Hari demi hari kondisi Nessa mengalami naik turun. Dan selama itu pula Fernan selalu menemani Nessa, tak jarang Ia rela menunggu disana. Perubahan besar pun terjadi pada dirinya, citranya yang terkenal rapi dan taat kini berubah. Ia sering telat dan melamun saat pelajaran, tatanan seragam baik rambut juga acak acakan. Orang yang melihat Fernan bagai raga tak berjiwa. Dirinya yang telah terkenal dingin kini makin dingin tak tersentuh, bahkan Ia menjadi emosian. Bahkan sahabat Nessa dan Twins tak sama sekali Ia anggap. Ketika bertemu di rumah sakit contohnya, Fernan sama sekali tak menyapa Mereka.
Kini tepat 1 bulan Nessa koma, dan selama satu bulan pula Fernan menjalani harinya tanpa semangat. Dan hari ini adalah hari terakhir ujian. Bahkan sekolah mengadakan refreshing dengan cara menyelenggarakan Pensi. Dan acara itu dilaksanakan dua hari lagi.
Seluruh Siswa tidak terima akan hal itu. Setelah berjuang akan ujian yang Mereka hadapi, Mereka harus memutar otak untuk Pensi dan menyiapkan segalanya.
Bahkan di Kelas Dave dan Fernan semua sama sama. Beragumen, banyak yang tak setuju. Ada yang mengusulkan untuk menampilkan beberapa kompetensi.
"Gimana kalau Fernan aja yang nyanyi? Suara Dia bagus kan". Ucap Caca tiba tiba, seisi kelas langsung bungkam.
Mereka menatap pemuda yang menatap jendela dengan pandangan tajam namun kosong.
Putri langsung membekap lalu menyeret Caca. Mulut cablak nan polos Caca memang sangat tak mendukung disaat seperti ini.
"Eum, gimana ya? Tapi bener sih kata Caca. Fernan kan suaranya bagus, kalau Dia aja gimana?". Cicit Naura
"Yaudah deh, Gue coba ngomong sama Dave. Ntar kalau Gue yang ngomong, malah Gue yang mampus". Ucap Leo
Leo menghampiri Dave dan membicarakan perihal masalah ide anak anak untuk menampilkan Fernan. Leo meminta tolong untuk membujuk Fernan agar mau. Dave mengehela nafas lalu pergi ke meja Fernan.
"Fer". Panggil Dave
Fernan tak bereaksi, Dave menghela nafas kasar. Tak ada gunanya memanggil Ia terus.
"Ttp aja, anak anak minta tolong ke Lo buat tampil di acara pensi lusa". Ucap Dave
Fernan menatapnya dengan tatapan 'Emang Gue mau?'.
"Please Fer demi kelas, Lo juga gak boleh terlalu larut dalam masalah kita ini. Adek Gue gak bakal seneng kalau tau Lo kayak gini"
Fernan hanya mendengus lalu pergi dari sana. Ia akan ke rumah sakit sekarang, karena tadi Ia kesini atas perintah wali kelas nya untuk merundingkan masalah pensi.
Di dalam mobil Fernan semakin teringat Nessa. Dimana biasanya gadis itu duduk dan melakukan aktivitasnya. Bahkan beberapa make up nya tertinggal di dashboard mobil ini.
15 menit kemudian
Fernan telah sampai di parkiran rumah sakit. Fernan bergegas menuju ruang dimana kekasihnya dirawat.
"Eh Mas Fernan, mau jenguk pacarnya yaa?". Tanya Suster Ovi, suster yang merawat Nessa.
"Hm". Ucap Fernan lalu memakai baju khusus yang tersedia disana.
"Dasar kulkas! Untung ganteng". Decih Suster Ovi lalu pergi darisana.
Ceklek
Fernan segera duduk di kursi yang ada disamping brankar Nessa.
"Hey sayang, masih betah ya tidur. Bangun dong". Ucap Fernan seraya menusuk nusuk pipi Nessa. Untung saja luka memarnya sudah pulih.
"Sayang, lusa Aku disuruh tampil pensi. Jelasnya Aku nyanyi, sebenernya Aku males". Ucap Fernan
KAMU SEDANG MEMBACA
Be real (Completed)
Roman d'amourMemilikimu adalah anugerah terbesar bagiku. Hanya satu yang kusesali, kenapa tak dari dulu saja kutemukanmu? Tuhan memang memiliki cara tersendiri untuk memberikan kebahagiaan. . . . . . . Hey first story nih.....pensaran gak??? baca aja. Agak alay...