XIV. Ending?

5.1K 360 75
                                    

'Tidak ada lagi cerita patah hati, tidak ada lagi cerita tentang dendam yang tak kunjung padam, melainkan cerita tentang kita.'
jjk

:::::

Nayeon mengerang pelan sambil mencoba merenggangkan tubuhnya. Tidur dengan posisi menyamping semalaman tak membuat tubuhnya terasa pegal. Apa mungkin karena pelukan Jungkook?

Jungkook? Mengingat pria itu membuat Nayeon perlahan membuka kedua matanya. Tepat setelah ia membuka matanya, wajah seseorang yang masih tertidur pulas terpampang nyata di depannya.

Wajah polos dan tenang Jungkook membuat Nayeon kagum. Nayeon baru menyadari bahwa tubuh maskulin Jungkook sangat berbanding terbalik dengan wajah polos Jungkook yang masih terlihat seperti seorang bayi—sangat menggemaskan.

Nayeon tak bisa membayangkan bagaimana wajah polos itu membawanya panik dari apartment menuju rumah sakit semalam. Nayeon bisa merasakan dengan jelas ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan Jungkook saat itu.

Satu tetes cairan bening kembali meluncur dari pelupuk matanya. Nayeon menangis—haru. Betapa beruntungnya ia bisa menerima cinta yang begitu besar dari Jungkook. Tak ada yang lebih beruntung darinya, sungguh.

Cukup kuat Nayeon mencoba menahan airmatanya lagi, namun tetap saja gagal. Airmatanya keluar dengan bebasnya, tanpa bisa ditahannya.

Dan sepertinya isakan tangis Nayeon cukup berhasil membuat Jungkook terbangun dari tidurnya. Pria itu mengerang pelan sebelum akhirnya membuka kedua matanya. Menatap sayu Nayeon sambil tersenyum kecil.

"Kau sudah bangun rupanya," ucap Jungkook dengan suara serak—khas orang bangun tidur.

Jungkook mengangkat tubuhnya sedikit dan memberikan ciuman lembut pada kening Nayeon, cukup lama. Jungkook menjauhkan tubuhnya dengan pandangan terkejut begitu tangannya tanpa sengaja menyentuh pipi Nayeon yang terasa basah.

Jungkook membuka matanya sempurna dan menatap penuh kaget pada Nayeon. Ia bahkan sudah bangun dan duduk sambil menatap Nayeon dengan panik.

"Kau menangis? Ada apa? Apa ada yang sakit?" tanya pria itu dengan wajah paniknya.

Nayeon justru tertawa pelan melihat kekhawatiran Jungkook padanya.

"Aku baik-baik saja, Kook." sahut Nayeon masih disertai dengan tawanya.

Jungkook menghela napas lega kemudian kembali berbaring di samping Nayeon.

"Kau membuatku takut, Nay, sungguh." ungkap pria itu.

Lagi-lagi Nayeon hanya bisa terkekeh geli mendengarnya.

"Sebenarnya rasanya sakit," ucap Nayeon tiba-tiba dengan tangannya yang kini berada di bagian dadanya, tepat di daerah jantungnya.

Hal itu otomatis membuat Jungkook membulatkan matanya. Tangannya bahkan terangkat menyentuh bagian yang juga disentuh Nayeon.

"Bagian yang mana yang sakit? Apa perlu aku panggilkan dokter?" tanya pria itu dengan khawatirnya.

Nayeon menggeleng sambil tersenyum kecil.

"Rasanya sakit karena jantungku selalu berdegup sangat kencang setiap kali bersamamu."

Jungkook diam termangu. Otaknya bekerja mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Nayeon tadi. Namun detik berikutnya kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membuat senyum kecil menghiasi wajah tampannya.

"Aku juga merasakan hal yang sama, sepertimu." balas pria itu—masih dengan senyuman manisnya.

Nayeon menghela napasnya pelan. Ia bingung harus bagaimana mengatakan perasaannya pada Jungkook. Rasanya lidahnya terlalu kelu bahkan hanya untuk mengeluarkan suaranya saja. Tapi ia harus melakukannya, ya, harus.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang