Kenapa cewek banyak drama?
Pasti alasannya cowok ga peka.
-Sean Rawindra-
**********
Ada yang berubah sejak Sean memenangkan pertandingan di SMA Mulya kemarin. Misalnya jumlah penonton di depan klub taekwondo yang meningkat drastis. Jika bulan sebelumnya hanya Thea yang setiap menonton dan mungkin tiga orang lainnya, hari ini di depan klub itu sudah penuh dengan perempuan. Bahkan ketika Thea baru selesai mengganti baju cheers-nya dan pergi ke ruang taekwondo, dia tidak melihat spot kosong. Padahal dia sangat ingin menonton Sean latihan.
Thea berjinjit untuk melihat ke dalam ruangan. Gadis itu mendengus ketika dia tidak bisa melihat Sean dengan jelas. Akhirnya gadis itu bersandar di pinggir dinding sambil mencibir. Telinganya bisa menangkap suara siswi-siswi yang sedang meneriaki nama pacarnya. Mereka itu sudah tahu belum sih kalau Thea itu pacarnya? Kenapa juga mereka masih mau genit-genitan dengan pacarnya? Apa mereka baru sadar kalau pacarnya itu keren?
Itu mah sudah sejak dulu.
Thea kembali mengintip lewat celah pintu. Bibirnya sedikit tersenyum ketika melihat Sean masih latihan dengan fokus dan mengabaikan suara jeritan gadis-gadis genit dari luar. Thea mendesah pelan melihat Sean berhenti sebentar kemudian menyisir rambutnya ke belakang. Laki-laki itu berkeringat dan rasanya Thea ingin masuk ke dalam untuk mengelap keringatnya saja. Wajahnya yang datar dan dingin malah menambah kesan keren laki-laki itu. Thea kembali mencibir ketika teriakan gadis-gadis di sampingnya semakin keras.
Tapi tidak apa-apa, toh Sean juga tidak meladeni mereka.
Pikiran Thea itu buyar ketika Sean mendadak menoleh ke arah gadis-gadis itu sibuk berteriak. Laki-laki itu bahkan sengaja mengulas senyum. Senyuman tipis yang Thea pikir hanya untuknya semata selama ini. Senyuman itu tentu saja disambut antusias oleh gadis-gadis genit di sampingnya. Jeritan mereka semakin keras dan semakin semangat menyemangati Sean. Mata Thea langsung menyipit dan bibirnya mengerucut sebal.
Kenapa Sean tersenyum begitu ke gadis-gadis genit kayak mereka sih?
Hal ini sangat mengganggu Thea. Gadis itu bersandar di dinding sebelah pintu ruangan latihan sambil sibuk memainkan ponselnya. Kepalanya terasa panas memikirkan pacarnya yang baru saja memberi senyum ke gadis lain dengan cuma-cuma. Benar-benar keterlaluan. Ternyata Sean juga sama saja dengan laki-laki lain. Menyebalkan sekali.
"Thea, yuk."
Thea menoleh dan melihat Sean sudah berdiri di sampingnya. Laki-laki itu juga sudah kembali mengganti bajunya jadi seragam sekolah. Bibir laki-laki itu tersenyum kemudian mengernyit ketika melihat wajah Thea. Gadis itu mendengus kemudian melirik gadis-gadis yang perlahan mulai mendekati Sean dari belakang. Mereka bahkan mengabaikan Thea yang berdiri di samping Sean dan langsung mengajak Sean mengobrol.
"Kakak keren banget!" kata salah seorang gadis kelas X dengan mata berbinar. "Aku dengar Kak Sean baru ikut satu kali tapi udah juara. Ih, keren banget, Kak!"
"Katanya lawan Kakak babak belur ya?" kata gadis yang lain.
"Badan Kakak bagus banget loh!"
Thea mendelik. Siapa yang mengatakan kalimat terakhir itu? Berani-beraninya dia mengatakan hal itu di depan pacar Sean sendiri?!
"Makasih ya," ucap Sean diiringi seulas senyum tipis. Thea membuka mulutnya tidak percaya. Rasanya Thea ingin mencubit bibir Sean. Buat apa juga dia tersenyum begitu ke mereka?
Tangan Sean melingkar di bahu Thea tiba-tiba. Dia menarik gadis itu untuk berjalan bersamanya. Sekumpulan gadis-gadis yang kebanyakan junior mereka itu akhirnya menyingkir. Thea masih belum bersuara. Harusnya dia melompat-lompat sekarang karena Sean merangkulnya di sekolah. Tapi perasaan itu tertutup oleh rasa kesalnya. Laki-laki di sebelahnya juga sepertinya tidak peka kalau dia sedang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean (FIN)
Teen Fiction#1 dalam kategori #ceritaremaja (25/12/2018) (Cerita Pertama dari Sekutu "Lima Jari") Sean Rawindra adalah laki-laki berdarah dingin. Jika diibaratkan jari, maka dia adalah jari telunjuk. Suka memerintah dan selalu bergerak duluan. Meskipun dia tid...