Chapter 13 : Perhatian

754 99 1
                                    

Ternyata, Sean gemesin banget.

-Althea Theodora-

**********

Sean mengernyit sambil duduk di kursi bambu rumah itu. Tangannya sejak tadi memegang ponsel dengan perasaan resah. Dia baru saja sampai di rumah ibu kandungnya di Bandung. Sean datang dengan Sam dua jam lalu. Ibunya tentu saja kaget dengan kedatangan mereka, dan untungnya dia sedang di rumah. Sekarang ibunya sedang memasak di dapur bersama dengan Sam sementara Sean lebih tertarik menatap ponselnya.

Alasannya adalah karena pacarnya sejak tadi pagi belum mengiriminya pesan. Biasanya Thea duluan yang selalu memulai percakapan ketika gadis itu tidak sibuk. Apa saat ini gadis itu sedang sibuk, makanya dia tidak mengiriminya pesan? Sean mengernyit. Tapi rasanya kemarin Thea bilang dia tidak ada acara di akhir minggu. Dia bahkan menawarkan untuk pergi dengan Sean seandainya Sam tidak bisa ikut ke rumah ibu kandungnya.

Mungkin gadis itu ada acara tiba-tiba.

Dengan keputusan itu di kepalanya, Sean meletakkan ponselnya ke dalam saku celana. Kali ini kakinya melangkah ke dapur, menemukan ibunya yang sedang menumis sayuran. Sam sedang berdiri di sampingnya sambil mencicipi masakannya. Mata mereka berdua terarah kepada Sean ketika dia mendadak masuk. Bibir ibunya tersenyum lebar.

"Mami masak makanan kesukaan Sean," ucap ibu Sean sambil menunjuk tumis bok choy di pan. "Pasti kangen 'kan?"

Sean tersenyum lembut kemudian mengangguk.

"Sean sekarang udah punya pacar loh, Mi," Sam bersuara di samping ibunya sambil mengaduk semur daging. "Baru aja jadian kemarin itu."

"Oh ya?" mata ibunya membulat.

"Iya," Sean tersenyum. "Mami mau lihat?"

Ibunya mengangguk antusias. Sean menunjukkan foto Thea yang ada di ponselnya. Foto-foto yang dia ambil diam-diam saat gadis itu sedang latihan cheers atau melamun. "Wah, cantiknya," gumam ibunya sambil tersenyum lebar pada Sean. "Kapan-kapan ajak dia ke sini. Cantik banget, Yan."

"Sean kan ganteng, Mi. Masa pacarnya jelek," Sam mendengus. "Yah, tapi soal ganteng sih gantengan Sam."

"Dia titip salam buat mami," Sean tersenyum kecil.

Mata ibunya membulat. "Dia tahu soal mami?"

Sean mengangguk. "Sean sudah cerita. Sean juga datang ke sini atas saran dia."

Ibunya tersenyum lebar. "Berarti kamu ngga salah pilih," ibunya melirik Sam yang sedang mencicipi bok choy yang dia masak. "Jangan kayak Sam yang setiap hari ganti cewek begitu ya."

"Lho, Mi!" protes Sam tidak terima sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Memangnya salah Sam kalo banyak yang naksir sama Sam? Kan bukan!"

"Iya, iya, salah mami karena udah lahirin anak kegantengan."

Sam mendengus, membuat Sean dan ibunya tertawa. "Udah cepet bantu angkat, kelamaan nanti ga enak," ucap ibunya sambil mematikan kompor gas.

Mereka berdua membawa makanannya ke meja makan. Ibu Sean pergi ke kamar nenek untuk memanggilnya untuk makan bersama. Ibu Sean tinggal hanya berdua dengan neneknya sekarang. Ibunya sendiri yang memutuskan hal ini, karena dia ingin menjaga nenek yang sudah tua dan tinggal sendirian. Akhirnya mereka berempat makan bersama. Dan akhirnya, rasa rindu Sean terobati.

Rasa masakan ibunya, senyum ibunya dan suara ibunya. Semuanya membuat Sean menghela napas lega. Setelah selesai makan, mereka semua beres-beres. Ibu Sean membawa tiga cangkir teh setelah mengantar nenek untuk istirahat. Mereka duduk di atas kursi bambu di teras sambil menikmati teh hangat dengan cuaca Bandung yang cukup dingin di waktu itu. Sam banyak bercerita soal kegiatan kuliahnya dan kesibukannya di kampus.

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang