Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi siswa kelas XII SMA Varendra. Pasalnya, hari sabtu ini hasil ujian akan keluar. Semua siswa berbondong bondong melihat layar lebar yang berisi hasil ujian.
"Bangun woi hasil ujian udah keluar!" Teriak Sayu tepat ditelinga Rien.
Rien meregangkan tubuhnya . Lalu mengekor di belakang Sayu.
"Sampe rumah bakal dicincang." Ucap Rien lemas.
Diperjalanan, semua orang menatap Rien. Rien pun hanya celingukan tak jelas.
"Iya gue emang cantik , tapi biasa aja dong liatnya." Ucap Rien kemayu.
Beberapa siswa melongo mendengar ucapan Rien.
Sayu menuju kerumunan sedangkan Rien memilih untuk duduk di sebuah kursi. Tak beberapa lama kemudian Sayu kembali sambil berteriak histeris .
"Rieeeeennnnn gue gak percaya yaampuuuunnnn." Teriak Sayu.
"Santai yuk . Kenawhy?" Tanya Rien malas.
"Lo tau peringkat lo berapa?" Tanya Sayu menggebu gebu.
"Mana gue tau orang dari tadi di sini bego." Jawab Rien.
"Lo peringkat pertama Rieennnnnn." Teriak Sayu.
"Oh." Jawab Rien santai.
"Hah? Satu?" Imbuh nya kaget.Rien pun menyusul Sayu yang tengah berjingkrak jingkrak. Kini keduanya melompat sambil tertawa tak jelas. Mereka menjadi bahan tontonan siswa yang berada di sana.
Beberapa menit kemudian Rien tersadar ia sedang melakukan sesuatu yang memalukan.
Rien menatap ke segala penjuru.
"Hehehehe" Rien menyengir tak jelas.Rien pun segera berlari untuk mencari seseorang.
"Beennn yaampun." Teriak Rien di ruang kelasnya.
Tanpa sadar Rien memeluk Benedict yang tengah mengepel.
"Eh maaf" ucap Rien melepaskan pelukannya.
"Selamat tuan puteriku." Ucap Ben mengusap lembut kepala Rien.
Rien mengangguk layaknya anak kecil.
.
.
.Sesampainya di rumah Rien berteriak. "Mama papaaa."
Kedua orang tua Rien segera menghampiri puterinya.
"Kenapa sayang?" Tanya mama Rien.
"Tebak dong." Balas Rien dengan cengirannya.
"Pasti anak Papa nilainya bagus yakan?"
"That's right." Ucap Rien menggebu gebu.
Ketiganya tersenyum bahagia.
"Sesuai dengan janji nak." Ucap papanya.
"Iya pah , minggu depan Rien berangkat kok." Ucap Rien kaku.
Kebahagiaannya luntur seketika mengingat 1 minggu lagi ia akan meninggalkan semuanya.
Sahabatnya , kamarnya , rumahnya , dan poster poster wajah guanlin yang tertata rapi di setiap sudut ruangannya.Rien harus melanjutkan kuliahnya di korea.
.
.1 hari sebelum berangkat , Rien memutuskan untuk menemui Sayu dan Sam. Kebetulan mereka sedang berdua , jadi Rien tak perlu susah payah untuk menemui satu per satu.
"Gue pamit ya gaes , jaga diri kalian huhuhu . Jangan kangen sama princess ya. Cuman 4 tahun kok . " ucap Rien tersedu.
"Yaampun Rienku yang alay , kita bakal kangen lu . Jaga diri baik baik ya . Kalo ketemu Baejin titip salam ya. " Ucap Sayu memeluk Rien.
"Anjir lu Say." Ucap Rien.
"Mantan gue pergi dulu ye , jagain Sayu jangan buat dia nangis." Ucap Rien hendak memeluk Sam.
"Stop princess." Teriak Sayu.
"Eh maap , sekarang udah ada yang punya ya hehehehe." Ucap Rien nyengir.
Sam mengangguk. "Jaga diri ya Rien."
"Siyap pak bos." Balas Rien.
4 hari yang lalu , Sam dan Sayu resmi berpacaran. Aneh memang . Ternyata keduanya diam diam selalu chat dan telepon tiap hari.
Rien kemarin yang tengah mengotak atik hp Sayu sangat terkejut. Dengan paksaan , akhirnya Sayu memberitahu Rien yang super mulut ember macam toa ini.
Oke cekidot.
"Lo gak mau pamit sama Benedict?" Tanya Sam.
"Gak , gue gamau dia inget gue . Kita terlalu beda Sam . Gak mungkin jodoh." Ucap Rien lesu.
"Gak ada yang dititipin buat Ben?" Tanya Sayu.
"Ada nih." Ucap Rien memberikan sebuah kotak pada Sayu.
"Tolong kasih ke Ben 1 minggu kemudian." Ucap Rien.
"Oke kalau itu yang lo mau . Itu hak lo." Ucap Sayu.
"Thanks . See u gaes." Ucap Rien melambaikan tangannya.
.
.
Pukul 09.00 pesawat Rien sudah landing menuju Incheon."Selamat tinggal semuanya." Ucap Rien pelan.
.
.Hari ini entah keberapa kalinya Ben ke rumah Rien. Tapi selalu saja rumahnya dikunci rapat.
Ben memutuskan untuk ke rumah Sayu.
Setelah mendengar pernyataan dari Sayu , Ben tertunduk lesu. Ia menyesal tak bisa memperjuangkan cintanya."Rien nitipin ini buat lo." Ucap Sayu menyodorkan kotak berwarna ungu.
Ben membukanya . Di sana terdapat sebuah bet tenis meja tak lupa dengan bola kecilnya . Ben tak kuasa menitikkan air matanya.
Ia tau Rien tengah menabung untuk membeli sesuatu yang sangat Rien inginkan.
"Lo bilang pengen beli semua album Wanna one . Tapi kenapa lo malah susah payah beliin gue bet semahal ini Rien?" Ucap Ben lesu.
Ia membuka sebuah surat.
Halo Ben. Apa kabar?
Maaf aku gak bilang mau pergi
Jangan tungguin Rien ya Ben
Rien baliknya masih lama
Ben cari pacar dulu sana biar gak sepi heheheTu bingkisannya dipake lo ya
Rien udah susah payah nabung
Kalo gak dipake Rien bakal gentayangin Ben tiap malemOh iya.
Rien pernah bilangkan kalau Rien lagi nyari pangeran buat Rien?Ben mengangguk
Rien udah nemuin siapa pangeran Rien
Mau tau? Kepo yaaaTernyata pangeran itu kamu Ben
Maaf terlambat tapi Rien gak bisa nahan
I ♡ U Benedict.Ayolah pangeran jangan cengeng
Hapus sekarang!Ben tersenyum hambar . Ia mengusap air matanya.
Udah dulu ya
Rien capek nih nulisnya
Apalagi ni tulisan acak adul wkwkw
Pai pai pangeranFrom . Princess
__________________________________________________
Bersambung
__________________________________________________-27 Februari 2019-
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Here✔ [Tahap Revisi]
Ficção AdolescenteHanya bercerita tentang Tuan puteri yang tengah mencari pangerannya. "I love bundanya Alan Awan." Ucap Ben. "Yaudah . Love u too." Ucap Rien kesal. "Cie cieee." Ucap kedua putra mereka serempak.