02. Alone

37.1K 1K 17
                                    

Aku sendiri... Tanpa ada seseorang yang menemani...


Waktu terus berlalu, tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11: 00.
Semua para siswa dan siswi pun kembali ke rumah mereka masing-masing.

(Didalam mobil)

"Gimana sekolah hari ini, sayang? " Tanya mama memulai pembicaraan.

"Lancar kok, ma... Oh ya! Tadi ada ulangan matematika loh. Lalu Arisha dapet nilai tertinggi dikelas!." Balas Arisha sambil menyunggingkan senyum bangga.

"Oh, benarkah? Wah, mama nggak heran lagi deh. Kamu kan emang anak kebanggaan mama," ujar sang ibu dengan manja sembari mengusap surai hitam putrinya penuh kasih sayang.

"Hehe, Mama bisa aja deh."
Tawa Arisha mendengar ucapan ibunya.

...

"Hah, Mama dan papa pasti nggak jemput aku lagi. Mereka pasti jemput kak Arisha. Lalu aku pulang dengan siapa?" Gumam Adira sedih.

Disekolah gadis itu tampak sendiri. Menatap kearah keramaian sambil berharap ada seseorang yang datang menghampiri nya dan berkata,"Ayo kita pulang!".
Tetapi, walaupun terus berharap tetap saja ia selalu sendirian meratapi orang-orang yang selalu dihampiri oleh orang yang mereka sayangi.

"Bagaimana ini. Bi Izah bilang, mama cuma kasih aku uang 5000. Lalu tadi aku naik angkot, sisanya 2000. Untuk makan siang aja nggak cukup. Uang tabungan ku juga habis. Apa aku jalan kaki aja, ya? Tapi..., jarak sekolah dengan rumah kan jauh." Adira bergumam bingung.

Bagaimana dia bisa pulang jika uang yang diberikan hanya cukup untuk ongkos pergi saja? Meski meminta uang lebih pun, hal itu sangat mustahil. Mereka seakan tak rela mengeluarkan sepeser uang untuk nya.

"Sudahlah, aku jalan kaki saja."

...

Di kediaman keluarga Raveena, tampak seorang ibu paruh baya yang sedang mondar-mandir didepan pintu rumah dengan raut wajah yang khawatir, seperti sedang menunggu seseorang.

"Tuan, nyonya. Non Adira kenapa belum pulang juga, ya? Sudah 1 jam saya tunggu disini tapi dia belum juga pulang." Tanya bisa Izah khawatir.

"Ck, paling sebentar lagi juga pulang!" Jawab papa dengan nada yang ketus.

"Iya, bi! Jangan khawatir gitu. Berlebihan sekali sih, dia bukan anak kecil lagi." Sambung mama.

Mendengar jawaban dari pasangan Raveena yang sama sekali tidak peduli dengan kedatangan Adira, membuat bi Izah sangat sedih. Bi izah pun terus menunggu Adira sambil mondar-mandir didepan pintu.

Ting! Tong!

Bel rumah berbunyi nyaring. Sontak bi Izah pun langsung membuka pintu. Hingga sepasang mata hitam nya membulat melihat gadis di hadapan nya yang terengah.

"Non Adira?! Nona dari mana saja? Kenapa berkeringat begini?"

"Adira..., hah... Pulang jalan kaki, Bi." Jawab Adira pelan karena keletihan.

Mendengar bahwa Adira pulang jalan kaki dari sekolah nya, membuat bi Izah terkejut.

"Kenapa tidak naik angkot aja, Nona? Atau telpon bibi?"

Biar Aku yang pergi[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang