20. sebal

95 14 0
                                    

Dengan sigap , Ben menangkap tubuh Rien. Keduanya mata mereka bertemu. Rien merasa teduh oleh tatapan Ben. Ia merasa terlindungi dengan adanya Ben.
_________________________________________

*jigeumchoromamamamama*

Dering iphone milik Rien terdengar nyaring. Keduanya segera tersadar. Benedict melepaskan pelukkan pada Rien.

"Hallo"

"Eh Sayuk toh , masih idup lu?"

"Anjir banget dah lu Rien."

"Hehehe , buruan ada apa?"

"Gapapa sih."

"Anjir , yaudah cecan mau bljr dulu."

"Okey , papai Arien sayang."

"Najis."

Rien mengakhiri obrolan tidak mutunya dengan Sayu. Ia kemudian duduk di kursi makan.

"Buruan Ben , cacing perut puteri udah ngamuk nih." Rengek Rien.

"Tadi bilangnya ke Ayu mau belajar . Dasar."

"Hehehe kan biar keliatan rajin gitu." Balas Rien.

Ben segera menghampiri Rien dan menjitak kepalanya.

"Aw" teriak Rien.

"Nih makan." Ucap Ben sambil menyodorkan sepiring Mie Goreng dan Kimchi.

"Makasih Ben ganteng , tambah sayang deh." Ucap Rien sok imut.

-
-
-
Hari ini adalah hari terakhir UN. mata pelajaran yang di uji kan adalah Fisika. Pelajaran yang sukses membuat otak Rien menggumpal.

Sedari tadi Rien hanya mendengus karena soal soal yang diberikan sama sekali tak ia mengerti. Padahal setiap sore , Ben selalu membantu Rien belajar fisika. Berbekal lantunan doa dan solawat nabi , Rien asal mencentang jawaban.

Beberapa menit kemudian , bel berbunyi . Waktu telah habis. Rien hanya pasrah . Ia meninggalkan ruangan dengan lesu.

"Tuan puteri kenapa lesu dah?" Tanya Sayu.

"Kayaknya nilai Fisika Rien jelek deh Yuk." Rengek Rien.

"Nasi udah jadi ke perut . Eh salah Nasi udah jadi bubur. So gausah disesalin . Masih ada kesempatan lain kali." Ucap Sayu.

"Eh kok lu bijak banget sih Yuk." Balas Rien.

"Yaiyalah . Masalah Cinta lu aja gue selalu nasehatin." Ucap Sayu bangga.

"Padahal ngurusin cinta lo sendiri aja kagak bisa huuuu." Ejek Rien.

"Anjing dah lu Rien." Kesal Sayu.

Rien tak memedulikan Sayu. Ia segera berlari menuju kelas Ben.

Mereka pun menuju parkiran untuk pulang.

"Mampir ke sono dulu kuy." Ajak Ben.

"Ngikut." Singkat Rien.

Ben memarkirkan motornya di sebuah taman kecil.
Ia menggandeng Rien untuk berjalan menuju sebuah kursi.

"Rien?"

"Uhm kenapa?" Balas Rien sambil mengemut lolipop yang tadi ia beli. Ralat! Rien minta dan Ben yang membelikan.

"Gue mau ngomong masa."

"Apa buruan , Tuan puteri sibuk." Ucap Rien sombong.

"Gini ."

Right Here✔ [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang