Dengan malas Nabilah berjalan menuju lantai dua rumahnya, dia menuju kamar kakak lelaki satu-satunya. Di Ruang tamu Umi dan Buyanya sudah menunggu anak lelakinya itu.
“Mas..”teriak Nabil dari luar kamar Ilham. Dengan sedikit berteriak dan mengetok-ngetok pintu kamar
“Iyaa” hanya itu jawaban dari sang pemilik kamar dari didalam kamar
“Kata Abah cepetan, nanti telat” teriak Nabilah lagi.
Terdengar suara kaki melangkah menuju pintu dan mendapati adik bungsu Ilham yang sudah menampilkan wajah yang sudah sering ia ,ihat ketika ia melakukan kesalahan atau mengejeknya dengan hal-hal yang membuatnya marah“Iyaa, ayoo” katanya.
“Ih lama banget sih, apa-apa harus dipanggil dulu” ucapnya sambil meninggalkan kakaknya didepan pintun kamar itu.
“Yee ngambek” Kata Ilham mengiringi langkah kaku adiknya yang begitu cepat. Sudah biasa bagi Ilham melihat tingkah laku adiknya yang masih terihat anak-anak padahal usianya sudah remaja.
Saat diperjalanan menuju rumah Nailah,Ilham merasa ada yang berbeda di dirinya. Ada sesuatu yang tidak terlihat namun dapat ia rasakan kehadirannya. Senyum dibibirnya selalu terpancar, aura kebahagian nampak pada dirinya.
Tiba-tiba Ilham merasa gugup ingin bertemu Nailah, keringat dingin membasahi tubuhnya Setibanya dirumah Nailah banyak tamu-tamu berdatangan dari anak panti asuhan dan tetangga disekitar rumah Nailah.
“Gak usah gugup kali mas” goda Nabilah pada kakaknya yang baru keluar dari dalam mobil..“Gak ada yang gugup ko” katanya dengan sikap yang ia usahakan biasa saja
“Cie yang mau ketemu calon istri, wanginya beda” ucap Nabilah ketika membisikkan ketelinga kakaknya dan mengendus-endus seperti hewan mencium bau tubuh kakaknya yang terlihat berbeda, ketika melihat tingkah laku kakanya yang salah tingkah ia segera melangkahkan kakinya pergi untuk menyusul Uminya..
______Acara tahlilan Umi Nailah dipimpin oleh Kyai Akbar, Ilham duduk disamping Abahnya namun netra matanya selalu melihat kesetiap sudut ruangan namun tak nampak gadis itu. Do’a-do’a yang dilantunkan Kyai telah selesai dan makanan pun telah dibagikan kepada tamu yang hadir.
Ada beberapa tamu yang pulang ada juga yang masih bertahan untuk berbincang-bincang dengan Kyai Akbar.
“Ilham tolong taruhkan ini ke dapur” perintah Umi. Ilham tersenyum dan mengangguk. Ketika kaki Ilham melangkah kedapur ia melihat sosok wanita sedang berkutik membersihkan sisa-sisa piring.
“Ilham” ucapnya kaget saat mengetahui ada seorang lelaki yang sedang berada di belakangnya.
“Ini mau taruh dimana” ucap Ilham salah tingkah.
“Sini biar aku cuci” mengambil piring kotor yang sedang dibawa pria itu
“Biar aku bantu yah”
“Gak usah, aku bisa ko” tolaknya halus.
“Gak papa, kamu lanjut aja bikin teh nya” ucap Ilham
“Makasih ya, eh tamunya udang pulang semua?” Tanyanya yang masih berkutik dengan air.
“Belum semua, masih ada yang asik ngobrol sama abah”
Nailah hanya mengangguk –anggukan kepalanya, lalu“Makasih ya Ilham, kamu sudah banyak bantu aku. Dari ngurus jenazah Umi dirumah sakit sampe Umi dikebumikan”
“Sama-sama Nailah” ucap Ilham dengan kaku
Setelah itu tidak ada perbincangan antara Nailah dan Ilham, hanya terdengar suara dentingan piring, cangkir, sendok dan suara air yang mengalir.
Usai semua pekerjaan didapur selesai Umi Ilham memanggil Nailah.“Nay, kita bicara dulu sebentar yah nak” Pinta Umi, dia tersenyum dan mengangguk. Ilham merasa senyuman itu sungguh manis melebihi manis nya gula dan madu.
Umi Jannah memegang tangan Nailah dengan lembut dan terpancar dari wajahnya bahwa Umi Ilham sudah sayang dengan gadis yatim pitu itu,
“Begini nak rencanya kami akan menikahkan kamu dengan Ilham 1 minggu lagi, bagaimana pendapatan mu nak?”tanya Umi Jannah.“Kalo Nay terserah aja mi, klo itu yang terbaik “ucap Nailah dengan wajah tertunduk malu
“Kalo begitu, Umi akan menyiapkan semua nya. Kamu siapkan dirimu saja ya nak. Dan jika ada mahar atau syarat yang kau ajukan pada Ilham, langsung kamu katakan ke Umi atau Nabilah yah” titah Umi Jannah lalu memeluk Nailah
“Iya Umi” ucap Nailah membalas pelukan wanita itu
“Kalau begitu Umi dan Abah pulang dulu ya, kamu gak papakan sendirian?”
“Nay gak papa ko mi, terima kasih banyak mi untuk segala bantuan nya” ucap Nay lalu memeluk Umi Jannah lagi dengan air mata itu mengalir lagi dipipinya.
“Sama-sama sayang, kamu jangan nangis lagi. Umi kamu udaha bahagia” Umi Jannah menenangkan calon menantunya itu. Lalu Umi berpamitan pada gadis yatim piatu itu.
“Mba aku pulang dulu yah, dapet salam dari mas Ilham” ucap Nabilah dan membuat hati Nay berdebar dengan kalimat terakhir gadis yang mempunyai badan mungil itu.
Dengan gugup “Iya, salam balik buat masmu yah. Hati-hati yah” ucap Nay malu-malu hingga terlihat tanda merah dipipinya.
Ketika sampai didepan mobil Ilham tarik tangan adik perempuan tunggalnya itu.”Kapan mas mu ini titip salam sama mba Nailah?”protes Ilham sambil menggepal tangan dipinggang
“Nguping ya” balas Nabila tanpa dosa
“Dasar, masih kecil udah bisa bohong sama orang”
“Mas kan gak bisa ngomong langsung, yaudah aku yang bantu hati mas buat ngungkapinnya” ucapnya sembari tertawa lepas lalu dengan segera Nabilah masuk ke dalam mobil.
Ilham merasa kadang adik kecilnya itu menyebalkan, namun ia bisa mengerti perasaan kakanya ini. Ilham menyadari dirinya terlalu kaku jika dengan perempuan, apalagi dengan Nailah dan terutama lagi gadis itu sudah termasuk istimewa baginya
***
Jazakumullah Khairan katsiiraa buat kalian yang sudah membaca, masih pendek ya part nya. Maaf segini dulu yah. Next do'in semoga panjang😁😁
Typo masih bertebaran, maafkeun🙏🙏.
Jangan lupa jaga kesehatan, karena kabut asap sedang meraja lela.
16 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Nailah
Genç Kurgu" Aku ingin seperti Khadijah binti Khuwailid yang tak pernah di madu oleh Rasulullah, karena aku tak sekuat Saudah binti Zam'ah istri kedua Rasulullah yang rela dimadu dengan banyak wanita. Tidak ada wanita yang ingin dirinya dimadu, wanita mana yan...