Takdirnya

13.2K 680 172
                                    

“Kok mau si dimadu sama Ustadz Ilham?”

“Iya ndo kenapa?

Nailah menarik nafas dalam. Ia sudah mengira akan mendapatkan pertanyaan yang terlontar oleh orang-orang yang berpapasan dengan Nailah, mau itu dipasar ataupun di lingkugan pesantren. Ada orang yang iba terhadap Nailah dan ada yang mengatakan wanita bodoh karena mau dimadu dan satu rumah bersama madunya.

Saat pertanyaan itu terlontar dari mulut semua orang Nailah hanya memberikan senyuman dan berkata.”Allah lagi ngajarin saya Ikhlas”

Setelah berbelanja sayuran Nailah beralih kepedagang daging dan ikan. Walau di supermarket tersedia berbagai macam keperluan rumah tangga, Nailah tetap memilih pasar tradisional yang banyak para pembelinya yang tak mandang derajat. Saat menginjak pasar itu tak ada perbedaan derajat yang membedakan hanya pedagang dan pembeli.

“Assalamu’alaikum” sapa Nailah pada pedagang daging ayam.

“Waalaikumsalam, aduh si eneng baru keliatan. Kemana aja neng baru kepasar?’

“Gak kemana mana ko bu cuma jarang aja keluar rumah palingan keluar buat ngajar di pesantren doang” ucap Nailah sambil memilahdaging ayam.

“Ibu boleh nanya gak neng?”

“Masalah kenapa saya mau dimadu?” tebak Nailah dan menampilkan senyum manisnya.

“Heheee, iya neng. Ibu pengen tau dari eneng langsung. Gak mau denger menurut burung burung” ucap pedagang itu dengan candanya.

“Saya cuma mau berbakti pada suami saja bu”

“Tapi ibu pernah denger ya neng, kalo neng Nailah pernah kabur dari rumah karena gak mau dimadu sama ustadz Ilham. Bener gak neng?”

Nailah hanya tersenyum dengan pertnyaan yang terlontar oleh pedagang itu.”Saya gak pernah kabur dari rumah, klo saya kabur gak mungkin saya ada disini dan membeli daging ayam ibu”.ucap Nailah dengan nada bercanda.

“Katanya eneng dua bulan gak ada dilingkungan pesantren?”

“Ibunya aja kali yang gak pernah main kepesantren, saya gak pernah kabur” ucap Nailah jujur.
Nailah memang tak pernah kabur, dia hanya pergi menenang diri dan memahami kondisi yang sekarang menimpanya dengan putrinya.

“Hehee, saat ada pengajian di pesantren ibu ketiduran terus neng.”

“Pake alarm aja bu biar bangun, heheheee”ucap Nailah diirini tawa.

“Terus eneng kenapa mau dimadu? ”

“Allah lagi ngajarin saya ikhlas bu, ini uangnya ya bu. Saya permisi dulu Assalamu’alaikum“ pamit Nailah,

Setelah selesai berbelanja keperluan rumah dan dapur Nailah pulang kerumah nya dengan berjalan kaki. Pasar dan lingkungan  pesantren tidak terlalu jauh. Bejalan kaki hanya memerlukan waktu sepuluh menit saja.
__
“Assalmu’alaikum” ucap Nailah ketika memasuki rumah. Namun tak ada jawaban dari orang rumah. Mungkin Aliya sedang berada dikamarny batin Nailah.

Nailah merapikan belanjaan nya dan menaruhnya di tempat seharusnya. Ketika sedang asik menata sayuran di kulkas Nailah mendengar suara anak kecil sedang berteriak ke arahnya.

“Bundaaaa” teriak Sabrina sambil berlari menuju posisinya Nailah sekarang dan langsung memeluknya ketika sudah sampai didekat Nailah.

“Loh ko udah pulang bukan nya jam sepuluh ya pulang nya? Ini baru jam sembilan” ucap Nailah sambil melihat jam tangannya.

“Tadi pihak sekolah nelpon aku katanya jam sembilan udah pulang” lanjut Ilham ketika berada ditempat yang sama dengan Nialh dan Sabrina.

“Oalah, kok gak nelpon Nay mas?” kata Nailah.

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang