XIII. Fear

4.7K 371 65
                                    

'Saat aku terluka, maka aku pun harus bersedia menghampiri kesembuhan.'
iny

:::::

Nayeon mengubah posisi tidurnya untuk yang kesekian kalinya. Malam ini adalah malam yang paling tidak tenang di hidupnya. Rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya, tak lupa juga rasa pening dan mual. Sepertinya satu paket lengkap penyakitnya ini.

Ditambah lagi pernyataan Jungkook tadi siang di kantor yang masih terus menghantui pikirannya. Pria itu menyatakan perasaannya padanya, secara langsung. Nayeon mendesah berat begitu memikirkan hal itu lagi.

Bukan berarti ia tidak menyukai Jungkook. Justru ia merasakan yang sebaliknya. Ia merasa nyaman dan bahagia ketika bersama pria itu. Tidak ada beban yang dirasakannya setiap kali bersama pria itu. Apakah perasaan itu bisa disebut sebagai rasa cinta?

Cinta? Bahkan untuk bisa merasakannya lagi, Nayeon harus berpikir berulang kali. Ia takut, masih sangat takut. Tidak mudah baginya untuk melupakan rasa sakit itu.

Jangan membohongi perasaanmu sendiri, Nay.

Tiba-tiba saja ucapan Jungkook waktu itu kembali terngiang di kepalanya. Membohongi perasaannya sendiri?

Ya, mungkin memang itulah yang dilakukan Nayeon sekarang. Nayeon tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari perasaannya pada Jungkook. Tapi perasaan takut itu lebih mendominasi dirinya saat ini.

"Arghh!" racau Nayeon frustasi.

"Lebih baik aku tidur sekarang. Daripada menjadi gila karena memikirkannya terus,"

Namun baru saja Nayeon menarik selimutnya. Rasa mual yang tiba-tiba saja dirasakannya membuat Nayeon bangkit dari kasurnya,  berlari cepat ke kamar mandi dan langsung memuntahkan cairan dalam perutnya di wastafel.

Nayeon membersihkan mulutnya dengan air. Kemudian mendongak dan menatap wajahnya melalui pantulan cermin. Ini sudah kelima kalinya ia merasa mual dan muntah seperti ini selama dua hari ini.

Nayeon menghembuskan napasnya berat. Ini sangat melelahkan harus bolak-balik kamar mandi seperti ini terus. Belum lagi rasa pening yang juga dirasakannya.

Suara bel apartment nya yang tiba-tiba saja berbunyi membuat Nayeon mengurungkan niatnya untuk kembali ke kasurnya.

"Oh astaga, ini bahkan sudah hampir larut malam," gerutu Nayeon kesal.

Dengan langkah berat Nayeon keluar dari kamarnya menuju pintu utama apartment-nya.

:::::

Jungkook menatap ragu pintu di depannya. Berawal dengan ingin mencari angin segar namun kini tubuhnya justru membawanya sampai ke apartment Nayeon.

Ya, apartment Nayeon. Di situlah Jungkook berada sekarang. Sebenarnya ia memiliki alasan lain kenapa ia ke sini, mengingat ia juga memiliki apartment yang berada tepat di depan apartment milik Nayeon.

Tapi kini Jungkook justru berdiri menghadap tepat di depan apartment Nayeon. Seolah tengah menunggu sosok itu keluar. Ia sendiri pun masih bingung apa yang membuatnya sampai di tempat ini.

Ah, Jungkook ingat. Ia ingin meminta jawaban Nayeon tentang pernyataannya tadi siang. Ia ingin tahu apa yang dirasakan wanita itu terhadap dirinya.

Tapi sikap Nayeon yang seolah masih menghindarinya membuatnya semakin takut. Apa Nayeon tidak memiliki perasaan yang sama dengannya?

Jungkook mendesah frustasi. Ia benar-benar menginginkan kepastian dari Nayeon. Perasaan wanita itu, ia benar-benar ingin mengetahuinya.

Jungkook melirik kearah arlojinya yang menunjukkan pukul sebelas malam. Ini tidak terlalu malam untuk bertamu bukan?

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang