Chapter 20 : Mudah (END)

1.5K 96 4
                                    

With you, everything is easy.

-Sean Rawindra-

**********

Thea mengunyah bala-bala di mulutnya perlahan. Bala-bala kantin SMA Suci memang terkenal sebagai jajanan favorit di sekolah itu. Sejujurnya, Thea lebih suka dengan saus kacangnya yang disiram di atas bala-bala panas yang baru digoreng. Saus kacangnya sangat pedas dan pas di lidah Thea sangat pas di atas adonan bala-bala renyah. Pacarnya bahkan tidak berani menyentuh bala-bala Thea karena melihat banyaknya sambal yang gadis itu tuang. Tapi sekarang kepala dan matanya tidak teruju pada bala-bala yang dia makan.

Fokusnya ada pada sosok gadis yang duduk di sebelah Robin.

Gadis berambut pirang kecokelatan dengan panjang di bawah bahu. Kulitnya yang hampir seputih lilin. Bibir gadis itu berwarna kemerahan tanpa lipstick dengan ketebalan yang pas. Saat ini, gadis itu sedang tertawa karena bisikan Robin di telinganya. Beberapa saat kemudian gadis itu tertawa pelan. Sesekali tangannya menyuap mi ayam yang dia beli sebagai makan siang. Sejak tadi, seisi meja itu dikejutkan dengan kehadiran pendatang baru itu.

Sosok gadis cantik itu tidak lain adalah Naye. Nayely Lavanya, vokalis baru Union yang sedang dikabarkan dekat dengan Robin.

Tiba-tiba saja gadis itu lewat di kantin dan Robin langsung mengajaknya makan bersama. Naye tentu saja langsung menerima ajakan itu dan duduk di samping Robin. Sekarang seisi meja itu sedang menatap gadis itu. Semuanya kecuali Ian dan Robin yang sejak tadi asik mengobrol dengan gadis itu. Sementara Klein baru mengeluarkan suaranya ketika dia menghabiskan seporsi bakso lengkap. Mulutnya masih mengunyah kerupuk yang tersisa di tangannya.

"Hmm," gumam Klein sambil menikmati jus alpukatnya. Dia melirik ke arah Ben dan Sean yang duduk lebih di pojok. "Kenapa diam aja kalian?"

"Bala-balanya Thea pedas," Sean menjawab. Di sebelahnya, Thea hanya bisa mendengus. Sean bahkan hanya makan satu potong.

Thea melirik Ben yang memang hari ini lebih diam dari biasanya. Dia sibuk mengaduk soto betawi di mangkuknya dalam diam. Thea mengguncang lengan Sean pelan, membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya. Thea menarik pundak Sean turun untuk berbisik pelan di telinga laki-laki itu. "Ben kenapa?" tanya Thea sepelan mungkin.

Sean hanya menjawabnya dengan senyuman tipis dan dia mengangkat bahunya.

"Tapi Robin enak ya," ucap Klein tiba-tiba, membuat semua yang duduk di meja mereka berpindah fokus padanya. "Baru dekat sebentar, Naye udah mau diajak makan bareng. Lah Mara-nya gue? Susah banget diajaknya."

"Kak Mara kan sibuk ujian," bela Thea sambil memasukkan sepotong bala-bala lagi ke dalam mulutnya. "Dia ga selingkuh atau apa kok."

"Mara mana mungkin selingkuh!" Klein mendengus.

"Makanya itu," Thea tersenyum geli. Dia kemudian menoleh ke arah Sean yang duduk di sebelahnya sambil menyantap makanannya dengan tenang. "Aku juga ga mungkin selingkuh kok, Sean."

Sean menoleh kemudian tersenyum kecil. "Aku tahu kok."

"I'm cringing over here," Klein meringis sambil menunduk. Menit berikutnya dia mendengus sambil menyeruput jus alpukatnya. "Klein padahal juga mau mesra-mesraan sama Mara. Tapi dianya ga mau tuh."

"Tuh Mara," gumam Ben sambil menengok ke arah pintu masuk kantin. "Panjang umur banget."

Klein langsung bangkit berdiri dari kursinya. "Maraa!" panggilnya sambil melambaikan tangan ke arah gadis itu. Sementara gadis yang dipanggil hanya bisa meringis pelan sambil menunduk. Thea terkikik geli melihat Mara yang malah kelihatan takut dengan tingkah Klein yang bisa dibilang terlalu abnormal. Gadis itu bergerak ke arah penjual minuman. Klein langsung melompat dari kursinya dan menghampiri gadis itu.

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang