Gadis itu menyusuri jalan sendirian di bawah langit yang kelabu. Lalu lalang kendaraan semakin sepi terdengar. Hanya beberapa pejalan kaki saja yang masih menemaninya sampai halte.
Taxi yang telah ia pesan sudah menunggunya – bukan, lebih tepatnya dipeasankan. Dengan segera ia masuk karena gerimis mulai turun. Kali ini ia sendirian.
Tangan indah itu terus menggenggam ponsel dengan sangat erat. Tatapanya penuh dengan kecemasan. Kini, jemarinya menulis pesan acak. Pesan spam yang menanyakan hal yang sama.
"Jawab aku. Kau dimana?" Intinya, pesan itu berisikan kecemasan.
Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, co—
Bahkan panggilan darinya pun tak kunjung diangkat.
Taxi itu masih terus melaju, dan SinB masih terus bergelut dengan ponselnya mencari-cari keberadaan Taehyung saat ini. Perasaanya kini hancur karena sebuah pesan singkat yang membuatnya sangat takut. Ia bahkan tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir.
"Aku harus bertemu dengan si tua brengsek itu." Gumamnya.
Kemudian ia buka kembali pesan dari pria gila yang sangat terobsesi denganya itu. Sekali lagi, hatinya sakit membacanya.
"Hi! Lama tidak bertemu. Masih ingat aku? Aku selalu menunggumu, manisku. Aku menunggumu saat ini. Aku rindu. Temui aku di tempat ini (a location). Kalau tidak, akan ku habisi orang ini."
Tertera foto Taehyung sedang terikat lemah tak berdaya.
"Aku sudah memesankan taxi untukmu, manisku. Cepat! Atau ku jamin kau tak akan melihatnya lagi besok."
SinB menghela napas panjang. Ia tak kuasa menahan air matanya yang terus jatuh bertubi-tubi. Seperti ada ribuan jarum menusuk hatinya. Ia semakin larut dalam tangisnya sampai tak mempedulikan sang sopir taxi yang terlihat mengkhawatirkanya.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya ia sampai di tempat yang sudah dijanjikan. Ia turun di gang samping minimarket agar tak menimbulkan kecurigaan. Kemudian ia harus berjalan menyusuri lorong sempit itu hanya di temani cahaya rembulan. Rasa sesak mulai memenuhi dadanya. Ia melihat sebuah gedung tua setelah menyusuri lorong yang terasa sangat panjang itu.
Ia melihat sekeliling. Tempat itu begitu kumuh, sepi, dan minim penerangan. Ternyata ia sedang berada di bagian belakang dari gedung itu. Tubuhnya mulai gemetar. Jantungnya berpacu dalam tempo yang tak karuan.
"Huh!" Satu hembusan panjang keluar dari mulutnya.
"Aku harus masuk."
Langkahnya terasa sulit karena minimnya penerangan. Ia berjalan sembari meraba-raba tembok yang terasa sangat lembab dan berkerak. Sesekali ia memegang tembok yang berlumut. Lantai itu terasa sangat licin dan sedikit becek karena hujan hari ini.
Dengan langkah gontai dan ditemani deru napasnya yang beradu dengan detak jantungnya, ia mencari-cari jikalau ada sumber suara yang sangat ingin ia dengar. Namun nihil, ia hanya bisa mendengar gemericik air hujan yang jatuh menembus hingga membasahi lantai.
Rambutnya kini mulai basah karena gerimis dan keringat yang bercampur.
"Taehyung-ah!" Ia mulai bersuara karena tak kunjung ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.
Srekk. Srekk. Srekk.
Ia terdiam sejenak. Menganalisis darimana asal bunyi itu. Ia bahkan semakin mendengar jelas detak jantungnya yang mulai memburu.
"Aw!" SinB mengerang. Saat itu juga ia jatuh tak sadarkan diri.
Sayup-sayup terdengar suara hembusan napas seseroang selain dirinya. SinB meringis karena sakit di belakang kepalanya akibat hantaman sebuah benda tumpul. Ia merasa tubuhnya sedang digendong oleh seseorang menuju suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH [SinBTS] ✔
Fanfiction[Completed] "Waktu menghadirkan dirimu di masa mudaku. Waktu membawaku bertemu dengamu, waktu membawaku pergi darimu, dan terkadang waktu membawamu pergi dariku. Mengapa waktu kita selalu salah? Seakan-akan waktu tak ingin kita berada di titik yang...