Salah ga sih, aku ga mau orang lain tahu pacarku itu keren?
-Althea Theodora-
**********
Thea benar-benar makan es krim dengan brownies yang Sean bawa. Ketika mereka masuk ke dalam kedai itu, Sean langsung memesan es krim untuk Thea. Dia langsung menyuruh Thea untuk duduk di kursi sementara Sean memilih rasa. Gadis itu tersenyum lebar ketika Sean datang dengan dua cup es krim. Satu untuknya yang berisi dua scoop es krim rasa kesukaannya. Thea sendiri terharu karena Sean masih mengingat rasa es krim favoritnya.
Mulutnya makan kue dan es krim bergantian. Sementara Sean mengikutinya, tapi tidak serakus Thea. Dia masih makan dengan tenang sambil sesekali tersenyum geli melihat tingkah pacarnya. Tangan Sean kemudian terulur untuk merapikan rambut Thea ke belakang. Gadis itu berhenti makan kemudian berdeham pelan setelah mengunyah makanannya. Pipinya yang putih pucat sedikit memerah.
"Udah ga ngambek lagi?" tanya Sean sambil menopang dagunya.
Thea menggeleng pelan. Dia terdiam sebentar kemudian menyipitkan matanya. "Kamu sengaja sogok aku ya? Jangan harap kamu bisa sogok aku terus-terusan ya."
"Tahu kok," Sean terdiam sebentar. "Aku ada rencana mau ikut taekwondo di sekolah."
Thea berhenti mengunyah. "Oh?" gadis itu manggut-manggut. "Bagus dong? Aku lihat banyak medali kamu di kamar. Pasti dulu kamu jago banget ya?"
"Ngga juga," jawab Sean kikuk. "Cuma aku lumayan sering ikut kompetisi aja."
Thea mengangguk pelan. "Kamu tiba-tiba pengen ikut, kenapa?"
"Iseng," Sean mengedikkan bahu. "Toh aku ga ikut ekskul apa-apa sekarang. Jadi kupikir, biar lebih sibuk aja."
"Aku udah tanya Radit, anak kelas XI IPA 3 yang ikutan ekskul itu," Sean melanjutkan sambil menyantap es krimnya. "Katanya ekskulnya setiap Selasa, jadi bareng harinya sama ekskul kamu. Kita bisa balik bareng."
Kali ini wajah Thea sumringah. "Kamu udah bilang mau ikutan?"
Sean mengangguk. "Radit bilang, minggu depan aku langsung datang aja. Kebetulan instrukturnya juga masih muda dan ajarinnya sabar. Anggota mereka jumlahnya sedang, tidak banyak dan tidak sedikit. Tapi kata Radit, mereka juga suka ikut kompetisi."
Thea tersenyum. Kepalanya memikirkan sosok pacarnya itu dalam seragam taekwondo. Tanpa sadar, bibirnya menghela napas. Pasti keren, batin Thea. Tubuh tegap dan tinggi Sean, kemudian gerakan tubuh Sean saat latihan. Rasanya Thea ingin mengintip saat Sean latihan. Tapi tentu saja itu tidak mungkin karena dia sibuk dengan ekskulnya sendiri.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Sean mengernyit.
"Lagi bayangin kamu pakai seragam taekwondo," jawab Thea jujur sambil mengambil sepotong brownies lagi dari kotak. "Kamu sebelumnya sudah sabuk apa? Setahuku ada tingkatannya begitu 'kan?"
Sean mengangguk. "Aku punya sabuk hitam."
"Eh?" Thea hampir tersedak. "Bukannya itu yang paling tinggi levelnya?"
Sean mengusap tengkuknya. "Itu sabuk tahap mahir, iya. Dulu aku sempat ikut serius soalnya."
"Aku kagum banget," Thea mengerjap senang. "Itu artinya kamu bisa bela aku kalo sampai aku nanti kena keributan gitu 'kan? Ih keren-"
"Aku cinta damai kok," Sean memotong fantasi Thea. "Dan aku lebih menganggap taekwondo itu seperti sport, hobi. Bukan sebagai alat perkelahian kalau ngga terpaksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean (FIN)
Teen Fiction#1 dalam kategori #ceritaremaja (25/12/2018) (Cerita Pertama dari Sekutu "Lima Jari") Sean Rawindra adalah laki-laki berdarah dingin. Jika diibaratkan jari, maka dia adalah jari telunjuk. Suka memerintah dan selalu bergerak duluan. Meskipun dia tid...