"Aku tidak bisa membiarkan rasa takut menguasaiku." Tegasku dalam hati.
Kini aku memutuskan untuk kembali ke hotel sebelum bermalam di rumah orang tuaku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah di depan mataku. Pasir pantai terasa begitu dingin. Berjalan tanpa alas kaki sangat membuatku merasa tenang. Sesekali ombak menyapu bibir pantai dan menyapaku. Angin berhembus dengan kuat menerpa wajahku. Rambutku terbang tak beraturan karena itu. Aku lupa tidak membawa ikat rambutku.
Ombak semakin berani menyentuhku. Aku bermain denganya. Walau tak banyak pengunjung disini, aku merasakan kehangatan hatiku. Aku terus berjalan menyusuri bibir pantai mengejar ombak yang menyentuh bibir pantai. Namun ombak kian besar, celanaku basah sampai ke lutut sekarang. Terjangan ombak semakin besar, aku berjalan mundur menghadap laut untuk menghindarinya.
"Aw." Seseorang di belakangku mengerang kesakitan karena terinjak olehku.
"Mianhe, Oppa." Kataku sambil tertawa. Namun ia tidak merespon.
"Ya!" Teriak kakaku jauh dari belakangku. "Keumanhe. Memalukan." Lanjutnya. Aku tidak peduli.
"Ya!" Teriak kakaku lagi. Aku menoleh ke belakang dengan tatapan kesal.
Seorang lelaki sedang menahan rasa sakit karena ulahku. Ia berdiri menatapku sekarang. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Kesadaranku seketika menghilang.
"O. Jwosonghamnida." Ucapku dengan segera.
"Neo— Hati-hati dengan langkahmu. Kau selalu saja ceroboh." Ucap laki-laki itu. Aku hanya bisa menahan malu dihadapanya.
"Annyeonghaseyo, Eunbi-ya." Sapanya setelah sekian lama.
"Annyeonghaseyo, Jungkook-ssi." Balasku dengan gugup.
Aku melirik ke arah kakaku yang ternyata sudah menyerah sedari tadi saat mengikuti langkahku. Dengan wajah lemas, ia duduk dipinggir pantai. Aku memperhatikanya.
"Wae?" Tanyaku dengan ketus. Aku tidak suka tatapan itu. Ia seperti sedang mengasihaniku.
Kakaku hanya melambaikan tanganya, mengisyaratkanku untuk duduk di sampingnya. Aku datang menghampirinya.
"Mianhe. Aku harus kesana." Kataku.
"O. Gwaenchana. Annyeong." Ucapnya. Ia berjalan membelakangiku.
Aku duduk di sebelah kakaku. Mataku masih terus menatap punggung itu. Semakin jauh, semakin jauh, dan semakin jauh. Terlihat jelas senyum terkembang dari wajahnya. Aku penasaran apa yang membuatnya begitu gembira. Aku penasaran apa yang managernya ceritakan hingga membuatnya begitu bahagia. Apa yang sedang ia lakukan disini? Kenapa ia tidak bersama member yang lain? Apakah ia hanya sendirian?
Aku mengalihkan pandanganku jauh menembus luasnya lautan. Ada sekelebat memori yang tak diharapkan muncul beriringan dengan langkah Jungkook yang semakin menjauh. Seperti ada sesuatu yang belum terselesaikan.
"Knock knock." Suara kakaku menyadarkanku.
"Ah wae?" Tanyaku dengan tanpa semangat.
"Kenapa moodmu berubah 180 derajat setelah bertemu denganya?" Godanya. Ia meluruskan kakinya.
"Ani." Jawabku dengan singkat.
"Apa kau mengharapkan kehadiran orang lain? atau—"
"Keumanhe, jinjja." Ucapku, lalu ku layangkan tinju dahsyat andalanku.
"OOUUWWHHHHHHH. YAAA!!" Ia berteriak dengan sekuat tenaga. Aku bergegas beranjak lalu berlari meninggalkanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH [SinBTS] ✔
Fanfiction[Completed] "Waktu menghadirkan dirimu di masa mudaku. Waktu membawaku bertemu dengamu, waktu membawaku pergi darimu, dan terkadang waktu membawamu pergi dariku. Mengapa waktu kita selalu salah? Seakan-akan waktu tak ingin kita berada di titik yang...