Chapter 1 : Hujan

1.4K 123 7
                                        

Hujan tidak selalu membawa sedih.

Itu semua tergantung diri kita sendiri.

Apa kamu hanya duduk di dalam ruangan sambil menatap rintikan itu atau kamu memutuskan untuk membawa payung dan menari di bawah hujan?

-Althea Theodora-

**********

"Thea!"

Gadis berkuncir satu itu menoleh ke belakang ketika merasa namanya dipanggil. Bibirnya melengkung ketika dia melihat sosok sahabatnya berlari menghampirinya. Matanya menyipit ketika melihat sahabatnya itu membawa selembar kertas di tangannya. Gadis itu berhenti di depan Thea sambil terengah. Dia membenarkan letak kacamata di batang hidungnya sebelum berdeham dan menunjukkan kertas itu pada Thea.

"Apa tuh?" tanya Thea bingung.

"Panitia untuk festival sekolah kita tahun ini?" balas gadis itu antusias.

Thea mengernyit. "Gue ga ingat pernah daftar jadi panitia."

"Itu karena panitia festival tahun ini dipilih langsung oleh guru-guru," sahabatnya itu menjelaskan. "Katanya semua yang terpilih adalah siswa-siswi yang memiliki bakat tertentu supaya ga susah-susah nyari siapa yang bisa ini-itu."

Mulut Thea membulat. "Terus, memang bakat gue apaan, Ris?"

Marissa, atau yang biasa dipanggil Risa, hanya bisa tertawa pelan mendengar pertanyaan aneh itu. "Lo lagi bercanda atau minta dipuji?"

Thea mendengus. Memang benar kalau dia adalah ketua tim pemandu sorak sekolah mereka. Tapi bukan berarti dia memiliki bakat berlebihan di luar itu. Nilai ulangannya juga tidak sebagus itu dan malah tergolong pas-pasan. Selain itu, dia hanya terkenal sebagai anak cerewet di kelas. Lalu kenapa guru-guru malah memasukkan namanya di dalam deretan panitia itu? Mata Thea menelusuri daftar nama di kertas itu.

Thea menyipitkan matanya ketika menangkap nama Sean Rawindra di dalam daftar panitia itu. Seriously? Mereka bahkan tidak satu jurusan dan sekarang mereka harus dipertemukan di dalam kepanitiaan sekolah? Sean adalah anak XI IPA 2 sementara Thea adalah anak XI IPS 1. Mereka sudah cukup banyak bertemu karena Thea memang suka berkeliaran di sekitar Klein. Dan dari pertemuan-pertemuan itu, sudah cukup jelas kalau Thea dan Sean tidak cocok satu sama lain.

Bahkan Thea masih bisa mengingat dengan jelas awal pertemuan mereka setengah tahun lalu. Tepatnya ketika Thea baru saja dinobatkan sebagai kapten pemandu sorak sekolah mereka.

**********

Saat itu Thea melihat Klein sedang tertawa dari kejauhan. Bibir gadis itu melengkung ke atas begitu dia menangkap sosok jangkung itu. Dia langsung berlari meninggalkan Risa yang sedang menceritakan soal make up yang baru dia beli minggu kemarin. Dia buru-buru menghampiri Klein yang mendadak berhenti dan duduk di atas rumput.

"Kleeein!!"

Ketika Thea tiba di tempat Klein, dia melihat kalau laki-laki itu sedang duduk di halaman sekolah bersama keempat temannya. Mata Klein sudah menengok ke arahnya, diikuti empat pasang mata lainnya yang menatapnya. Thea merasa gugup ketika ditatap secara bersamaan seperti itu oleh lima laki-laki yang bisa dibilang paling banyak dibicarakan di angkatannya. Terutama karena wajah mereka semua tidak ada yang jelek sama sekali.

Sean (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang