Jihyun baru saja turun dari mobil dengan perasaan yang masih merasa bersalah. Ia bahkan hanya mengangguk dan menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh oppadeul nya.
Jimin sedikit geram dengan tingkah adiknya itu. Ia mendudukkan dirinya setara dengan Jihyun dan meremas lengan anak itu hingga mmebuat sang empunya meringis. Mungkin Jimin lupa bahwa tangan Jihyun masih memiliki luka lebam akibat benturan itu.
"Kau ini! Lain kali yang sopan. Kau tak perlu menggigitku seperti tadi. Arra?" Jimin mengajarkan sebuah ketegasan pada adiknya. Dan si adik pun mengangguk. "Sekarang, kalau ada yang bertanya itu dijawab. Jika yang bertanya dengan kata kata, jawab dengan kata kata. Kecuali jika yang bertanya menggunakan bahasa isyarat, jawab dengan bahasa isyarat."
Taehyung yang melihat Jihyun seperti menahan rasa takut merasa iba. Namun ia tahu, kawannya itu tak mungkin menyakiti adiknya sendiri. Taehyung sangat yakin dengan itu. Ia yakin karena ia melihat sendiri bagaimana Jimin dulu memperjuangkan hidup adiknya yang hendak dibunuh oleh ibunya sendiri karena mengidap Hyperactive saat berumur 1 tahun.
Jimin memeluk Jihyun dengan erat. Betulkan. Jimin tak bisa marah marah lama dengan Jihyun.
Lalu Jimin menggendong tubuh gadis kecil yang mulai tinggi itu. Jihyun sudah hampir se dada Jimin. Tae bahkan bangga karena ia ikut andil dalam perkembangan Jihyun.
Ponsel Taehyung bergetar dan terdapat notifikasi panggilan masuk dari Jungkook. Ah iyah, ia lupa mengatakan pada Jungkook kalau mereka di pasar malam.
"Halo"
"Hyung kalian dimana? Bukankah Jimin hyung masuk pagi?"
"Ah Jungkookie, kita sedang dipasar malam di daerah D. Kemarilah."
"Ah kalian bersenang senang tanpaku yah. Baiklah aku akan kesana Hyung. Tunggu aku ya."
"Nde." sambungan terputus.
Jihyun menoleh kebelakang melihat Taehyung dengan mata sipitnya. Taehyung yang mengerti arti pandangan itupun berkata "Jungkook akan kemari. Jadi kita bersenang sennag yeay."
Senyum Jihyun kembali merekah dan ia turun dari gendongan Jimin dan menggandeng tangan Jimin.
Jihyun menarik tangan Jimin menuju tempat bermain melempar bola yang berhadiahkan topi doraemon yang terdapat baling baling bambunya. Sungguh menggemaskan.
"Kau mau itu?" tanya Jimin sambil menunduk melihat adiknya.
Jihyun mengangguk antusias dengan senyumannya. "Oppa aku mau topi itu."
"Baiklah akan oppa coba. Tapi jika oppa gagal jangan sedih yah." ucap Jimin hati hati.
Jihyun mengangguk.
Jimin memberikan beberapa lembar uang dan menerima 3 bola sekaligus. Ia sedang mengancang ancang hendak melempar bola. Lalu ia lempar dengan sedikit kencang dan *prang* semua kaleng kaleng itu runtuh seketika karena lemparan Jimin oneshoot.
Jihyun sudah berteriak kegirangan "Wohooo oppa hebat."
Jimin tersenyum dan mengusap rambut adiknya.
Lalu penjaga stand mainan itu memberikan topi yang Jihyun inginkan.
"Waah lucu sekali. Terima kasih paman." ucap Jihyun. Paman penjaga stand itu hanya tersenyum sekilas karena ia melihat Jihyun seperti anak, yeah.. Autis. Selalu tertawa dan tersenyum.
Jimin segera menarik Jihyun menjauh dari tempat itu. Jimin membawa Jihyun ke arena mandi bola. Jihyun sudah antusias sejak melihat lampu dalam kolam bola itu berkelap kelip.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Star (PJM)
Fiksi RemajaPark Jimin, seorang laki laki yang sabar menghadapi beratnya cobaan hidup. Ia memiliki adik yang berperilaku HyperActive bahkan beberapa orang menganggap adik Jimin berbahaya. Seperti layaknya anak autis. Jimin harus menghidupi adiknya seorang diri...