"shireooo hiks"
"Pakai ini, nanti kita akan terlambat kalau kau tidak mau memakai bajumu, Ji-hyun -ah"
"Shireo hiks.. Ji-hyun tak suka bajunya hiks.. Ji-hyun tak mau!" Jihyun terus meronta saat Jimin mencoba memaksanya memakai baju yang ia pilihkan untuk acara pengambilan rapot.
Ia sudah menyiapkan baju casual yang cantik untuk adiknya sejak semalam, karena seluruh wali murid di grup chat kelas Ji-hyun menyuruhnya memakai dresscode berwarna biru navy.
"Jihyun-ah, jangan membuat oppa marah." Tegas Jimin karena Ji-hyun menangis tak mau memakai bajunya sedari tadi.
"Shireooo hiks.. Ji-hyun tak suka bajunya."
"Tapi ini disuruh sekolah Ji-hyun! Ji-hyun kalau kau rewel begini, oppa tinggal kau sendirian dirumah!"
Jimin membanting baju Ji-hyun ke kasur dan memakai kemejanya dengan tergesa-gesa dengan raut wajah mengeras. Sudah lelah ia membujuk Ji-hyun untuk memakai bajunya, namun Ji-hyun makin menangis.
"Oppa tinggal kau dirumah." Ancam Jimin.
Ji-hyun yang memakai celana jeans serta kau kutangnya hanya menangis mencoba meluluhkan hati Jimin. Namun Jimin sudah terlewat kesal karena Ji-hyun yang semakin rewel.
"Oppa, Ji-hyun gak mau pakai baju itu. Hiks"
"Baju mana terusan?" Tegas Jimin sambil mengancingkan kemejanya. "Ambil yang mana?!"
Ji-hyun berjalan ke lemari bajunya dan meraih kemeja yang sama seperti milik Jimin. Jimin memang sengaja membeli baju couple bersama adiknya saat itu, namun ia tak mengira Ji-hyun memilihnya. Ia memilihkan Jihyun baju lengan pendek berwarna biru navy dengan garis-garis putih, tetapi Ji-hyun memilih baju seperti miliknya. Ia khawatir Ji-hyun akan kepanasan nanti.
"Ini.. hiks"
Jimin menggeleng dan mendengus "baiklah" ia menuju Ji-hyun dan membukakan kancing baju Ji-hyun. "Pakai sendiri."
"Nde" lirih Ji-hyun sambil menunduk dalam-dalam karena telah membuat kakaknya kesal.
Suasana menjadi dingin karena Jimin tak membuka mulut sampai mereka berada di bus sekarang. Jimin duduk samping jendela, mengacuhkan Ji-hyun yang diam meratapi kesalahannya. Jimin sengaja melakukan hal itu agar Ji-hyun tak membuatnya kesal lagi nanti.
"Op-pa, mianhae." Ia terisak sambil mengusap air matanya.
Lama-lama Jimin tak tega juga. Bahkan beberapa orang menatapnya seolah-olah ia penjahat karena membuat anak kecil menangis.
"Uljima" jawab Jimin. "Kau mengulanginya lagi atau tidak."
Ji-hyun menggeleng.
"Jawab!" Tegas Jimin.
"Tidak, oppa. Maaf"
Jimin tersenyum kecil. Mungkin ia kelewatan, tapi ini sendiri demi Ji-hyun agar anak itu tak manja. "Kemarilah" Jimin menepuk pahanya dan memangku Ji-hyun "oppa minta maaf juga, yah?"
Ji-hyun mengangguk "nde."
Jimin mencium pipi Ji-hyun, mungkin orang akan mengira ia adalah seorang penjahat anak. Namun mungkin mereka salah, karena Jimin adalah kakak terhebat yang pernah Ji-hyun miliki.
"Uljima. Nanti oppa belikan crepes ditaman. Oke?" Ia kembali menghujani pipi Ji-hyun dengan ciuman dan meniupnya hingga berbunyi suara kentut.
"Hahahaha, nde nde. Aku mau yang blueberry"
Jimin memberi pose sedang berfikir yang lucu dengan memajukan bibirnya "uhm? Oppa maunya rasa stroberi deh. Tapi Ji-hyun tak boleh minta."
Ji-hyun terkikik geli "tidak, Ji-hyun tidak minta. Tapi merampok langsung. Hehehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Star (PJM)
Roman pour AdolescentsPark Jimin, seorang laki laki yang sabar menghadapi beratnya cobaan hidup. Ia memiliki adik yang berperilaku HyperActive bahkan beberapa orang menganggap adik Jimin berbahaya. Seperti layaknya anak autis. Jimin harus menghidupi adiknya seorang diri...