Ditengah kota, terdapat sebuah restoran yang cukup ramai di malam hari minggu ini. Restoran itu terlihat cukup sibuk dengan datangnya tamu silih berganti.
Seorang pria gemuk yang mengenakan baju chef berteriak kepada team nya "Pesanan spaghetti black ink creamy belum keluar. Jimin, cepat potong ayamnya."
"Nde chef" sahut namja yang bernama Jimin.
Jimin sedang memotong ayam untuk condiment dari pasta tadi. Ia memberikan ayam yang sudah ia potong kepada head cook nya.
"Ini chef." ucap Jimin dan berlalu pergi kembali ke station nya untuk memotong beberapa sayuran untuk masakan lain.
"Park Jimin mana wortel paysane ku?" teriak kawannya.
"Sebentar Hyung." teriak Jimin balik.
Yeah begitulah hari hari Jimin yang bekerja sebagai commis chef di restoran bintang 4 di pusat kota.
.
.
.
.
.Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Jimin harus segera pulang karena seseorang sedang menunggunya dirumah.
Jimin yakin orang itu belum tidur jika Jimin belum pulang. Jimin jadi membayangkan senyum orang itu, tawa orang itu, yang membuatnya harus semangat bekerja untuk kebahagiaan orang itu d dirinya juga.
Jimin menuju ruang loker nya. Ia melepas baju chefnya dan meletakkan di keranjang laundry.
"Kau langsung pulang? Tak mau ikut bersama kami untuk minum?" tawar Taemin pada Jimin.
Jimin yang masih memasangkan kaos pada tubuhnya menggeleng. "Maaf Hyung, aku harus segera pulang." Jimin memberi senyum kepada teman temannya. Ia meraih tas nya dan langsung bergegas setelah pamit. "Aku duluan hyung." setelah itu tubuh Jimin hilang dibalik pintu.
"Jika aku jadi dia, aku sudah meletakkan adikku ke panti asuhan." ucap Kai karena geram Jimin tak pernah mau mengikuti kawan kawannya saat mencari hiburan. Entah di club, atau sekedar kedai pinggir jalan.
"Sayangnya kau bukan dia Kai." ucap Taemin dan mendapatkan dengusan kasar dari Kai.
.
.
.
.
.Jimin sedang didalam bus. Ini bus terakhir menuju rumahnya. Ia memasang earphone pada telinganya dan menatap layar ponselnya dengan senyum yang tak akan hilang begitu saja.
Suara tawa gadis kecil yang berumur 8 tahun membuatnya terasa hidupnya sudah lebih dari cukup. Gadis itu tertawa dengan kencang saat teman Jimin yaitu Jungkook dan Taehyung sedang berpura pura berkelahi.
Tak lama kemudian bus itu hampir tiba dihalte tujuan Jimin. Jimin berdiri dan memasukkan ponselnya kedalam saku.
Lalu ia turun dan langsung berjalan menuju bangunan yang tak jauh dari halte.
Bangunan itu sederhana. Hanya sebuah bangunan berukuran 6x12 meter dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi sudah cukup untuknya.
Jam yang melingkar ditangan kekar Jimin menunjukan pukul setengah sebelas malam. Jimin berlari kecil menuju rumahnya. Setelah sampai didepan rumah itu, ia langsung membuka dan menatap sekeliling.
"Aku pulang." ucap Jimin lirih.
Jimin masuk dengan perasaan was was. Karena tak biasanya orang yang menunggunya tak muncul keberadaanya.
Jimin berjalan menuju dapur hendak meneguk air minum karena lelah sedikit berlari.
Jimin membuka kulkas dan mengambil botol air minum. Namun saat ia menutup pintu kulkas, ia terkejut bukan main saat sesosok makhluk kecil bertopeng putih dengan mata dan mulut menghitam berada tepat dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Star (PJM)
Teen FictionPark Jimin, seorang laki laki yang sabar menghadapi beratnya cobaan hidup. Ia memiliki adik yang berperilaku HyperActive bahkan beberapa orang menganggap adik Jimin berbahaya. Seperti layaknya anak autis. Jimin harus menghidupi adiknya seorang diri...