17. Harapan yang sirna

21.7K 645 3
                                    

Biarkan kali ini aku menangis, untuk menanti hari esok dengan sepi...

*Kak fahri!! Tunggu!!

Suara panggilan itu membuat Fahri sangat terkejut. Ia pun menoleh kearah datang nya suara yang memanggilnya tersebut. Siapa sangka, ternyata yang memanggilnya ditengah-tengah keberangkatan nya itu adalah Adira. Fahri pun mengangkat alisnya karna bingung. Wajahnya penuh dengan pertanyaan. Salah satu pertanyaan didalam pikiran nya adalah,
"kenapa dia kemari?? Kenapa dia memanggilku?? "

Suara langkah kaki Adira terdengar. Adira tampak berjalan menghampiri Fahri yang tengah berdiri dengan wajah yang bingung. Tanpa memperpanjang waktu, Adira pun mengeluarkan bunga yang ia sembunyikan, yang dimana bunga tersebut adalah pemberian dari Fahri. Dengan wajah yang tersenyum, Adira pun berkata.

"Ini... Adalah bunga yang kak Fahri berikan waktu Adira sedang sedih, kak Fahri juga berjanji akan menemui Adira lagi jika datang kemari.... Tapi... Adira nggak tau,Adira juga bingung kenapa kak Fahri melupakan janji itu... Padahal Adira sudah berharap kak Fahri benar-benar akan menemui Adira... Tapi ternyata itu semua hanya angan-angan Adira yang terlalu tinggi. Walaupun kak Fahri datang bukan untuk menepati janji itu, setidaknya Adira senang karna kak Fahri sekarang ada disini... Dihadapan Adira... Terimakasih karna waktu itu kak Fahri sudah menemani Adira, jika saja kak Fahri tidak ada waktu itu... Mungkin sekarang Adira..... Yah!! Pokoknya, terimakasih banyak...!! Ini bunga kak Fahri, Adira sudah jaga selama 3 tahun ini, Jadi Adira kembali kan lagi..."

Adira pun memberikan bunga tersebut kepada Fahri. Tanpa berkata apapun Fahri mengambil bunga tersebut.

"Sampai jumpa...! "

Dengan nada gemetar karna menahan tangis, Adira pun mengucapkan salam perpisahan. Setelah itu Adira pergi meninggalkan Fahri yang sedari tadi hanya diam seribu bahasa. Fahri hanya melihat Adira yang melangkah pergi dengan tatapan nanar. Hatinya tiba-tiba sesak sesaat. Tanpa ia sadari, air matanya pun mengalir begitu saja.
Entah mengapa setiap perkataan dari Adira membuat hatinya terasa sakit, sehingga ia tak mampu mengatakan apapun dan hanya berdiri diam.

Fahri pun memandangi bunga yang dulu Ia berikan kepada Adira. Saat ia melihat bunga itu, perasaannya kembali terombang-ambing. Ia menjadi bingung, kenapa dia harus sedih seperti ini. Perasaan nya bercampur aduk. Sedih, kesal, marah, semua nya menyatu menjadi satu. Sehingga ia sendiri pun tidak tau dengan apa yang ia rasakan saat itu.
Setelah cukup lama dia berdiri diam dengan tatapan kosong. Akhirnya ia pun berkata.

"Sampai jumpa kembali... Adira... Maaf kan aku, karna membuat mu berharap dengan sesuatu yang tidak pasti... "

Setelah itu, Fahri pun pergi bersama keluarga nya...

___(dikamar Adira)

Sedangkan dikamar, Adira hanya bisa menangis. Karna seseorang yang selama ini ia tunggu kehadiran nya, sama sekali tidak memperdulikan nya. Ia hanya menatap kepergian Fahri dengan wajah yang sedih dan kecewa...

"Mungkin, selama ini aku yang terlalu berharap dan berangan... Bahwa ia akan datang untukku... Padahal hal itu tidak mungkin terjadi...semua harapan itu sirna dan hanya meninggalkan bekas luka yang amat dalam...."

Adira meratapi dirinya, dan merenungkan semua yang terjadi padanya dengan tangisannya...

Silahkan baca kelanjutan ceritanya...😁

Biar Aku yang pergi[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang