Chapter 5 : Bohong

912 111 2
                                    

Gue bingung kapan lo serius kapan lo bercanda.

-Althea Theodora-

**********

Sean tidak pernah mandi secepat ini. Dia bahkan keluar dari kamar mandi masih dengan rambut yang basah dan handuk yang tergantung di lehernya. Kepalanya panik memikirkan nasib Thea yang pasti ditanya macam-macam oleh Sam. Sean menuruni tangga rumahnya dengan sedikit tergesa tapi kemudian dia mengernyit. Dia tidak mau terlihat panik di depan kedua manusia itu. Dia berusaha berjalan santai menuruni tangga.

Hal pertama yang dia lihat adalah sosok Thea yang sedang tertawa dengan Sam. Sean terdiam di ujung tangga, memperhatikan gadis itu sampai dia berhenti tertawa. Detik berikutnya dia mendengar Sam bertanya, "Sean pasti kaku banget ya di sekolah?"

"Iya," jawab Thea cepat. "Kayak orang-orangan sawah, lebih suka diam begitu."

Sean mendengus. Untuk apa tadi dia khawatir?

"Tapi," Sean mendengar Thea kembali berusaha. "Ternyata setelah kenal dia beberapa hari ini, Sean tidak buruk juga. Mungkin memang benar dia dingin dan lebih suka ketenangan, tapi dia cukup baik kok dan lumayan perhatian."

"Tuh, denger ga adik kesayanganku?" Sam mendadak menoleh ke arah Sean, membuat adiknya itu tersentak. Sejak kapan Sam sadar kalau Sean ada di ujung tangga? "Salut nih gue, lo bisa bikin cewek kaya gini bilang lo perhatian. Aduh, Sean. Gue setuju si Thea ini jadi adik ipar gue pokoknya titik!"

Thea ikut menoleh ke arahnya dengan mata membulat dan kedua pipinya kini memerah. "Eh, ngga, Kak! Apa sih!"

Sean menggeleng pelan. "Steffie ketiduran. Padahal dia mau ketemu sama lo," ucap Sean sambil mengambil posisi di sebelah Thea tanpa basa-basi.

Sam mengangguk sambil menatap gerak-gerik Sean dan Thea dengan senyuman lebar. "Nanti juga bangun," Sam mendadak bangkit berdiri dengan membawa keripik pisang di tangannya. "Gue ke kamar dulu, kalian pacaran aja dulu," Sean melemparinya dengan bantal sofa, membuat Sam tertawa pelan dan melempar kembali bantal itu ke arah Sean.

"Dia nanya yang aneh-aneh ya? Sori," gumam Sean melihat Thea yang tampak salah tingkah.

"Ngga kok, dia baik," Thea tersenyum kecil.

Sean mengangguk singkat. "Baguslah."

Hening. Thea sebenarnya sudah menduga kalau akhirnya mereka akan kaku seperti ini, terutama karena keadaan rumah Sean yang sepi. Gadis itu menoleh dan baru sadar kalau Sean membawa kameranya turun. Dia sepertinya sedang memeriksa beberapa gambar yang tadi dia ambil. Tertarik, Thea mendekatkan tubuhnya hingga lengannya menyentuh lengan Sean untuk melihat foto-foto yang Sean ambil. Gadis itu bahkan tidak sadar Sean menahan napasnya.

"Wah, bagus-bagus," seru Thea takjub melihat hasil foto yang tadi Sean ambil. Tangan Thea mengambil alih kamera itu dari tangan Sean. Dia mulai sibuk memeriksa foto-foto yang diambil Sean tadi siang. "Lo ga mau ikutan lomba fotografi? Gue suka banget cara lo ngambil gambar."

"Ga pernah ikut."

Thea mendengus. "Nanti gue cari, lo harus ikut," Thea kembali fokus memeriksa deretan foto itu. Dia tersenyum ketika melihat foto Klein yang sedang bermain voli di lapangan dengan semangat.

Sean melihat senyum itu. Dan entah atas dorongan apa, bibirnya tiba-tiba bergerak. Mengeluarkan pertanyaan yang sepertinya tidak sempat dia cerna terlebih dahulu di dalam kepalanya.

"Lo sesuka itu sama Klein ya?"

Hening. Bibir Thea yang sedang tersenyum itu perlahan memudar. Dia menoleh dengan kaget pada Sean, tidak pernah menduga kalau Sean akan bertanya hal itu. Sean sendiri sedang merutuki dirinya sendiri yang bodoh. Untuk apa dia bertanya hal itu? Itu toh bukan urusannya juga. Kenapa dia harus menanyakan pertanyaan yang tidak ada gunanya? Apa sebenarnya dia penasaran dengan Thea dan Klein karena apa yang dia lihat di lapangan tadi?

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang