Gadis yang ditunggu

9.2K 441 26
                                    


Tak terasa Waktu terlalu cepat berlalu, Ilham sedang duduk dimeja makan sambil memperhatikan wanita dengan perut yang sudah membesar.

Ilham melarang Nailah untuk beraktivitas atau menyiapkan segala keperluannya, namun apa daya Nailah tetap dengan komitmennya bahwa mengurus suami adalah ladang pahala baginya. Seusai makan Nailah yang ditemani Ilham berjalan menuju rumah ummi, Nailah memang sudah di sarankan oleh dokter untuk sering berjalan di setiap pagi hari agar mempermudah nanti persalinan.

“Ummi mau kemana?”tanya Ilham ketika melihat sang ibu sudah sangat rapi dan dua koper besar.

“Mau kerumah abi Kamil dan Umma Aisyah” kata umi sambil memperhatikan semua barang takut ada yang tertinggal

“Ngapain ummi?”tanya Ilham lagi.

“Ya allah. Berarti ummi lupa ngasih tau kalian.”ujar mmi sembari menepuk jidatnya.

“Seminggu yang lalu umma ngasih tau bahwa lusa akan di laksanakannya akad Afraz dengan gadis Solo”lanjut ummi

“Kok mendadak?” kata Ilham lagi

“Bukan mendadak, khitbah sudah di lakukan satu bulan yang lalu abah sendiri yang kesana meminang gadis itu” kata ummi

“Mereka dijodohkan ummi?” kini Nailah yang penasaran

“Awalnya gitu, tapi Afraz nolak berhubung mereka gak kenal sama sekali katanya. Tetapi Afraz nelfon mau menikah dengan siapapun pilihan Abi sama Ummanya” kata ummi
Nailah meresa senang sekali, akhirnya Afraz akan menikah dan tidak akan merugikan dirinya sendiri karena hanya sebuah penantian yang tak akan ia dapatkan.

Nailah dan Ilham diundang keacara akad nikah itu namun kondisi Nailah yang tidak memungkin datang karena perut yang sudah membesar, ummi yang melarang mereka untuk pergi apalagi akad dan resepsi akan dilaksakan di Solo.

Ummi juga berpesan pada Ilham untuk tidak kemana-mana apalagi untuk pergi bekerja, karena ia tidak ingin menantu kesayangannya sendiri di rumah. Memang selama Ilham tidak ada Ummi lah yang menemani Nailah dan membantu Nailah untuk melakukan ativitas.

Setelah keberangkatan abah, ummi, dan Nabil hanya tersisa sepasang suami istri dan sepagi ini Nailah mengidam buah mangga yang masih di pohon dan hanya ingin Ilham yang mengambilnya di pohon. Untung saja di area pesantren banyak sekali pohon mangga walau dengan buah yang masih berukuran kecil sehingga tidak mempersulit Ilham untuk mencari ke daeah perumahan warga.

Ilham mengupas dan memotongkan buah mangga muda segar itu dengan sangat telaten, Nailah hanya duduk manis menunggu mangga muda yang ia inginkan.

Ilham memperhatikan Nailah memakan mangga muda itu tanpa merasa asam, ibu hamil itu seperti memakan buah apel padahal ia sedang memakan mangga, Ilham hanya memperhatikan calon ibu itu memakan buahnya.

Waktu begitu cepat berlalu hingga usia kandungan Nailah sama dengan usia faiz sekarang, Ilham masih belum memberitahu ke keluarganya serta kepada Nailah atas pernikahannya dengan Aliya. Sungguh Ilham bingung memulai dari mana untuk menceritakan kejadian yang sesungguhnya.

***
“Mas Ilham, perut Nay Mas” ucap Nailah lemas sambil memegang perutnya.

“Nay, ketubanmu pecah Nay” Kata Ilham sembari menggendong istrinya lalu membawa menuju mobil untuk ia bawa kerumah sakit.

Setiba dirumah sakit Nailah langsung di atasi oleh para perawat dan dokter Fina. Ilham langsung mengabari Umi dan Abah bahwa Nailah akan melahirkan.

Ketegangan Ilham sama seperti ketegangan Aliya saat ingin melahirkan Faiz. Walau Nailah sudah di atasi oleh dokter yang ahli dalam bidang persalinan tetap saja ia mengkhawatirkan keadaan anak dan istrinya
“Ilham, Nailah dimana?” tanya Umi yang baru tiba.

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang