08. Tears

24.4K 737 15
                                    

Mungkin air mata ku tidak cukup untuk mengungkapkan semua kesedihan ku...

---(dikediaman Adira)

Dirumah, tampaklah keluarga yang sedang sibuk dengan hasil raport anak mereka. Raut wajah yang bahagia dan tawa yang lepas karna rasa puas telah tampak dari mereka semua.

"Wah! Wah... Anak papa dapat juara semua nih ya...... " Kata papa dengan nada yang bahagia.

"Iya donk pa...! Itu pasti! " Jawab Arisha dan Adit kompak.

Tak lama setelah papa memuji Arisha dan Adit, Adira pun segera datang menghampiri papa dan mama nya untuk mengabari bahwa dirinya juga telah mendapatkan juara.

"Mama.. Papa... Adira juga dapat juara 1 loh.... " Kata Adira menunjukkan raport nya dan tersenyum bahagia.

"What??! Heh?! Coba ulangi?? Juara satu?? Hahahaha!!! " Kata Adit meledek Adira sambil tertawa keras.

"Paling kalo disekolah Arisha dia juara satu paling bawah....!!" Kata mama juga mengejek Adira.

"Hahahaha...!!!!! "
Seketika, terdengarlah suara tawa yang sangat keras dari ruang keluarga.

"Heyy Adira..!!! SMA lo yang kayak gitu??! Dibanding dengan SMA gue?! Haha!! Ya pasti kalah!! Juara satu?? Lawak lo ya?? Apa sekarang lo mau nunjukin lawakan lo hah??!! Sorry! tapi nggak bakal laku disini!! Haha!!"
Ledek Arisha.

Mendengar semua keluarga nya yang lagi-lagi merendahkan nya, membuat Adira merasa sangat sedih. Dia hanya bisa menunduk mengepal tangan nya karna menahan tangis dan rasa sakit yang sangat dalam. Hati nya sakit seperti disayat-sayat oleh sembilu.

"A-Adira kan sudah dapat juara ini dengan susah payah..... " Kata Adira gemetar karna menahan tangis.

"Heh?! Emang kami ada nanya hah?! " Jawab Adit dengan nada bentak.

Adira hanya bisa berdiri diam seperti patung yang hanya sebagai alat pajangan di keluarga nya sendiri. Diejek, dibentak, dan direndahkan. Semua kata kata yang terlontar kan dari keluarga nya sendiri, telah membuat Adira tak mampu untuk berkata kata. Dia hanya bisa diam menerima semua hinaan yang ada.

"Emm.... Oh ya pa? Nanti malam, Arisha ajak teman-teman datang rayain semua ini... Boleh kan pa??" Tanya Arisha sambil tersenyum.

"Iya sayang... Sudah pasti boleh... Kalo kamu nggak bilang pun, papa dan mama pasti akan merayakan nya koq.. Kamu dan Adit jangan khawatir... Undang saja teman-teman kalian.. Semua urusan pesta nya serahkan pada papa dan mama... Oke?? " Jawab papa sambil tersenyum.

Mendengar papa nya menyetujui permintaan Arisha, membuat ia merasa sangat bahagia.
"Terimakasih ya pa...! " Kata Arisha.
"Oh ya? a masih disini hah?!! Sana pergi!! Gangguin aja sih!! "Sambung Arisha membentak Adira.

Adira yang sudah tidak mampu menahan tangis nya pun, pergi dari ruang keluarga. Ia berlari menuju kamarnya sambil menangis.

---(kamar Adira)

Dikamar, terdengar lah suara tangis. Kesedihan yang sudah ditahan sekuat tenaga, sekarang terluapkan dengan air mata yang membanjiri pipi.

"Hiks!!! Hiks...!! Sebenarnya.... Apa salahku?! Kenapa... Kenapa mereka membenci diriku?! Apa salah ku...!! Apa?!! Hiks!! Hiks!! Padahal... Aku sudah belajar sekuat tenaga ku!! Agar aku bisa mendapatkan hasil yang baik!! Agar aku bisa membanggakan semua keluarga ku...! Tapi bahkan mereka tetap saja merendahkan aku...!! Hiks... Hiks...! Kenapa... Kenapa! Kenapa...!!! "
Adira menangis tersedu-sedu, ia tak mampu lagi menahan semua kesedihan nya.

Pada saat Adira menangis sendiri dikamar nya, lalu bi Izah masuk kekamar Adira. Ia sudah sering melihat Adira yang menangis dibalik tempat tidurnya. Hal ini membuat bi Izah sangat sedih dengan keadaan yang Adira alami. Bi Izah pun menghampiri Adira.

"Non Adira...? " Kata bi Izah dengan suara yang lembut.

"Bi... Bibi??" Adira menoleh kearah bi Izah.

"Bibi... Kenapa bi...?? Kenapa Adira diperlakukan seperti ini dikeluarga Adira sendiri?? Hiks..! Sebenarnya... Sebenarnya... Adira ini... Apa Adira ini benar-benar anak papa dan mama?! "
Tanya Adira dengan tatapan penuh pertanyaan.

Bi Izah terkejut mendengar perkataan Adira.

"Non Adira bicara apa?? Itu sudah pasti non... Non Adira itu anak kandung dari keluarga ini... Dan non memiliki saudara kembar yaitu Arisha... Itu sudah jelas kan non??" Jawab bi Izah serius.

"Tapi bi, kenapa?? Kenapa Adira tidak bisa merasakan kasih sayang dari papa dan mama?? Kenapa harus Adira yang seperti ini?? Kenapa?? Hiks... Hiks...!! Adira... Adira juga ingin mendapatkan kasih sayang papa dan mama...! Adira juga ingin seperti kak Arisha, kak Adit dan teman-teman Adira lainnya yang mendapatkan kasih sayang orang tua nya.....! Hiks!! Adira juga ingin dipeluk, dicium dan dipanggil dengan kata-kata yang sama sekali belum pernah mereka ucapkan pada Adira...!"kata Adira meluap kan semua kesedihan nya dihadapan bi Izah. Ia menangis tersedu-sedu dihadapan bi Izah.

Mendengar Adira mengatakan itu semua, membuat hati bi Izah pun ikut merasa terluka. Ia merasakan rasa sakit yang selama ini ditanggung oleh Adira. Bi izah yang melihat Adira menangis tak berdaya itu, memeluk erat Adira sambil menangis.

" Non... Ada bibi kan disini... Bibi sayang sama non Adira...! Sayang... Sekali...! Bibi akan selalu ada disamping non Adira...!! Selalu..." Kata bi Izah sambil membelai rambut Adira..

"Benarkah? Bibi akan selalu ada untuk Adira?? " Tanya Adira memastikan.

"Iya non.. Dan non Adira tau? Ada satu hal dari non Adira yang tidak dimiliki oleh orang lain... " Kata bi Izah tersenyum.

"Apa... Itu bi?? " Tanya Adira.

"Yaitu, non Adira tidak pernah melawan orang tua non, walaupun hati non sangat sakit saat mereka mengatakan hal buruk tentang non... " Kata bi Izah dengan wajah yang tersenyum.

Mendengar penjelasan bi Izah membuat Adira sedikit lebih tenang.

"Hmm..... Bi... Apa, bibi masih ingat dengan.... 'Kak Fahri'?? " Tanya Adira kepada bi Izah.

"Oh.. Nak Fahri... Sudah pasti ingat... Anak dari keluarga nyonya, kan?? Tanya bi Izah memastikan.

" Iya..." Jawab Adira tersenyum.

"Hmm.... Emang nya kenapa non?? Ada apa dengan nak Fahri?? " Tanya bi Izah penasaran.

"Nggak ada sih bi... Adira.... Hanya teringat pada nya.... " Jawab Adira dengan nada pelan dan raut wajah yang bahagia.

Sebenarnya siapakah Anak yang bernama Fahri itu?? Kenapa Adira merasa senang saat dia mengingat nya?? Sebenarnya apa yang terjadi antara mereka sehingga membuat Adira merasa sangat senang dengan anak yang bernama Fahri itu??

Nantikan jawabannya di cerita selanjutnya ya... ☺☺

Biar Aku yang pergi[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang