Chapter 7 : Salah

835 102 3
                                    

Jujur sama perasaan sendiri itu susah.

-Althea Theodora-

**********

Sean menatap Thea yang sedang berdiri di depan ruangan dengan tatapan datar. Sesekali Thea menuliskan sesuatu di papan ketika Reyhan menyebutkan sesuatu yang penting. Ya, mereka sedang berada di ruang rapat. Ini sudah rapat yang ketiga kalinya dan tampaknya akan banyak rapat-rapat berikutnya yang akan berlangsung per minggunya. Thea juga kelihatan sudah mengetahui apa saja tugasnya sebagai sekretaris. Dia bahkan melakukannya dengan rapi dan teratur. Mungkin Bu Eka mengetahui hal ini makanya dia menunjuk Thea sebagai sekretaris dua.

Soal hubungan gadis itu dengan Sean, mereka baik-baik saja. Dari awal mereka memang baik-baik saja. Setidaknya itu yang Thea jawab setiap kali teman-teman sekutu lima jarinya bertanya bagaimana hubungannya dengan Sean. Sejak kejadian Thea pergi dengan anak-anak voli dan Klein minggu lalu, sebenarnya banyak yang berubah dari hubungan mereka. Tapi perubahan itu sepertinya tidak terlalu berarti bagi Thea karena dia tampak baik-baik saja. Namun Sean merasakan ada yang berbeda dari hubungan mereka.

Contohnya, Thea sekarang jarang sekali menatap mata Sean atau menengok ke wajah Sean saat mereka sedang berbicara. Hal lain yang berubah adalah Thea jarang sekali jalan di samping Sean, dia lebih banyak berjalan di belakang atau di depan laki-laki itu. Hal lain yang berubah adalah dia tidak lagi menyapa Sean pertama kali di kantin. Dia selalu datang untuk menghampiri Klein dan menyapanya kemudian baru menyapa Sean dan yang lainnya. Hal lain yang berubah lagi adalah dia tidak pernah menemani Sean hunting foto lagi di sekolah.

"Gue udah ijin ke Bu Eka kok," balas Thea ketika Sean bertanya kenapa Thea tidak menemaninya foto lagi sepulang sekolah. "Gue bilang sama dia kalo lo kerjanya bagus dan ga pernah bolos, jadi gue ijin buat ga ngawasin lo lagi. Lagian risih 'kan lo kalo gue temenin mondar-mandir begitu?"

Dulu? Iya. Tapi sekarang? Sean malah merasa kehilangan.

Sean menghela napas lagi kemudian menatap kamera di tangannya. Iseng, dia mengarahkan lensa kameranya itu ke depan dan memotret Thea beberapa kali dengan pose berbeda. Sean tidak pernah bilang, tapi gadis itu adalah tipe gadis photogenic. Dia tidak perlu berusaha untuk terlihat cantik di lensa kamera. Sean tersenyum kecil dan melihat hasil foto asal-asalan itu. Cantik. Gadis itu bahkan tidak perlu tersenyum untuk terlihat cantik.

Mungkin itu salah satu alasan Sean tidak suka Thea tersenyum. Karena semua laki-laki jelas akan terpesona padanya. Sampai sekarang, Sean masih tidak mengerti kenapa Klein tidak bisa menyukai Thea. Apa diam-diam laki-laki itu menyukainya? Mereka sudah mengenal cukup lama sejak kelas satu dan mereka sering pergi bersama. Klein memang suka bercanda dan merayu Thea, tapi semua itu hanya rayuan belaka. Mereka bahkan tidak pernah kencan berdua. Mereka selalu pergi bersama dengan anak-anak voli.

Sean terdiam sebentar. Kenapa isi kepalanya sekarang hanya Thea?

Dia rasa dia terkena karma karena pernah bilang dia membenci gadis itu. Tapi itu hanya sebuah candaan, Sean tidak pernah membencinya. Sean meletakkan kameranya kemudian kembali menatap Reyhan yang sedang berbicara dilanjutkan oleh tim pencarian sponsor. Sepanjang rapat, Thea berdiri di dekat papan tulis bersama Heidi, sekretaris utama panitia itu. Sesekali Sean tersenyum ketika melihat Thea bersandar sebentar. Pasti kakinya terasa pegal karena harus berdiri sepanjang rapat.

Apa sebaiknya Sean mengajak Thea pergi makan setelah ini? Wajah gadis itu terlihat lelah sekali. Pasti perut gadis itu lapar juga. Sejak minggu kemarin, Thea juga tidak pernah mengajak untuk makan sepulang sekolah. Karena Sean selalu diajak duluan, dia tidak tahu bagaimana cara mengajak gadis itu duluan. Mungkin lebih tepatnya dia takut ditolak oleh gadis itu. Tapi hari ini Sean harus mencoba untuk mengajaknya.

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang