Hati Yang Terluka

11.8K 638 200
                                    

Dengerin lagu di atas deh, liriknya pas buat perasaan Nailah kini

🌸🌸🌸

“Bundaaa itu ayah” ucap Sabrina sambil menarik gamis Nailah.

“Ayah lagi di Jakarta sayang” ucap Nailah masih terfokus dengan ponselnya.

“Itu ayah bundaa” ucapnyaa sekali lagi

“Mana sayang” Nailah mengarahkan matanya ke arah tangan yang ditunjuk putrinya.

“Ayah” teriak Sabrina
Belum sempat dirinya menghubungi Ilham, putrinya menarik-narik gamis yang ia kenakan.

Mustahil rasanya dalam 30 menit dari Jakarta ke Yogyakarta apa lagi ini akhir pekan jalan pasti sangat macet oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ia pun belum memasukkan handphone kedalam tas dan mengikuti arahan dari sang putri yang menunjuk ke arah depan mereka.

Duarr!!!!

Nailah membeku, dunianya seakan berhenti. Ponsel yang ia pegang juga terjatuh badannya lemas dan sesak dibagian dada.

Yang dikatakan putrinya memang benar itu Ilham, tapi dengan seoarang perempuan yang memegang lengannya dan Ilham sedang menggendong anak laki laki. Banyak pertanyaan yang ia ajukan pada saat itu, ingin rasanya ia berteriak di tempat itu namun ia ak mampu mengeluarkan suara. Matanya memanas dan sesak dibagian dada membuat air mata itu meluncur dengan mudahnya.

Jika itu teman tidak mungkin mereka sampai berpegangan tangan karena mereka bukan muhrim, tetapi jika yang dilihat Nailah ini sudah membuktikan bahwa mereka sudah menikah dan Ilham menghianati dirinya batin Nailah
Nailah juga merasa kaget karena ia mengenali wanita yang disebalah suaminya ia dia Aliya, Aliya teman beberapa tahun ini ia kenal. Sedangkan lelaki itu sangat kaget ketika dihadapannya adalah istri pertama dan putrinya. Nailah masih membeku diposisinya dan mengalir air bening itu dipipinya tanpa berhenti walau semua orang melihat wanita dan seorang anak perempuan disampingnya.

“Bunda ini hp ny jatuh” ucap Sabrina menyadarkan Nailah. Ia melihat ke arah putrinya, ia bertanya pada dirinya sendiri apa yang sedang putrinya fikirkan tentang ayahnya

“Bunda,, kita samperin ayah yu. “ Ajak Sabrina lalu Nailah menatap Ilham dengan wajah memerah dan menahan sebuah amarah di hatinya. Ilham gelisah apa yang ia lakukan saat ini, kenyataan itu kini terlihat oleh Nailah sendiri tanpa ia menjelaskan selama berapa tahun lamanya. Sedangkan Aliya merasa bingung kenapa Nailah menatap ke arah dia dan Ilham begitu murka.

Kemudian Nailah mengambil ponsel yang di tangan Sabrina lalu menggendong Sabrina untuk pergi meninggalkan lelaki yang bestatus suaminya. Nailah mendengar namanya di panggil tapi tak dihiraukan oleh Nailah.

Ketika didalam mobil Nailah menangis dan memukul-mukul  setir mobilnya. Ia begitu rapuh saat ini, tidak ada tempat sandaran bagi dirinya. Bahu yang selalu menjadi tempat sandaran baginya kini tidak ada bersamanya, malah ia membiarkan wanita lain bersandar dengan bahunya.
Nailah berusaha mencerna dan menenangkan dirinya, ia berharap apa yang ia lihat bukan yang aa fikirannya. Dan ini mungkin hanya halusinasi dirinya hingga otak dan hatinya tidak sinkron. Tetapi sisilain, Nailah berfikir mungkin saja perkiraan dirinya benar jika Ilham sudah menghianati dirinya.

“Bunda jangan nangis” ucap Sabrina, Nailah lupa jika dia sedang bersama putrinya ia.

“Bunda gak nangis sayang, kita pulang yah” kata Nailah menghapus air matanya dan menenangkan dirinya sendiri
Nailah pergi meninggalkan Mall itu dan melajukan mobilnya menuju rumah.

Selama perjalanaan kejadian yang di Mall itu sangat mengganggu fikirannya saat ini, Nailah menyadari keadaannya saat ini hingga ia tidak melajukan mobilnya karena hati seorang ibunya bangkit, jika kejadian yang tidak diinginkan terjadi dan keadaan putrinya akan terjadi sesuatu maka ini akan membuat Nailah lebih merasa menyesal.

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang