15

2.1K 417 72
                                    

Quick update. Belum diedit. Yoonseok^^

***

"Ya ya, sudah. Kau berangkat saja, dia baik. Dua hari? Ahh oke. "

Tiada dari mereka yang bisa menebak ekspresi gadis itu sebab ia memunggungi mereka, menelepon dengan serius. Hanya saja, Yoonseok si bocah hampir 4 tahun itu tidak bisa menahan diri untuk menutup mulut.

"Noonaku memang suka marah-marah," bisiknya.

Mau tak mau Jungkook merendahkan punggungnya sedikit. "Oh ya?"

Yoonseok mengangguk semangat. "Iya, dia selalu bicara dengan nada begitu. Pada Ibu juga."

Melirik Jaemi sejenak, Jungkook bertanya. "Pada Ayah?"

"Noona tidak bicara dengan Ayah."

"Ayo kita pulang." Suara Jaemi memotong bisik konversasi keduanya. Wajah gadis itu terlihat lelah, tapi sebisa mungkin memaksa senyum tipis pada adiknya sebab Yoonseok terlihat agak takut. Tadi saat Jaemi berhasil menemukannya, gadis itu terkejut luar biasa sehingga setelah berseru aneh, "Jungkook, adikku!" ia pun tersungkur ke aspal dan menenggelamkan kepala diantara lututnya. Jungkook sampai berlari membantunya berdiri sebab wajah gadis itu merah sekali ditambah kakinya yang lemas. Yoonseok berteriak-teriak mengkhawatirkan Kakaknya yang berujung tatapan maut dari kedua netra gadis itu saat akhirnya ia mendongak. Jaemi lega dan marah, tapi belum ada sepatah kata omelan pun dari kedua bibirnya. Bagi Yoonseok dan Jungkook, itu lebih menakutkan.

"Jaemi, apa kau tadinya sedang bekerja?" Jungkook melirik kemeja yang jarang dikenakan gadis itu--yang sekarang sudah kusut.

Jaemi mengangguk, seketika malu teringat seruan ambigunya tadi. "Bagaimana kau bisa bersama adikku?"

"Aku tidak sengaja melihatnya menangis, tak punya uang membeli es krim."

Jaemi melirik adiknya yang kini menunduk takut. Pasalnya, cairan merah di pakaian mungilnya yang tadi sempat membuat panik ternyata hanyalah sisa es krim. Ia mengira--dengan segala ketidakmasukakalan bercampur sisa dugaan negatif tentang Jungkook, telah terjadi hal yang tidak-tidak pada Yoonseok. Keputusasaannya mencari adiknya itu berbuah kelelahan yang teramat. Dia harus mengabari sang Ibu, yang dengan bodohnya setelah mengetahui Yoonseok ketemu, harus ikut suaminya ke Incheon. Langsung berangkat bisnis bersama partner perusahaan ke Jeju. Puluhan umpatan sudah bercokol gemas di kepala Jaemi. Belum lagi tanggung jawabnya di kafe yang belum selesai. Ini baru sehari!

"Terimakasih banyak, Jung." Jaemi mengulurkan tangan pada Yoonseok. "Kita akan pulang ke apartemenku dulu."

Ragu, Yoonseok meraih jemari Jaemi. "Kenapa tidak ke rumah?"

"Ayah dan Ibu ada urusan. Yoonseok akan tinggal bersama Noona sebentar."

Yoonseok mengangguk tidak protes. Hampir tak pernah anak itu menghabiskan waktu bersama Kakaknya. Kira-kira akan seperti apa?Mereka mulai jalan bersama, sedang Jungkook mengekor di belakang.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Suara Jungkook di belakang. Jaemi bergeming, dia sedang memikirkan itu daritadi.

"Sebenarnya, aku sedang menjaga kafe orang." Jaemi berhenti di ujung jalan besar, membuat yang lain ikut menghentikan langkah. "Pekerjaanku masih sampai pukul 7 nanti."

Seakan mengerti, Jungkook mengangguk. Pria itu menangkap arti dari perkataan Jaemi barusan bahwa dia tidak mungkin membawa anak kecil ke tempat kerja secara tiba-tiba. Gadis itu tengah kebingungan dengan keputusan dia harus meninggalkan kafe dan menjaga Yoonseok sepanjang hari. Jungkook melirik Yoonseok sejenak yang tidak memahami pembicaraan keduanya. Kelihatannya anak itu oke-oke saja, malah terlihat seperti bocah yang segan menyusahkan orang (kecuali orang itu mau disusahkan seperti contohnya membiarkan anak itu membeli dua es krim untuk dirinya sendiri). Jadi setelah menimbang-nimbang, Jungkook akhirnya menawarkan diri membantu.

InvolvedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang