Wanita Impian

10.5K 512 12
                                    

Jazakumullah Khairan katsiiraa buat kalian yang sudah membaca.

Typo masih bertebaran, maafkeun🙏

___

Selesai sholat subuh, Ilham tidak beranjak dari masjid ia melanjutkan kegiatannya yaitu menerima setoran dari santri-santri abahnya. Ilham bukan hanya sebagai anak dari Kyai dan seorang pengusaha muda namun ia juga salah satu pengajar di pesantren itu.

Ilham handal dalam bidang-bidang perusahaan namun ia juga tak boleh lupa harus lebih handal dalam urusan akhirat. Usai menerima setoran dari santri-santri di Nurul Huda, Ilham melanjutlkan kegiataannya yaitu membuka mushaf kesayangannya yang sudah menemaninya sejak berumur 10 tahun, mushaf itu pemberian dari kakeknya sebelum beliau wafat, tepat di hari ulang tahun Ilham mushaf itu di berikan.

Sesibuk apapun dirinya wajib bagi Ilham untuk membaca kitab umat muslim itu.

Saat mushaf ini diberikan kakek sembari mengatakan, "Sesibuk apapun manusia, biasakanlah membaca Al-Qur'an walau hanya satu ayat". Perkataan inilah yang selalu dipegang Ilham, sesibuk apapun dirinya ia selalu berusaha membaca Al-Qur'an dan ia sangat berusaha dalam satu bulan ia sudah mengkhatamkan kitab suci Al-Qur'an.

Sebelum Ilham meninggalkan masjid dan melanjutkan aktivitasnya ia tidak lupa untuk melaksanakan sholat dhuha dua raka'at.
Saat Ilham masuk kedalam rumah, adik kecilnya menghampiri dirinya sembari berlari dengan senyum dibibirnya.

"Assalamu'alaikum" ucap Ilham dan langsung mendapat balasan dari adik perempuannya yang berjalan menuju dirinya

"Mas, kata mba Nailah jemput di salonnya aja" ucap Nabilah semangat, entah sejak kapan anak ini sangat bersemangat ketika sudah membahas tentang Nailah.

Ilham hanya mengangguk dan menuju dapur bersama Nabil menemui Umi untuk meminta ijin menemui Nailah

"Mi, Ilham sama Nabilah pergi dulu yah" ucapnya dari arah belakang badan Umi.

"Jadi pergi beli cincinya" tanya Umi.

"Iya mi" ucap Ilham lalu meminum air putih yang tersedia di atas meja.

"Nailah kamu jemputkan ham?" tanya Umi lagi.

"Iya mi, sama Nabilah juga"

"Ya sudah hati-hati ya Ham, Bil" titah Umi.

"Pergi dulu ya Mi, Assaamu'alaikum". Pamit Ilhan dan Nabil lalu mencium punggung tangan umi dan Umi membalas salam kedua anaknya
Dari rumah Ilham hanya sekitar 45 menit menuju salon Nailah, sungguh Ilham dibuat kagum dengan wanita yang segera ia halalkan itu. Dia gadis mandiri, di usia muda dia sudah memiliki salon sendiri, dan seorang muslimah yang tidak hanya baik di dalam namun ia juga baik dalam hal akhlak.

Selama perjalanan Ilham hanya diam, ia berpikir keras akan tentang apa yang akan ia bicarakan nanti dengan Nailah, ingin rasanya ia bertanya apakah di ikhlas menerima pernikahan ini.

"Mas tunggu disini ya, aku kedalam dulu manggil mba Nailah" ujar Nabil ketika kami sampai tepat didepan salon yang bernama Saafia Muslimah.

"Iya,"

Ilham baru menyadari jika satpam yang didepan salon calon istrinya itu perempuan, ia juga melihat tulisan yang cukup tebal dan jelas KHUSUS MUSLIMAH. Ilham mengamati ke dalam salon itu, yang ia lihat sedari tadi juga hanya perempuan tidak ada satu pun lelaki terlihat.

Tak berapa lama Nabilah keluar dengan gadis bergamis hijau toska dengan hijab yang senada keluar dari salon itu. Beberapa detik Ilham terpaku dengan kecantikan wanita yang di gandeng adik perempuannya itu.

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang