Jimin dan Jihyun masih berkeliling di pusat perbelanjaan tempat terlaksanakannya fansign tadi. Jimin bilang ada beberapa keperluan rumah yang bisa ia beli disini.
Jihyun berjalan didepan troli sambil mengarahkan trolinya mengikuti perintah Jimin.
Ia melihat rak rak yang tinggi menjulang itu dengan takjub. Ada beberapa alat berat yang digunakan untuk meletakkan barang barang itu diatas sana.
"Oppa oppa, kenapa disana ramai sekali?" tanya Jihyun sambil menunjuk keramaian diujung lorong.
"Molla, ayo kita berputar saja. Pasti tak bisa lewat."
Jihyun mengangguk patuh. Mereka memutar arah untuk mencapai lorong satunya. Tangan kecil Jihyun menuntun troli itu kearah tujuan.
"Jihyun, ambil shampoo biasanya yah disebelah sana." pinta Jimin padanya.
Jihyun segera berlalu menuju tempat dimana shampoonya berada. Ia menatap rak rak itu mencari shampoo yang biasa ia pakai bersama oppadeulnya.
Jari telunjuknya ia ketuk ketukkan didagu sambil sedikit menunduk. Tak menemukan dibagian bawah, ia menatap rak bagian atas. Benar, shampoo itu ada 3 rak diatasnya. Ia sedikit merengut dan hendak berlari kearah oppanya.
Saat ia hendak berlari, seseorang menyapanya. "Hai adik kecil. Mau dibantu?" tanya orang itu.
Orang itu menggunakan masker hitam dan topi hitam. Rambutnya keunguan, dan parfumnya, sepertinya Jihyun mencium aroma parfum ini tadi.
Jihyun sedikit takut dan mundur secara perlahan. Ia mundur selangkah, dua langkah. Namun ia terkejut saat orang itu membuka maskernya.
"Mwo, RM oppa." serunya dengan senyuman.
RM mengangguk dan tersenyum menatap gadis itu. "Haiii, kita bertemu lagi. Sedang apa kau disini?" RM membungkukkan badannya menyamakan tinggi dengan Jihyun.
"Ah itu, aku sedang belanja bersama oppa." Jihyun langsung berlari menuju Jimin yang tengah memilih odol.
"Wae Jihyunie?" atensinya masih tertuju pada deretan pasta beraroma pedas menyegarkan itu. Ia merasa Jihyun sedang memasukkan sebagian tangannya kedalam jaket. Jihyun biasa seperti ini bila ketakutan. Jimin langsung melihat apa yang dilihat adiknya.
Seorang namja jangkung sedang berjalan kearah mereka dengan lesung pipit yang tercetak saat tersenyum. "Anyeong haseyo" ucap RM sambil membungkukkan badannya.
Jimin membungkuk sekilas kearah RM. "Anyeong RM-ssi "
RM yang mendengarnya hanya terkekeh. Sungguh mirip sekali dengan adiknya, batinnya. "Panggil aku Namjoon saja. Boleh berkenalan?" tanya RM sembari menyodorkan tangannya.
Jimin melirik kebawah melihat Jihyun semakin memasukkan sebagian wajahnya kedalam jaketnya. "A-ah nde. Park Jimin. Uhm aku setahun lebih muda darimu."
Jimin mengusap tengkuknya yang tak gatal itu. Ia meraih tubuh adiknya dan mengusap pelan."Wah kalau begitu kau harus memanggilku hyung." Namjoon berucap sambil tersenyum sumringah. Ia membungkukkan badannya melihat Jihyun yang bersembunyi dibelahan jaket Jimin. "Jihyunie kenapa sembunyi? Padahal oppa mau membelikan ice cream.." Bujuk Namjoon pada Jihyun. Entahlah, Namjoon merasa tertarik pada gadis kecil itu. Seperti ada sesuatu yang berbeda padanya.
"Uhm tapi tadi Jihyun sudah makan ice cream. Oppa pasti akan marah." ucap Jihyun takut takut. Jantung Jihyun sedang berdetak kencang. Oh ayolah, siapa yang tak ingin berteriak dan menerjang orang didepannya dengan pelukan. Seorang artis, idolanya sendiri sedang berbincang dengannya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau makan siang bersama? Pasti seru. Ayo Jimin-ssi. Temani aku makan. Mau yah mau yah?"
Jimin sedikit terkejut melihat tingkah Namjoon. Tas kamera yang Jimin tenteng tiba tiba diraih Namjoon tanpa permisi. "Diam tandanya setuju. Ayoo.." Namjoon sudah berjalan beberapa langkah didepan mereka. Jimin dan Jjhyun saling tatap sebentar. Akhirnya Jimin mengangguki Jihyun tanda 'ayo ikuti Namjoon' dan Jihyun langsung meraih tangan kosong Namjoon.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Star (PJM)
Teen FictionPark Jimin, seorang laki laki yang sabar menghadapi beratnya cobaan hidup. Ia memiliki adik yang berperilaku HyperActive bahkan beberapa orang menganggap adik Jimin berbahaya. Seperti layaknya anak autis. Jimin harus menghidupi adiknya seorang diri...