe.

"Well, anda sudah memutuskan nya?" Tanya Calvin begitu mereka sampai di apartemen milik Calvin.

"Apa tidak bisa tuan, anda berbaik hati saja memberikan itu buat temanmu dan anak-anaknya.? "Kata Adel mencoba peruntungan kembali, siapa tau pria tua ini sadar.

"Saya tidak sebaik itu nona!" Ucap Calvin dingin.

"Tuan, taman saya itu merawat anak-anak yang di telantarkan, coba di pikirkan lagi." Bujuk Adel, belum ingin menyerah. Calvin hanya memandang sekilas sambil menggeleng kan kepalanya.

"Baiklah." Kata Adel pasrah setelah beberapa menit terdiam. Mau bagaimana lagi, ini yang terbaik.  Ucap Adel dalam hati meyakinkan diri sendiri.

"Apa nanti saya hamil nya memulai proses bayi tabung.?" Tanya Adel.

"Hah!"  Bisa anda ulangi Adela?"

"Saya mencari tahu tentang Anda. Dan banyak media yang menyebutkan Anda,,, heeemmm gay." Ucap Adel pelan-pelan  sambil terus memperhatikan raut wajah si pria tua ini. Adel takut ucapan nya malah membuat petaka untuk nya. Tapi Adel juga penasaran ingin mengetahui nya. Apa benar pria tua tampan ini gay.

"Gay atau enggak, kurasa anda tidak perlu tau Adela. Dan untuk proses pembuatan anak kita akan melakukan nya secara alami." Calvin menatap Adel dengan senyum misterius.

"Pembuatan. Emang anda kira membuat adonan kue tuan, sembarangan saja kalau ngomong." Cerocos Adel.

"Anda tenang saja Adela, saya jamin kau akan menikmati proses nya."  Ucap Calvin datar dan dingin. Dan terus menerus memperhatikan wajah Adel yang memulai memerah.

"Kau pasti puas." Kata Calvin sambil menyeringai Adel.

"Dasar otak mesum." Kata Adel dengan wajah memerah. Bagaimana bisa pria tua itu bilang seperti itu di pertemuan mereka ketiga ucap Adel dalam hati.

"Kita menikah pekan depan. Kita akan mengadakan pesta sederhana yang terpenting media harus tau. tapi jangan sampai media tau kalau pernikahan kita hanya sebuah kesepakatan.". Adel Hanya diam mendengarkan. Maka sebenarnya, tapi mau gimana lagi, Adel harus menerima semuanya.

"Perjanjian nya akan kita tandatangani satu hari sebelum pernikahan kita. Kau setuju Adela?"

"Terserah." Jawab Adel ketus

"Pengacara saya akan menyiapkan segalanya. Kau hanya perlu menandatangani nya."

"Baiklah, terserah kau saja pria tua, atur apapun yang kau inginkan." Kata Adel tidak ingin di buat ribet dengan urusan seperti itu.

"Tunggu." Cegah Adel.

"Tapi aku tidak ingin seumur hidupku terikat dengan mu. Jadi berapa lama pernikahan kesepakatan ini?" Tanya Adel.

Calvin bingung harus menjawab apa, sejujurnya yang Ia inginkan mengikat Adela selama mungkin untuk nya. Tapi  dia juga tidak tau, mungkin setelah memiliki Adel Ia akan bosan dan mungkin membuangnya. jadi lihat saja nanti, yang terpenting dia punya keturunan terlebih dahulu.

"Baiklah setelah Anak kita berumur satu tahun kau boleh pergi" kata Calvin dingin. Setelah berpikir beberapa menit.

"Ok. kalau begitu aku pulang." Pamit Adel.

"Biar supir yang mengantarkan Anda pulang. Tunggu saya panggil kan dulu."

Calvin mengantarkan Adel ke lobby dimana supirnya sudah menunggu. Ketika sopir sudah membuka pintu untuk Adel. Calvin malah menahan tangannya.

"Mulai sekarang kemanapun kau pergi, kau akan selalu di antar oleh nya." Sambil menunjuk ke supir.

"Jack, jaga baik-baik nyonya mu." Ucap Calvin kepada supirnya. Jack pria berumur awal tiga puluhtahunan. Tampan dengan rambut hitam nya. Dia juga salah satu orang kepercayaan Calvin. Sebenarnya bukan seorang supir. Hanya saja Calvin yang semena-mena.

"Siap boss"  jawab Jack sambil menutup pintu begitu Adel masuk kedalam mobil.

                         

TBC....

Love The Old Man (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang