Dua bulan sudah berlalu sejak kepergiannya dari rumah itu.
Dia hanya tinggal berdua bersama putrinya di Salon.
Hanya itu yang Nailah miliki dengan hasil usahanya sendiri.
Dia hidup dengan mengandalkan penghasilan dari salon miliknya.Sudah berulang kali Ilham menelfon dan menemui nya agar kembali kerumah. Namun nailah tak pernah datang dan menerima tawaran dar Ilham.
“Bunda ada ante Zia” ucap Putrinya agak berteriak memasuki kamar.
“Apa kabar kamu Nay?” lanjut Zia.
“Aku baik Zi, gimana dengan kandungan mu?” tanya Nailah pada sahabat nya yang telah menikah dua bulan yang lalu saat dia pergi meninggalkan rumah suaminya.
“Alhamdulillah Nay”
“Bunda,, kapan Ayah jemput kita? Lama sekali ayah pergi” tanya Sabrina dengan wajah kecewa.
Alih alih menjawab pertanyaan sang putri Nailah menyapu pipi yang telah terjatuh air bening itu dipipinya.
“Nay,, kamu nangis?” tanya Zia
“Apalagi yang aku lakukan selain menangis saat pertanyaan yang tak mampu kujawab untuk putri ku Zii”
“Kembali lah Nay, aku kasian dengan Sabrina” nasehat Zia
“Untuk apa aku kembali, jika hanya luka yang dia beri” kataku
“Ilham hanya melakukan amanah Nay” lanjutnya
“Amanah apa Zii? Amanah yang akan menyakiti istrinya?”sambil menghapus air mata.
“Aku tau ini sangat menyakitkan bagimu Nay, aku tau bagaimana rasaya jika di posisimu saat ini. Tapi apa bias kau kesampingkan amarahmu.”Zia menjeda ucapannya
“Coba kamu lihat Sabrina, kau tega menyakitinya dan menjauhkannya dari Ayahnya” ucap Ana dan Nailah menatap putrinya yang begitu sedih sambil memegang foto sang Ayah.
“Pulanglah Nay demi Sabrina dan Ayah mertuamu”
“Kenapa dengan Abah?” Tanya Nailah kaget ketika Ana mengatakan demi Abah.
“Kyai sakit Nay, sudah satu bulan. Kata Nabil dia selalu memanggil namamu” jelasnya
Nailah kaget dan kecewa pada dirinya karena dia Ayah mertunya sakit. Karena keegoisannya untuk tetap pergi dari rumah diatelah menyakiti putrinya.“kapan kamu gak kerja Zi?” Tanya Nailah
“Besok, ada apa?”
“Mau kamu antarkan aku pulang kerumah” pintanya lirih.
“Sungguh kau akan pulang?” tanya zia meyakinkan ucapanku.
“Iya aku pulang” ucapku. “Aku pulang bukan untuk Ilham, tapi untuk Sabrina dan Abah” lanjutnya
“Baik besok pagi aku kan menjemput kalian” ucap Zia dengan senang.
“Aku tau ini sangat berat untuk kamu, “kata Zia sembari memeluk sahabatnya itu.
Nailah melakukan ini memang hanya untuk Abah Umi dan Sabrina. Dia berusaha ikhlas menghadapi takdir yang telah tertulis untuknya.
__Tepat pukul delapan pagi Zia menjemput Nailah dan Sabrina di salon.
Nailah telah tiba dihalaman pesantren yang telah ia tinggalkan selama dua bulan ini, Nailah keluar dari taksi yang ia tumpangi. Dan para santri kaget ketika Nailah lah yang keluar dari taksi tersebut lalu salah satu santri menghampiri Nailah dan mencium punggung tangan Nailah.
“Ustadazah, Fatimah rindu ustadazh. Ustadzah kemana saja” tanya santri kesayangan Nailah.
“Saya gak kemana mana ko Fat, saya masuk dulu yah” pamit ku pada Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nailah
Novela Juvenil" Aku ingin seperti Khadijah binti Khuwailid yang tak pernah di madu oleh Rasulullah, karena aku tak sekuat Saudah binti Zam'ah istri kedua Rasulullah yang rela dimadu dengan banyak wanita. Tidak ada wanita yang ingin dirinya dimadu, wanita mana yan...