Te-Ars

58 8 2
                                    

Taehyung POV

Aku baru saja menerima panggilan telepon dari tempatku bekerja. Dan aku dikeluarkan secara tiba-tiba. Aku tak tau mengapa bisa dikeluarkan secara tiba-tiba, karena seingatku aku sudah ijin untuk tidak masuk seminggu. Namun baru saja tiga hari tidak masuk kerja, pihak kantor menelfonku dan mengatakan bahwa aku dihentikan. Okey, tak apa. Mungkin bukan tempatku disana. Aku akan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.

Siang ini aku kembali ke rumah sakit dimana Ji-hyun dirawat. Gadis itu masih belum membuka mata, karena dokter bilang akibat trauma. Ji-hyun akan bangun bila kemungkinan ia dapat merasakan support dari keluarganya.

Terkadang aku bertanya-tanya, mengapa Tuhan memberikan cobaan buruk untuk temanku. Jimin. Jimin bahkan selalu bersikap baik kepada semua orang, selalu tersenyum, dan dia merupakan orang yang tidak tegaan. Aku takut, suatu saat bila Jimin tidak kuat, ia akan pergi. Namun sejauh ini, Jimin adalah orang terkuat yang pernah aku temui.

Aku masih teringat, dimana malam itu Jungkook mengabariku bahwa Jimin dan adiknya berada dirumahnya. Ia langsung menelpon Jungkook, dan keesokan paginya, di pagi-pagi buta, aku kesana. Aku masih dapat melihat mata indah itu membengkak akibat terlalu lama menangis, dan pipinya masih memerah walau ia sudah berkutat didapur bersama eomma Jeon.

Jika aku jadi Jimin, mungkin aku sudah bunuh diri sejak lama. Namun sayangnya aku bukan Jimin. Jimin merupakan orang yang kuat, dan berani mengambil resiko.

Aku membawakan Jimin kopi yang aku beli di dekat rumah sakit, karena ia menitip kopi tadi. Sejak semalam, ia belum tidur karena menunggu Ji-hyun sadar. Namun gadis manis ku belum sadar hingga saat ini.

Jungkook POV

Aku baru saja berundingan dengan Seokjin Hyung. Ia bilang, ia akan membantuku dan Taehyung, karena kami baru saja dipecat dari tempat kerja. Sungguh hal yang mengejutkan,mengingat aku juga tidak pernah membuat masalah di pekerjaan. Namun entah mengapa, tiba-tiba ada yang mengatakan bahwa aku menggelapkan sejumlah uang di kasir. Kasir? Bahkan aku tak pernah menyentuh benda bernama raptor itu. Laporan gila apa ini. Aku akan mengusut hal ini nanti. Namun saat ini, aku akan fokus pada Ji-hyun dulu.

Ah adik kecilku, cepatlah buka matamu. Aku sungguh merindukan tawa anak itu. Aku teringat kembali, beberapa hari lalu ia menyuruhku berhenti merokok, dan lebih memilih permen. Ck, wajahnya yang polos sungguh membuatku tak tega untuk menolah. Jihyun-ah, jangan cepat besar, nde. Aku masih ingin membawa mu ke taman bermain dan membelikanmu permen kapas.

Sungguh, aku nelangsa bila melihat keadaan Jimin kembali seperti ini. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini.

Normal POV

At home

Ji-hyun berjalan dengan langkah gontai menuju ruang makan. Jimin baru saja memasak makan siang untuk semuanya. Hari ini hanya japchae dengan beberapa potong daging bulgogi untuk mengisi protein.

Seseorang menepuk bahunya dari belakang, lantas membuat gadis kecil itu berbalik menatap orang tersebut. "Ji-hyun, ayo makan." Ternyata Taehyung. Lelaki itu mengajaknya berbicara, diselingi dengan gestur sedang menyuapkan sesuatu ke mulut.

Hal itu dibalas anggukan oleh Ji-hyun. Mereka berjalan bersama menuju ruang makan, karena memang sejujurnya perut Ji-hyun kembali lapar sejak pukul 10 tadi. Padahal, bila diingat-ingat, tadi pagi Jimin memasak nasi goreng untuk sarapan mereka semua, dan tadi ia kembali lapar.

"Taehyung-ah, Hyung lupa membeli camilan. Setelah makan bisakah kau membelinya di minimarket? Belikan juga untuk Ji-hyun." Seokjin baru saja tiba dari minimarket terdekat di villa untuk membeli beberapa keperluan. Namun ia lupa membeli camilan untuk mereka.

My Little Star (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang