Jimin masih terduduk di bangku tunggu rumah sakit. Ia terus merapalkan doa agar sang adik diberi kekuatan untuk segera membuka mata. Sudah dua hari Ji-hyun masih setia menutup mata, enggan membukanya. Dokter bilang, Ji-hyun sudah dipastikan mengalami traumatik, mengingat bagaimana ia melihat Paman Hong yang dihajar, hingga dirinya sendiri yang di jatuhkan didepan Jimin yang menatapnya dengan mata memerah marah.
Jihyun mengalami pendarahan di bagian otak kirinya hingga membuat seluruh pendengarannya mungkin sedikit terganggu kedepannya. Jimin khawatir dengan keadaan adiknya. Benar-benar khawatir. Bahkan enggan untuk meninggalkan rumah sakit sedetik pun, karena takut Ji-hyun akan menangis dan mencarinya.
Ia mengingat bagaimana darah merembes dari telinga kiri Ji-hyun, yang disebabkan oleh pendarahan. Namun beruntung hal tersebut langsung ditangani oleh dokter. Dengan segera melakukan operasi.
"Jim, makan yuk." Taehyung datang dengan sebungkus Jajangmyeon untuk Jimin, karena ia dan Jungkook sudah makan tadi. Jimin kembali dipundung rasa bersalah ketika melihat Taehyung dan Jungkook.
"Mianhada.." ucapnya sambil menerima bungkusan Taehyung. "Tae, kau bisa kembali ke Seoul. Carilah pekerjaan baru, aku minta maaf, Tae."
Taehyung segera menepuk bahu Jimin "ya! Aku sih tidak bekerja dalam waktu singkat ini tak apa. Lagi pula, sementara aku bisa membantu Seokjin Hyung. Jim, jangan pikirkan aku dan Jungkook. Sudahlah, kami akan mencari pekerjaan kami sendiri nanti. Sekarang mari kita fokus dirimu dulu. Jungkook bisa mengajar tari nanti, sudah sudah, jangan pikirkan kita. Sekarang makanlah. Aku akan membeli makanan ringan dulu di kantin, siapa tau nanti Ji-hyun bangun, dia ingin Snack." Dengan itu Taehyung bangkit dan menyuruh Jimin masuk kembali. "Masuklah."
"Terima kasih, T-tae.."
Jimin memasuki ruangan Ji-hyun dengan membawa makanan yang Taehyung berikan. Ia lantas duduk di kursi samping ranjang Ji-hyun, dan membuka makanannya. Ia memakan Jajangmyeon tersebut dengan sesekali melirik kearah Ji-hyun. Adiknya itu suka sekali dengan makanan segala jenis olahan mie. Terlebih Jajangmyeon.
Saat Jimin hendak kembali menyuapkan makanannya, ia melihat jari Ji-hyun mengepal dengan tiba-tiba. "J-jihyun-ah.." lalu ia melihat wajah Ji-hyun. Gadis itu mengerutkan dahi dengan mata yang mengerjap. Mencoba membiasakan dengan cahaya.
"O-oppa. Kau datang?" Ji-hyun tersenyum kemudian.
Jimin segera membereskan makannya dan memanggil perawat yang sedang berjaga. "A-adikku sudah sadar."
Kedua perawat itu segera bangkit dan menuju ruangan Ji-hyun. Seorang perawat memasuki ruangan dokter, dan memanggil dokter.
Jimin tersenyum senang karena adiknya sudah bangun. "Syukurlah."
"Jimin ada apa?" Taehyung melihat Jimin diluar ruangan Ji-hyun, sedang menangis.
"Tae, Ji-hyun bangun. Hiks.."
"B-benarkah? Aah syukurlah. Aku akan menghubungi Seokjin Hyung dan Jungkook." Taehyung mengeluarkan ponsel dan segera menghubungi mereka berdua.
Suasana haru masih menyelimuti. Jimin tentu tak bisa melunturkan senyumnya. Ia melihat dokter memanggilnya untuk masuk kedalam.
"Ada apa, uisa-nim?" Jimin berdiri disamping Ji-hyun dan menggenggam tangan adiknya.
"Begini, Jimin-ssi. Seperti yang saya katakan sejak awal. Pendengaran Ji-hyun akan sedikit terganggu. Namun ia masih bisa mendengarkan suara walau terdengar kecil baginya. Namun motorik dan organ vitalnya normal. Saya harap, Ji-hyun dapat segera pulih dan kembali bermain."
"Terima kasih, uisa-nim. T-tapi apa tidak ada tindakan untuk pendengaran Ji-hyun agar kembali normal, uisa-nim?"
"Tentunya menggunakan alat, namun saya khawatir bila Ji-hyun tak terbiasa justru akan membuat telinganya sakit. Dan itu bisa kembali memancing saraf otak yang pecah kemarin karena dengungannya. Jadi saran saya,lebih baik bersabar saja. Saya yakin ini hanya efek operasi. Dan Ji-hyun bisa kembali mendengar normal kedepannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Star (PJM)
Teen FictionPark Jimin, seorang laki laki yang sabar menghadapi beratnya cobaan hidup. Ia memiliki adik yang berperilaku HyperActive bahkan beberapa orang menganggap adik Jimin berbahaya. Seperti layaknya anak autis. Jimin harus menghidupi adiknya seorang diri...