Suasana rumah itu sepi, hanya ada wanita yang sedang duduk dihalaman rumahnya sambil mengaji dengan mushaf kesayangannya. Sudah hapir seminggu suaminya tidak pulang, tidak biasanya Ilham akan pergi selama ini namun ia selalu berfikir positif tentang suaminya itu.Belum selesai ia mengaji ia mendengar suara mobil yang berhenti tepat didepan rumahnya, Nailah pun menghentikan dan menutup mushaf kecil berwarna ungu muda itu. Lalu bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang keluar dari mobil itu yang pasti mobil berwarna hitam ini bukan mobil suaminya.
Nailah terperangah ketika melihat siapa yang keluar dari mobil itu, lelaki itu langsung memasuki halaman rumah Nailah yang kebetulan pagar rumahnya tak ia kunci.
“Kalo ingin cari mas Ilham, dia masih di luar kota” dengan malas Nailah berbicara dengan sepupu Ilham ini.
“Aku kesini tidak mencari Ilham, namun aku ingin menemui kamu Nay” ucap Afraz dengan santai.
“Untuk apa kamu menemui aku lagi mas..”
“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu?” kata Ilham
“Apa..”
“Apakah Ilham mengetahui hubungan kita yang dulu?” tanya Afraz
“Aku tidak akan menceritakan masa lalu kita pada siapaun, karena aku sudah menguburnya dalam-dalam”
“Semudah itu kah Nay kamu melupakan tentang kita, Nay kamu tau kan aku sangat mencintai kamu. Dan apasalahnya Ilham mengetahui ini semua mungkin saja ia akan mengalah melepaskan kamu dan memberikan kamu padaku” ujar Afraz jujur dengan hati yang terdalam
“Mas kira Nay ini barang!! Sampai kapan pun Nay gak mau ada orang lain tau tentang hubungan kita di masa lalu” terang Nailah.
“Aku tau Nay kalo rumah tangga kalian tidak bahagia, karena kalian belum memiliki anak” kata Afraz
“Tinggalkan Ilham Nay, mungkin saja Ilham yang bermasalah karena hingga saat ini kalian belum memiliki keturunan” lanjut Afraz
“Sampai kapanpun Nay gak akan meninggalkan suami Nay. Nay dan mas Ilham baik-baik saja, tidak ada yang bermasalah Nay ataupun mas Ilham. Hanya saja Allah belum berkehendak !!” Nailah sedikit emosi dengan ucapan Afraz yang tak bertutur kata dengan baik
Afraz hanya diam, harus bagaimana lagi ia ingin mengajak Nailah kembali dengan dirinya. Ini memang tidak benar tetapi bagaimana rasa cintanya terhadap Nailah masih sempurna.“Ka lutfi, jika memang ka lutfi menyayangi Nay. Tolong lepaskan Nailah, ini tidak baik untuk keluarga kita ka. Nay gak mau kehilangan keluarga ini” Nailah memohon pada Afraz dengan menangkupkan kedua tangannya dan ada air mata yang ingin lolos ke pipinya.
“Baik.. aku akan membiarkan kamu bersama Ilham tapi kamu akan tetap dalam hati dan pikiranku karena aku sangat menyayangimu Nailah. Aku tidak ingin ada yang membuatmu menangis di keluarga ini dan ijinkan aku tetap mencintaimu” Ucap Afraz lalu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Nailah.
Afraz menghentikan langkahnya.”Jika aku mengetahui bahwa Ilham membuatmu menangis, maka jangan salahkan aku jika kamu tidak akan bersama Ilham lagi” lalu Afraz melanjutkan langkahnya keluar dari halaman rumah Nailah.
Selepas kepergian Afraz, Nailah langsung memasuki rumahnya ia tak ingin para santri disini mengetahui dirinya sendang menangis. Nailah sungguh tidak menyangka jika ka Lutfi yang kini di kenal sebagai Afraz sangat berubah tidak selembut dan seramah dulu kina ka Lutfinya sudah berubah menjadi lelaki yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nailah
Teen Fiction" Aku ingin seperti Khadijah binti Khuwailid yang tak pernah di madu oleh Rasulullah, karena aku tak sekuat Saudah binti Zam'ah istri kedua Rasulullah yang rela dimadu dengan banyak wanita. Tidak ada wanita yang ingin dirinya dimadu, wanita mana yan...