Apa Maksudnya ini?

9.8K 523 116
                                    

Cuaca di minggu pagi ini sangat cerah, mentari menyinarkan cahayanya  begitu sempurna.

Nailah sedang menemani Sabrina bermain dihalaman depan dan tak lupa adab santri di Nurul Huda kepada Ustadzh sekaligus menantu pemiliki pondok pesantren ini selalu menyapanya setiap melewati depan rumahnya.

Sembari menemani Sabrina bermain, Nailah menyiram bunga-bunga mawar yang ia rawat sedari masih bibit. Kesuntukan dan kesepian Nailah hilang hanya karena senyum purinya dan melihat bunga-bunga kesayangannya mekar dengan indahnya.

Nailah teringat bunga-bunga mawar putih yang pernah dikirim oleh Afraz ke kantornya beberapa tahun lalu. Setelah Nailah mengetahui bunga-bunga itu dari Afraz, ia meminta karyawanya untuk memberikan bunga-bunga itu kepada siapa pun yang menginginkannya.

Nailah juga mendapatkan kabar jika Sarah sedang mengandung anak pertama mereka, ia sangat senang ketika mendapatkan kabar itu beberapa hari yang lalu dari ummi. Akhirnya Afraz sudah benar-benar mampu melukan dirinya.

“Assalamu’alaikum  mba Nailah” sapa seseorang yang mengagetkan dirinya

“Waalaikumsalam, ustadzah Kania.” Nailah menjawab salam Kania dengan ramah lalu menaruh siraman bunga itu dan megelap tangannya yang basah dengan gamisnya.

“Mba.. boleh saya menanyakan sesuatu sama mba Nailah?” ujar Kania dengan ragu

“Silahkan, mari duduk” tawarnya

“Ada apa?” tanya Nailah ketika mereka sudah duduk di kursi di teras rumah.  Kania adalah salah satu ustadzah pengajar lama di pesantren dan ia juga pernah menyantri di pesantren Nurul Huda.

“Saya mau tanya masalah pernikahan mba?” katanya

“Monggo” Ujar Nailah mempersilahkan.

“Mba pernah menolak lamaran seseorang sebelumnya?” tanya Kania, Nailah mengingat-ingat apakah dia pernah menolak lamaran seseorang.”Pernah” katanya ketika sudah mengingat kejadian 6 tahun yang lalu.

”Kenapa Mba?”tanyanya

“Lelaki itu baik, agamanya bagus, sudah mampu dalam hal material. Aku selalu berdo’a  meminta jawaban disepertiga malam sama Allah untuk mencari jawaban yang belum aku berikan kepadanya. Hingga aku mendapatkan jawaban yang sudah cukup jelas salah satunya ia tidak memuliakan seorang wanita dan tidak melindungi kaum wanita. Ia bersikap acuh ketika di dekat dia ada seorang perempuan yang sedang kena musibah karena tasnya dicuri oleh jambret. Lelaki itu hanya diam bersikap tak peduli. Sedangkan aku saat itu meminta kepada Allah untuk dikirimkan lelaki soleh dengan akhlak yang mulia dan mampu memuliahkan seorang wanita”

“aku berdiskusi dengan ibuku, menceritakan semua yang aku alami. Alhamdulillah ibuku menyetujui keputusanku” kata Nailah menjelaskan panjang lebar yang pernah ia alami.

“Apa boleh mba kita menolak lamaran seseorang  jika boleh bagaimana caranya menolak mba?tanyanya lagi

“aku pernah membaca Fatwa Dr. Soleh al-Fauzan. Menolak lamaran pria atau khitbah dalam Islam adalah diperbolehkan, tidak berdosa. Meskipun lelaki itu  orang yang soleh. Karena menikah prinsipnya adalah memilih pasangan yang soleh dan adanya rasa cinta dari hati. Kecuali jika kita tidak suka dengannnya karena agamanya. Maka kita berdosa dalam hal ini, karena sama saja kita membenci orang mukmin. Sementara orang mukmin wajib dicintai karena Allah. Akan tetapi, kita tidak harus menikah dengannya, selama kitaa tidak ada rasa cinta. “

“Cara menolaknya, harus dengan tata cara yang lemah lembut tanpa menyinggung perasaan lelaki itu tapi intinya tetaplah menolak lamaran itu, hal ini biar tidak menimbulkan fitnah dalam Islam dan tidak menyakiti hati orang lain. Karena seperti yang kita tahu, hukum menyakiti orang dalam Islam adalah dilarang dan dapat menimbulkan dosa.” Nailah menjelaskan apa yang pernah ia lakukan dari sumber yang memang ia percaya.

NailahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang