Tak terasa, liburan telah berakhir. Kini Arien telah menjadi siswi kelas XII. Namun, dewi fortuna mungkin tidak berpihak kepadanya.
Pukul 06.30 Rien baru terbangun. Tentu saja ia gelagapan. Ia mandi secepat kilat dan hanya minum susu untuk sarapan.
Namun tetap saja, sesampainya Rien di sana gerbang telah di tutup. Jadilah Rien terlambat di hari pertama sekolah. Laknat emang!Mau tak mau, ia dan beberapa siswa yang terlambat harus menerima hukuman. Rien dan 2 lainnya mendapatkan tugas untuk menata buku di perpustakaan. Jangan anggap pekerjaan ini mudah! Karena terdapat 10.000 lebih buku yang ada di perpustakaan seluas kebun binatang ini.
Namun sebelum itu, ia mencari ruangan kelasnya terlebih dulu. Dan! Lagi lagi doanya tidak terkabul. Ia masih saja bertengger di peringkat 1 paralel sehingga Rien masuk di kelas XII IPA A. Sedangkan Sayu mendapatkan peringkat 4 sehingga mereka tetap sekelas, sebangku, dan setanah air. *ogeb
Namun tidak dengan Benedict. Ia mendapat peringkat 31 sehingga ia harus berada di kelas B.
"Yah kita ga sekelas lagi Ben." Ucap Rien cemberut.
"Gapapa , ntar gue tiap hari ke kelas bahkan rumah lo." Jawab Ben genit.
"Ih dasar." Rien segera berjalan ke ruang BP untuk menulis poin keterlambatannya dan melaksanakan hukuman.
Setelah melihat daftar anggota yang dihukum bersamanya, perut Rien mendadak mulas! Bagaimana tidak? Ia mesti menata buku 5 jam pelajaran full bersama mantan tersayangnya!
Sial gimana otewe move on nya. Batin Rien.
Rien segera menyibukkan diri dengan membersihkan debu di deretan buku.
Namun beberapa menit kemudian, Rien merasakan sesak!Oh, bahkan ia lupa akan penyakit yang di deritanya dari kecil . Rien mengalami asma bawaan sehingga ia harus menghindari polusi dan debu.
Namun kali ini terlambat, dada Rien benar benar sesak. Rien tetap berusaha untuk membersikan rak buku.
***
Di sisi lain, cowok itu menata deretan buku sambil mengamati Rien yang sedang bekerja. Ya! Dia adalah Sam.
Melihat penyakit mantannya kambuh, Sam tidak tau harus berbuat apa. Haruskah ia menolong? Atau pura pura tak peduli?
Akhirnya Sam memutuskan untuk pura pura tak peduli. Namun hatinya berkata ia harus menolong mantan kekasihnya itu.
Sam pun mengalah, ia segera mendekati Rien dan menyuruh Rien untuk duduk di sebuah bangku. Sam mengusap lembut bagian paru paru Rien. Ia juga memberikan sebotol air untuk Rien.
Entah mengapa, kini sesaknya hilang. Seolah penyakit itu ada hanya untuk mendekatkan kedua insan yang sudah berpisah ini.
"Terima kasih bekas." Ucap Rien tersenyum kaku.
"Udah mendingan lo?" Ucap Sam datar.
"Jangan perhatian, nanti gue baper lagi!" Rien tertawa untuk mencairkan suasana. Namun tetap saja , suasana kali ini benar benar awkward alias canggung.
Akhirnya Rien memulai obrolan.
"Bekas lo inget gak pertama kita ketemu?"
Ucap Rien sambil memandang langit langit."Lo nabrak gue?" Jawab Sam.
"Salah."
"Terus?"
"Bekas yang nabrak Rien." Ucap Rien mengulas senyum.
Terbayang dalam ingatan Rien ketika Sam menabraknya sekaligus pertemuan mereka untuk yang pertama kali.
"Dan itu tepat satu tahun lalu. Saat penerimaan siswa baru." Ucap Rien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Here✔ [Tahap Revisi]
Teen FictionHanya bercerita tentang Tuan puteri yang tengah mencari pangerannya. "I love bundanya Alan Awan." Ucap Ben. "Yaudah . Love u too." Ucap Rien kesal. "Cie cieee." Ucap kedua putra mereka serempak.