Chapter 12 : Cemas

805 90 2
                                    

Mungkin berbagi ngga menyelesaikan masalah.

Tapi bantu cari solusi.

-Sean Rawindra-

**********

"...an."

"Sean!"

Thea melihat wajah Sean tersentak dan menoleh padanya. Gadis itu mengernyit heran. Tidak biasanya Sean melamun begitu saat berjalan. Mereka saat ini sedang berjalan bersama ke dalam sekolah. Tapi sejak tadi Sean seperti sedang berada di dunia yang berbeda. Seperti dia lupa membawa isi kepalanya ke sekolah. Dan sepertinya Sean kurang tidur semalam, karena wajahnya terlihat sangat mengantuk.

"Sori," gumam Sean pelan.

"Kamu ga tidur semalam?"

Sean mengerjap. "Kelihatan ya?"

Thea mengangguk pelan. "Gapapa?"

"Gapapa," Sean berdeham pelan. "Kamu bawa bekal hari ini?"

"Iya, kaya biasa."

"Ga ke kantin?"

Thea merapatkan bibirnya. "Kamu mau aku ke kantin?"

"Kalo boleh," Sean tersenyum kecil. "Makan bareng."

Thea mengangguk pelan. "Nanti kalo aku ga bisa ke kantin, aku chat."

Sean mengangguk singkat. Matanya menatap Thea sebentar sebelum dia menepuk kepala gadis itu pelan. Mereka berpisah di tengah gedung yang memisahkan jurusan mereka. Sean berjalan duluan meninggalkannya, tapi kemudian dia berbalik sebentar dan melihat Thea juga sudah berjalan menuju tangga gedungnya. Sean tersenyum tipis kemudian berjalan menuju gedungnya sendiri.

Dan hari itu, dia merasa tatapan anak-anak di sekitarnya menajam. Sean menghela napas, sepertinya mereka semua sudah tahu rumor kalau dirinya dan Thea pacaran. Karena itu dia banyak mendapatkan tatapan menusuk, terutama dari laki-laki. Tapi Sean sudah siap dan tahu konsekuensinya. Toh dia juga tidak pernah peduli dengan hal-hal semacam ini. Kakinya tetap melangkah dengan santai menuju kelas XI IPA 2.

"Akhirnya es batu yang lagi kasmaran datang juga," ucap seseorang yang suaranya Sean kenali dari dalam kelas. Sean mendesah berat ketika melihat Klein sedang duduk di pinggir meja Ben sambil tersenyum lebar padanya. "Aduh, kenapa hari pertama setelah jadian mukanya kusut gitu sih?"

"Jangan berisik pagi-pagi," gumam Sean sambil meletakkan tasnya di kursi yang ada di depan Ben.

"Lo ga berantem sama Thea 'kan?" tanya Ben terdengar khawatir.

"Masa baru pacaran udah berantem?" Klein mengernyit. "Eh tapi kalo si es batu sih mungkin-"

"Engga, gue sama Thea baik-baik aja."

"Syukurlah," Ben menghela napas lega.

Sean mendengus. "Kenapa kalian bikin cerita seakan-akan gue penjahat cinta sih? Udah tahu si Klein, Ian sama Robin yang penjahat."

"Heh! Sembarangan lo ya," Klein tertawa terbahak-bahak.

"Ada Mara nyariin tuh."

Spontan, Klein menoleh ke pintu kelas XI IPA 2. Hal itu disambut tawa dari Ben dan Sean yang gantian terbahak-bahak sekarang. Kenapa Klein bodoh sekali? Jelas kalau memang Mara mencarinya, gadis itu juga akan mendatangi kelas Klein. Untuk apa dia datang ke kelas XI IPA 2? Sean berhenti tertawa ketika merasa puas berhasil mengerjai Klein. Ben juga menggeleng pelan sambil membenarkan letak kacamatanya.

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang