Akad Nikah

10.2K 490 7
                                    

Tak terasa hari yang dinanti-nanti telah tiba, acara akad nikah antara Ilhan dan Nailah di langsungkan dimesjid pesantren. Nailah begitu anggun dengan gaun kebaya syari’ berwarna putih dan Ilham begitu menawan dengan baju yang warna senada dengan calon istrinya.

Berhubung wali Nailah telah tiada jadi yang mengantikan posisi Abi Nailah adalah Adik kandung dari Abinya yaitu paman Husin. Paman Husin tidak tinggal di Indonesia melainkan tinggal di kota yang terkenal dengan peradaban kuno dan sungai Nilnya yaitu Mesir. Semenjak kepergian kaka kandungnya paman Husin, Nailah sudah di anggap seperti putri kandungnya sendiri dan sebenarnya paman Husin ingin membawa Nailah ke Mesir ketika tau Umi nya telah tiada, namun ketika mendapatkan kabar bahwa ia akan dipersunting dengan anak sahabat Abinya yang paman Husin kenal juga maka di urungkan lah keinginan paman Husin itu.

Acara akad nikah akan segera di mulai, para undangan yang terdiri dari sahabat-sahabat Kyai Akbar, teman Ilhan dan Nailah, dan keluarga dari kedua mempelaipun telah berada di dalam mesjid. Sudah terlihat dari raut wajah Ilham jikalau dia sangat tegang dalam acara ini, ia merasa tangannya begitu dingin dan kaku yang begitu kaku.
Dalam acara ijab qabul Nailah dan Ilham tidak disandingkan, Ilham dan Nailah berada di tempat yang berbeda.

Nailah ditemani oleh sahabat karibnya Shazia yang ia panggil Zia, di saat pemakan Umi dia tak hadir karena sedang tugas di luar kota, dia seorang perawat di salah satu rumah sakit ternama di Jojga. Zia memang tidak ada hubungan darah dengan keluarganya tapi Umi Nailah juga menganggap Zia seperti Anaknya.

“Aku gak nyangka loh kamu nikah secepet ini” ucap Zia tak menyangka,dan tangan nya membelai gadis yang sedang tegang melihat kelayar kaca yang sedang menyangkan suasana di salam mesjid.

Wanita itu hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Zia. Zia tidak menyangka Nailah akan menikah secepat ini, Zia pun minta penjelasalan kenapa Nailah bisa menikah dengan Ilham, dan memberikan pertanyaan yang banyak untuk Ilham dan Nailah sepulang dari makan Umi tempohari sebelum akad ini berlangsung.  Zia memang tempat curahan Nailah selain Umi, Zia lah yang jadi sandarannya setelah Umi. Mangkanya dari itu Zia memberika amanah pula kepada lham untuk menjaga sahabatnya ini, ia menitipkan Nailah kepada Ilham untuk Ilham jaga sepenuh hati

Tubuh Nailah terasa panas dingin ketika lantunan ayat suci mulai terdengar oleh telinga Nailah dari suara pengeras suara. Zia menggenggam erat tangan Nailah saat paman Husin  mulai mengucapkan kalimat sakral.

Ilham pun tak kalah semakin tegang ketika paman Husin menjabat tangannya. Ijab qabul di ucapkan paman Husin dengan menggunakan bahasa Arab, mahar yang sederhana hanya seperangat alat sholat Ilham dengan lantang menjawab qobul dengan hanya satu tarikan nafas.

Air mata Nailah mengalir  saat Ilham mengucapkan ijab kabul dengan tarikan satu nafas dan tak ada keraguan yang terlontar dari Ilham. Ketika para saksi telah mengatakansah dan semua para undangan mengatakan “Barakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa jama’a bainakuma fii khoir”.

“Alhamdulillah” ucapan syukur dilontarkan oleh Zia lalu memeluk tubuh Nailah dan  Nailah menangis dipelukan Zia. Antara senang dan sedih yang dirasakan oleh pengantin baru ini antara senang sekarang ia telah memiliki suami seperti Ilham dan memiliki mertua yang begitu menyanginya dan sedih karna orangtuanya tidak ada saat hari bahagia putri kesayangan mereka.

Setelah itu Nailah keluar ruangan di temani oleh Zia dan Nabil, dengan gugup yang mendominasi Nailah sangat perlahan berjalan menuju tempat duduk Ilham, hingga Nabil dan Zia pun merasakan dingin tangannya Nailah. Banyak sepasang mata yang mengarahkan mata mereka ke arah Nailah dengan rasa kagum.

“Masha Allah, menantu Kyai sama Bu nyai cantik banget yah. Masih muda lagi”

“Cocok banget sama ka Ilham, yang satu ganteng yang satu cantik”

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang