Pohon-pohon menari diiringi alunan lembut suara angin. Nada-nada keheningan menyapa hatiku malam ini. langit biru kian menghitam. Mentari bersembunyi berganti bulan. Bulan malu-malu bersembunyi di balik awan. Sang kejora berkedip menyapanya.
Suara ketukan dari seberang kian meredup. Ku tutup mata dan telingaku, lalu ku biarkan hatiku melihat segalanya. Aku telah melalui banyak hal. Tidak sepantasnya aku mengeluh atas apa yang terjadi belakangan ini.
Musim gugur menggugurkan sapanya. Pertemuan itu kian larut dalam dinginya musim akhir tahun. Hingga musim semi menyapa dengan kelopak mekar sempurna, ribuan bunga memamerkanya padaku. Kupu-kupu menari menertawakanku. Kini aku telah kembali pada si daun maple. Sampai saat ini, kesunyian masih menjadi jembatan di antara kita. Sepertinya kau lebih memilih berdiam dalam kekosongan daripada harus menyakiti perasaanku. Andai engkau tau, ini lebih menyakitkan untuku.
"Ya!" Seseorang berteriak di kepalaku. Suara berat dengan senyuman konyol itu sedang muncul dalam lamunanku. Lamunanku sudah terlalu jauh. Suaranya bahkan terdengar sangat nyata. Aku memutuskan untuk berhenti memikirkanya. Waktuku terlalu berharga.
Deru ombak menyerbu menyapu bibir pantai. Ombak beradu menyapu seluruh kebisuan. Lampu penerangan terlihat sangat indah dari atas. Pemandangan langit malam di Busan yang sangat ku rindukan kian memikatku dalam kesunyian.
Dia selalu datang dalam kesunyian. Taehyung baru saja mengirimiku pesan singkat. Aku merasa tidak memiliki tenaga untuk membalasnya. Membacanya saja bahkan aku enggan. Tapi pop up pesan itu tak bisa ku hindari.
"Tidak bisakah kita bertemu sekarang? Aku ingin bertanya tentang Eunha." Tulisnya. Pesan ini sungguh sangat menghancurkan moodku kali ini. Aku membiarkannya beberapa saat.
"Dia bilang tidak ingin mengecewakanku. Ini lebih dari sekedar mengecewakan." Umpatku dalam hati. Aku mulai merasa ada yang salah dengan diriku.
Ia mulai menghujaniku dengan pesan spam. Aku masih membiarkanya. Ia masih belum menyerah. Kali ini ia meneleponku.
"Wae?" Jawabku dengan datar.
"Neoneun eodiya?" Tanyanya.
"Somewhere far away." Jawabku.
"Neo- Jinjja!" Gerutunya. Aku bisa mendengarnya dengan jelas.
"Aku sedang ada di tempat yang jauh dari Seoul." Kataku. Entah mengapa aku ingin mengakhiri obrolan ini dengan segera.
Aku masih terdiam mendengarkan omelanya sembari menikmati gerimis yang perlahan mulai deras. Tubuhku membeku. Suara Taehyung mulai samar terdengar. Pandanganku tertuju pada lampu penerangan jalan di dekat pantai. Seseorang sedang berdiri menghadap ke arahku. Ia mengenakan jas hujan berwarna hitam dengan garis kuning terang. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena minimnya cahaya.
Perhatianku masih tertuju pada orang itu. Perlahan-lahan ia mendongak dan menatapku. Jantungku berdegup semakin kencang. Napasku mulai memburu. Rasanya aku seperti sedang berada di ambang kematian. Orang itu tersenyum ke arahku. Rasa takutku membuat seluruh tubuhku lemas. Tanpa ku sadari aku sudah duduk bersimpuh.
"Ya!" Teriakan Taehyung melalui telepon menyadarkanku. Namun aku masih belum bisa berkata-kata.
Aku kembali melihat ke arah pantai. Orang itu sudah pergi entah kemana.
"Ya! Neoneun gwaenchana?" Suara Taehyung menyadarkanku kembali.
"Mian." Ucapku. Aku mengakhirinya dengan segera lalu berlari ke dalam untuk meredam ketakutanku.
***
"Aku hanya ingin liburan dengan tenang." Gerutuku.
Apa yang terjadi padaku tadi malam masih terngiang di kepalaku. Ia muncul kembali akhir-akhir ini. Bukanya aku membencinya, aku hanya sakit hati. Orang yang seharusnya ku hormati justru merendahkan dirinya sendiri di hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH [SinBTS] ✔
Фанфик[Completed] "Waktu menghadirkan dirimu di masa mudaku. Waktu membawaku bertemu dengamu, waktu membawaku pergi darimu, dan terkadang waktu membawamu pergi dariku. Mengapa waktu kita selalu salah? Seakan-akan waktu tak ingin kita berada di titik yang...