Aku memang berkata tidak, namun hatiku merasakan sakit. Sejauh ini, rasa sakit itu masih sama. Ketakutan sudah ku kuasai, namun ia membukanya kembali. Sebuah kalimat keji bagiku baru saja terucap dari mulutnya. Luka cacat dalam jiwaku kini basah kembali. Rasa takut, rasa bersalah, keputusasaan, dilemma, kini menyesakkan dadaku.
Ia tak pernah merasakan apa yang aku rasakan, aku paham itu. Ia tak pernah mengalami apa yang aku alami. Tapi bukankah lebih baik jika ia mencoba menjadi lebih dewasa? Di mataku ia masih tetap sama, masih seperti anak kecil. Mencari perhatianku dengan cara yang bahkan tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang mahasiswa sekarang. Ia adalah seseorang yang tidak bisa membedakan yang mana candaan dan yang mana umpatan bagi orang lain.
Seseorang yang pernah mangalami jiwa yang mati harus bangkit untuk mendapatkan kehidupannya yang baru. Aku telah mengorbankan sesuatu yang bahkan tidak seharusnya aku korbankan. Kesendirian, kesepian, keputusasaan, rasa bersalah yang menyelimutiku, mereka adalah kawan lamaku. Perjuanganku hingga menjadi aku yang sekarang adalah perjuangan yang begitu menguras tenaga, hati, dan pikiran.
"Begitu saja tidak bisa. Sudah dua kali mencoba masih saja gagal. Ku kira kau pintar, nyatanya aku mampu mendahuluimu." Ucap Min Yoongi.
Kalimat itu sebenarnya sudah tidak asing bagiku. Entah kenapa, kalimat itu menyakiti hatiku. Pikiranku mencoba mengabaikan, namun tidak dengan hatiku yang sudah dengan jelas mendengarnya. Ku kira, setelah setahun mendahuluiku dia sudah berhasil mendewasakan dirinya, nyatanya ia hanya mendewasakan badannya yang kini terlihat lebih berisi.
Apa aku salah jika memilih terus berjuang? Apakah aku terlalu terobsesi dengan mimpiku untuk memasuki sekolah idamanku? Salahkah aku bangkit dari keterpurukanku? Tidak bolehkah orang sepertiku terus mencoba untuk meraih apa yang aku impikan? Aku pernah merasa benar-benar lelah mengulang pertanyaan itu di kepalaku. Tak kan ku biarkan dia menjatuhkanku. Kedua kakiku sekarang telah berdiri tegak menopang hidupku, tak kan ku biarkan seorang pun merobohkannya lagi.
"Satu kalimat yang keluar dari mulutmu mampu membuat seseorang terbangun dari mimpi buruknya, atau pun sebaliknya, satu kalimat yang keluar dari mulutmu mampu membunuhnya saat itu juga. Sebagai seorang mahasiswa tingkat tiga, kurasa kau mengerti maksudku." Aku sudah tidak tahan berhadapan dengannya, dia terlalu menyombongkan diri.
Yoongi terdiam. Raut wajahnya dingin, tampak jelas sebuah penyesalan dari sorot matanya.
Duniaku pernah hancur. Membayangkannya saja membuatku sesak. Disini, mulai saat ini, aku berharap hidupku akan berubah, aku lelah membawa rasa sakit itu bersamaku.
I'm so sorry, I'm very busy during my first semester. I've a lot of things to do now, but I'll try to write more often. This time I'll try to write a long story such as novel. Hope you enjoy it♥
Regards - Author♥
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH [SinBTS] ✔
Fanfiction[Completed] "Waktu menghadirkan dirimu di masa mudaku. Waktu membawaku bertemu dengamu, waktu membawaku pergi darimu, dan terkadang waktu membawamu pergi dariku. Mengapa waktu kita selalu salah? Seakan-akan waktu tak ingin kita berada di titik yang...