XIX. Unexpected Day

4.3K 313 72
                                    

'Hanya dengan bersamamu itu sudah cukup membuatku bahagia.'
iny

:::::

Nayeon mulai menggeliat dalam tidurnya begitu merasakan rasa pegal yang terasa di bagian lengannya. Perlahan ia pun membuka kedua matanya dan menyadari bahwa ia tertidur di sofa ruang tamu apartment-nya.

"A-aw—" rintihnya begitu merasakan lengannya yang kesemutan karena berjam-jam menumpu kepalanya untuk tidur.

"Kenapa aku bisa tidur di sini?" gumamnya sambil menguap pelan.

Nayeon menegakkan tubuhnya kemudian bersandar pada sandaran sofa. Mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ia tertidur.

Beberapa saat ia terdiam sampai akhirnya bayangannya yang meninggalkan Jungkook di rumah sakit langsung terputar. Ah! Nayeon ingat sekarang. Malam itu Jungkook masih tertidur pulas. Setelah itu ia pergi diam-diam dan kembali ke apartment. Tapi karena rasa kantuk yang masih menyerangnya sampai akhirnya membuatnya tertidur di sofa ruang tamunya.

Nayeon mengalihkan pandangannya pada jam dindingnya yang kini menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Semoga saja dia membaca note kecil yang aku letakkan di meja tadi malam,"

Nayeon mengalihkan pandangannya pada jam dindingnya yang kini menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia harus segera bersiap dan kembali ke rumah sakit.

Nayeon pun segera beranjak dari sofa namun baru beberapa langkah ia kembali berhenti.

"Tapi bagaimana kalau dia tidak membaca pesanku?"

Bayangan akan Jungkook yang marah karena ia pergi meninggalkannya mulai membayang di pikiran Nayeon sekarang.

"Astaga! Aku harus segera bersiap sekarang!"

Nayeon berlari cepat ke kamarnya. Ia harus cepat bersiap sebelum Jungkook marah padanya.

:::::

"Apa kau yakin sudah merasa baikan?" tanya Seokjin yang berada di ambang pintu dan menatap ragu pada Jungkook yang nampak sibuk dengan kegiatannya.

Jungkook mendengus kesal mendapat tatapan remeh dari Seokjin.

"Aku sudah baik, Kim Seokjin-ssi. Apa aku terlihat kesusahan?" sahut Jungkook dengan wajah kesalnya.

Seokjin diam memperhatikan Jungkook. Pria itu masih kesusahan dalam berjalan—terlihat sekali dengan wajah yang nampak menahan rasa sakit, rintihan yang selalu mengiringi langkahnya, dan jangan lupakan langkah pincangnya. Apakah itu bisa disebut baik?

"Apa tidak sebaiknya kau menunggu Nayeon saja? Aku yakin dia akan segera kembali," saran Seokjin yang membuat pergerakkan Jungkook terhenti.

Jungkook diam dengan hembusan napas beratnya. Ia ingin sekali menunggu Nayeon namun tentu saja tak bisa dilakukannya. Ia tidak ingin wanitanya terlibat dalam masalahnya.

"Ada urusan yang harus aku selesaikan sendiri. Aku tidak ingin Nayeon terlibat ke dalamnya,"

"Tapi—"

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang