06. Again

24.4K 767 8
                                    

Saat aku mulai berharap, maka saat itulah harapan ku sirna...

---(dirumah Adira)

Seperti biasanya, setelah pulang dari sekolah, mereka berkumpul diruang keluarga. Mereka memulai topik dengan pembicaraan dengan santai. Saat itu, Arisha mengatakan kepada mama dan papa nya bahwa hari sabtu ia akan mengambil raport.

"Mama... Besok hari sabtu Arisha akan mengambil raport.. Mama aja yang ambilin ya... " Kata Arisha bernada manja.

"Tentu sayang.. Besok kita pergi sama-sama ya... " Jawab mama sambil membelai rambut Arisha.

Akhirnya disetujui, bahwa yang mengambil raport Arisha adalah mama nya. Sedangkan Adit, meminta papanya untuk hadir ke Acara yang ada di kampusnya sambil memberikan hasil pembelajaran. Dipojok ruangan tampak lah seorang gadis remaja yang berdiri dengan wajah yang sedih. Ya, dia adalah Adira.

"Hm... Ma, pa, kalo raport Adira siapa yang ambilin?? " Tanya Adira dengan nada yang sedih.

Mendengar Adira mengatakan hal seperti itu, membuat Arisha ingin tertawa.
"Hahahha!!! Minta ambilin raport?? Paling dapat peringkat terakhir!!! Hahhh... Kamu buat malu saja!! " Kata Arisha tertawa sambil meledek Adira.

Meskipun Arisha mengatakan hal itu, Adira tidak menghiraukan perkataan Arisha.

"Mama aja ya?? Kalau udah ambil raport kak Arisha, mama ambilin raport Adira ya...? " Tanya Adira penuh harapan.

"Tidak!!! Mama kan sudah bilang?!  Ambilin raport kakakmu?! " Jawab mama dengan nada membentak.

Adira terkejut mendengar Jawaban mamanya, hal itu membuat Adira merasa sangat sedih.

"Lalu... Siapa yang ambil raport Adira?? " Tanya Adira dengan nada pelan.

"Ya ampun Adira...! Ambil saja sendiri kan bisa?! " Jawab papanya membentak.

"(Deg!) ta-tapi... " Jawab Adira.

"Udah..!! Jangan banyak tapi tapi!! Kamu nggak ingat kata mama dan papa??!! " Kata Adit sambil membentak.

Mendengar mereka yang mengatakan hal seperti, Adira tak kuasa menahan air mata nya. Ia pun menangis tersedu-sedu.

"Ugh... Hiks! Hiks!... "
Adira pun berlari pergi kekamar nya sambil menangis. Sedangkan keluarga nya, acuh tak acuh terhadap nya. Disisi lain, bi Izah melihat semua yang terjadi. Bi Izah merasa sangat sedih terhadap Adira.

"Kasihan non Adira... Padahal ia berhak mendapatkan kasih sayang keluarga nya sendiri... Tapi dia hanya mendapat kan kesengsaraan... " Kata bi Izah dengan tatapan sedih.

---(kamar Adira)

Dikamar, Adira menangis. Semua perkataan keluarga nya selalu terngiang dikepalanya. Ia merasa semua yang terjadi padanya sangatlah tidak adil. Ia hanya mampu menangisi semua yang terjadi pada dirinya.

"Kenapa..!! Kenapa.....!!! Hiks... Kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini?! Kenapa!!?..... " Kata Adira sambil menangis tersedu-sedu.

Pada saat Adira menangis, bi Izah masuk kekamar nya dan menghampiri Adira yang tengah menangis.

"Non... Udah... Jangan menangis... " Kata bi Izah menenangkan Adira yang menangis.

"Bibi...! Kenapa bi... Padahal Adira cuma pengen mama ambilin raport Adira.. Karna mama dan papa tidak pernah ambilin raport Adira...
Sekali saja... Hanya sekali bi... Hiks!! Adira pengen mereka datang ke sekolah Adira..... Hiks!!... " Adira memeluk bi Izah sambil menangis.

"Non... Sudah... Besok biar bibi yang ambilin raport non ya...? Jadi non jangan sedih lagi ya...? Besok kalo non dapat juara, non harus bisa membuat orang tua non menjadi kagum sama non... Ya? " Kata bi Izah kepada Adira.

Mendengar perkataan bi Izah membuat Adira merasa lebih tenang.

"Bibi... Yakin?? Kalau Adira dapat juara?? " Tanya Adira memastikan.

Bi Izah pun menjawab sambil tersenyum.
"Iya... "

Adira merasa sangat senang mendengar perkataan bi izah. Karena bi Izah selalu ada bersama nya saat ia merasa sedih.

Silahkan baca kelanjutan nya ya... ☺☺

Biar Aku yang pergi[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang