Tak terasa usia pernikahan mereka sudah berjalan 1 tahun 2 bulan. Dari awal pernikahan hingga kini kebiasaan mereka sama seperti awal pernikahan tak ada perubahan dari mereka.Kini Nailah dan Ilham berada dikamar, mereka sibuk dengan kegiataanya masing masing diatas ranjang Nailah asik dengan novel barunya dan disamping Nailah sibuk dengan berkas-berkas pekerjaan Ilham.
Ada sesuatu yang menjanggal di pikiran Nailah, ada sesuatu hal yang menganggu hatinya dan membuat Nailah sangat resah.
"Mas" panggil Nailah dengan lirih.
"Hem, kenapa sayang?" jawab Ilham dengan senyum manisnya .
"Mas gak akan nikah lagikan, ini sudah satu tahun lebih kita nikah. Tapi allah belum ngasih kepercayaa itu kekita"
Mata Ilham membulat dengan pernyataan sang istri. "Kok bahas itu lagi sih" tanya Ilham lalu mengeyanmpingkan laptop yang berada di pangkuannya setelah itu memegang tangan istri.
"Tadi aku kan ikut Umi kepasar, terus ketemu teman Umi. Umi ditanya kapan punya cucu. Aku sedih kasian sama Umi Abah, pasti udah kepengen nimang cucu" jelas Nailah dengan raut wajah yang sedih.
"Kita nikah baru satu tahun dan Allah meminta kita pacaran dulu, kita kan udah berdo'a dan ikhtiar Umi sama Abah pasti ngerti kok. Kalo satu istri aja udah cukup ngapain harus punya dua" ucap Ilham sambil mengusap pelan rambut sang istri.
Senyum Nailah begitu sumringah, sungguh Nailah merasa begitu bahagia dan beruntung memiliki suami seperti Ilham." Makasih ya Mas" Nailah memeluk erat sang suami."Tapi ingat, berdo'a dan ikhtiarnya jangan lupa". Nailah mengangguk antusias dan tersenyum senang di dada bidang Ilham.
"Yasudah sekarang kamu tidur katanya besok mau ke butik kan" Nailah mengangguk.
Nailah pun menutup novelnya dan menaruhnya diatas nakas, dan memulai mencoba memejamkan matanya namun tak kunjung kantuk itu datang."Mas..." panggil Nailah.
"Hmm" hanya deheman yang diberikan oleh Ilham. "gak bisa tidur" ucap Nailah. Namun, tak diberikan respon oleh oleh Ilham, Nailah pun bangkit dari tidurnya dan memegang lengan kekar sang suami." Mas.. aku gak bisa tidur" ucap Nailha degan nada manja.
Ilham pun menaruh berkas-berkas pekerjaannya dinakas dan menghadapkan tubuhnya ke arah Nailah."Kenapa gak bisa tidur" ucap Ilham sambil mengusap pucuk kepala sang istri. "Mau dibacain sholawat biar cepet tidur" pinta Nailah.
Ilham mengangguk sembari tersenyum dan memulai menyanyikan sholawat kesukaan Nailah. Ilham tak hanya tampan namun memiliki suara yang begitu merdu. Satu bauh sholawat selesai Nailah pun tak kunjung tidur, biasanya jika istrinya tak bisa tidur pasti ada sesuatu yang menjanggal dipikiran istrinya.
"kenapa belum tidur, ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Ilham.
Nailah melepaskan pelukannya dan memandang wajah sang suami." kamu jadi berangkat keluar kotanya" tanya Nailah.
"Iya Nay, tapi keberangkat Mas ditunda jadi Mas perginya besok lusa" kata Ilham.
"Beneran Mas,, " tanya Nailah dengan mata berbinar penuh harapan dan Ilham mengangguk senyum.
"Berarti besok temenin Nay ke salon yah" pinta Nailah manja.
"Iya sayang," lanjut Ilham.
Nailah tersenyum dan memeluk kembali Ilham, ia pun tertidur didalam pelukan Ilham"***
Usai sholat subuh Nailah memulai pekerjaan seperti biasa, usai menyiapkan pakaian untuk sang suami Nailah pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk Ilham.Selesai makan Nailah dan Ilham pergi kekantor Ilham untuk menandatangani beberapa berkas sebelum berangkat ke salon Nailah.
"Mas berapa hari di jakartanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nailah
Fiksi Remaja" Aku ingin seperti Khadijah binti Khuwailid yang tak pernah di madu oleh Rasulullah, karena aku tak sekuat Saudah binti Zam'ah istri kedua Rasulullah yang rela dimadu dengan banyak wanita. Tidak ada wanita yang ingin dirinya dimadu, wanita mana yan...