19. Jangan tinggalin Rien

108 10 0
                                    

Happy Reding💮

Tak terasa tahun telah berganti. Hari ini 17 Januari , Arien akan mengikuti Ujian Nasional tingkat SMA. Ia berangkat ke sekolah lebih awal bersama Benedict tentunya.

Selama setahun ini , mereka semakin dekat. Namun entah apa hubungan mereka. Teman? Lebih. Pacar? Bukan. Entahlah! Kini Rien malas membahasnya . Ia harus fokus pada Ujiannya yang akan dilaksanakan beberapa menit lagi.

"Semoga Sukses Tuan Puteri." Ucap Ben sambil berjalan menuju ruangannya. Ia tak seruang dengan Rien.

Rien pun membalas dengan senyuman. Ia hendak membalikkan badan menuju ruangannya hingga panggilan menghentikannya.

"Kak Arien." Teriak seorang cowok.

"Eh Sam? Kenapa?" Balas Rien kelabakan. Jujur saja ia belum bisa menghapus perasaannya pada adik tampan yang pernah mengisi harinya ini.

"Gapapa." Ucap Sam singkat.

"Oh." Balas Rien berpura pura cuek.

"Semangat!" Bisik Sam ditelinga Rien.

Blush! Pipi Rien memerah perlahan. Bagaimana tidak? Sam datang padanya hanya untuk mengucapkan semangat? Padahal hari ini adik kelas diliburkan.

Ia melirik Jam. Di sana tertulis 17-01-20×× yang berarti?

"Oh my gattt." Teriak Rien.

"Kenapa Kak?" Tanya Sam kebingungan.

"Happy Sweet Seventeen Mantan tersayang." Ucap Rien sambil berlari menjauhi Sam.

Sam mengulas senyumnya tipis. Yang ia inginkan terkabul. Ia bersyukur mantan kekasihnya itu masih mengingat hari ulang tahunnya meskipun tak bisa merayakan bersama seperti tahun kemarin.

"Gue nyesel putus sama lo Rien." Ucap Sam lirih.

Sekedar Info.

5 bulan Sam berpacaran dengan Andhita , akhirnya keduanya putus. Bukan , ini bukan salah Andhita yang rewel. Ini karena Sam menyadari ketika bersama seseorang namun hatinya untuk yang lain adalah hal yang salah.

Sam sadar , hatinya hanya untuk mantan kekasihnya , Madya Arien Varendra.

.
.
.
Teng teng teng.

Bel berbunyi tanda Ujian Nasional dimulai.
Rien melafalkan doa doa kepada Tuhannya. Ia berharap dapat berada di posisi teratas dan meraih nilai yang memuaskan tentunya dengan kejujuran.

1 jam berlalu. Rien masih bergelut dengan soal soalnya. Ia sedikit pusing karena menatap layar kaca selama ini. Rien mengalami Minus namun ia tak ingin menggunakan kacamata. Namun , mau tak mau ia harus menjawab semua soal soal itu.

Teng! Waktu berakhir tepat ketika Rien menyelesaikan soal terakhir. Ia segera meninggalkan ruangan.
.
.

"Langsung pulang?" Tanya Ben di perjalanan.

"Mampir beli jajanan dulu." Balas Rien.

Ben segera memarkirkan motornya di sebuah supermarket. Rien berlari ke dalam . Ia mengambil semua snack dan biskuit tanpa melihat harga ataupun merk.

"Dih kecil kecil banyak ngemil." Ejek Ben.

"Karena belajar itu perlu asupan yang banyak jadi harus beli banyak kek gini. Tapi Ben yang bayarin kan? Makasih Ben." Cerocos Rien segera keluar dari supermarket.  Padahal cemilannya belum selesai dihitung oleh kasir.

Ben hanya menggelengkan kepalanya. Sudah terbiasa ATMnya terkuras hanya untuk memberi makan puteri mungil kesayangannya itu.

***

Keduanya telah sampai di rumah Rien. Suasana sepi karena hanya ada beberapa pembantunya.

"Ben bisa temenin Rien hari ini?"

"Tapi gue harus belajar Rien." Jawab Ben

"Belajar bareng sama Rienlah!" Serunya.

"Yaudah." Balas Ben pasrah.

"Cepetan mandi terus ganti pake bajunya Bang Daniel!"Teriak Rien.

Ben hanya mengangguk.

.
.
.

Rien bosan menunggu Ben yang mandi berjam jam. Ia memutuskan untuk membuka pesan.
Tanpa sadar tangannya menekan kontak "Sam💩"

"Eh si anjer ! Kok gue buka kontak mantan." Ucapnya misuh misuh.

Namun ada sesuatu yang ingin ia katakan pada Sam. Ia segera menekan tombol Video Call.

Di seberang sana terdapat wajah kusut Sam yang bangun tidur.

Hai Sam Ucap Rien melambaikan tangannya.

Hmm Sam mengucek matanya.

Happy Birthday to You
Happy Birthday to You
Happy Birthday for you Sam.
Happy Birthday old friend. Rien selesai menyanyikan lagunya.

Sam diam tak membalas.

Halo Sam? Ucap Rien.

Makasih Kak Rien Singkat Sam.

Btw semenjak putus kenapa manggil kak sih? Lagian kita cuma beda 1 tahun. Ucap Rien tanpa jeda.

Gapapa sih. Balas Sam.

"Ehemmm"
Suara deheman keras mengagetkan Rien.

Hmm oke udah dulu ya Sam Paii ucap Rien tersenyum lebar.

Sam membalas dengan lambaian tangan.

Ia segera mematikan sambungan video call nya.

"Eh Benedict." Ucap Rien dengan senyum paksa.

"Asyik noh ngobrol ama mantan." Jutek Ben.

"Hehehe Sam ulang tahun jadi gue Vc deh." Ucap Rien polos.

"GAPEDULI!" ketus Ben.

Ben segera mengambil beberapa cemilan dan meninggalkan Rien di ruang tamu.

"Eh Ben jangan marah dong! Iya iya cuma Ben kok , Sam udah mantan , gausah cemburu kalikk." Ucap Rien tertawa.

Ben segera berbalik dan berjalan menuju Rien.
Ia menyerang Rien dengan menggelitik tepi punggung, kaki , dan leher Rien.

Rien tak kuasa menahannya. Ia hanya bisa pasrah dan tertawa terbahak bahak karena ini sangat menggelikan.

"Oke sekarang cukuupppp." Teriak Rien.
Ben pun menghentikan aksinya.

"Kenapa tuan puteri?"tanya Ben.

"Tuan puteri laper , jadi silahkan Ben buatin makanan yang enak buat Puteri," ucap Rien bertingkah seolah ia adalah princess.

Ben hanya mendengus. Ia segera menuju ke dapur untuk membuat makan malam.

Ben sibuk memotong sayuran sedangkan Rien mengganggunya dengan menggelitik dan menoel noel pipi Ben. Namun tubuh Rien mendadak oleng.

Dengan sigap , Ben menangkap tubuh Rien. Keduanya mata mereka bertemu. Rien merasa teduh oleh tatapan Ben. Ia merasa terlindungi dengan adanya Ben.

Jangan tinggalin Rien , Ben . Batin Rien.

__________________________________________________
Bersambung
__________________________________________________

Hallo gaess setelah sekian lama akhirnya author back. Maaf kalo kalian nunggu lama banget:")

Author juga pernah kok nungguin lama . Rasanya gak enak banget.

So, author beneran minta maaf.
Thanks
Vote ya♡

-16 Februari 2019-







Right Here✔ [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang