32

1.2K 186 16
                                    

"Bisa tolong pegang yang ini?"

Gadis itu menyerahkan beberapa jenis kaleng makanan, lalu melongok kembali sebelum menyerahkan yang lainnya juga. "Ah ini juga, tolong."

Yang dimintai tolong menghela nafas sabar. Kelopak matanya berkedip sekali sedangkan senyum tertahan tak kunjung luntur dari wajahnya. Tidak apa-apa, pria itu terlihat sangat bersedia melakukan ini. Tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya. Kendati begitu, Jaemi mulai menyadari sesuatu dan segera menghentikan kegiatannya. Ia memandang wajah Jungkook dengan rasa bersalah.

"Maaf sekali, berat ya? Aku mencoba menemukan pasta kacang merah yang bagus, tapi tidak ada," kata Jaemi, menggaruk belakang kepalanya. "Nah sini, kita susun kembali."

Jungkook tidak banyak bicara, ia segera membantu Jaemi menyusun kaleng-kaleng bahan makanan ke tempatnya. Sesekali keduanya cekikikan jika susunan kaleng malah semakin berantakan. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, keduanya kembali berjalan menyusuri lorong-lorong penuh dengan bahan makanan di sudut supermarket itu.

Sudah lama sejak terakhir Jaemi belanja kebutuhan bulanan dengan senang hati seperti ini. Bukan berarti belanja bersama Sohee tidak menyenangkan, tapi kali ini, dengan si Jeon, entah mengapa terasa berbeda. Sesuatu yang menggelitik perut sampai dadanya tak kunjung hilang. Jika dipikir lagi, ia merasa seperti bocah rewel yang diajak ke toko mainan, atau Ibu rumah tangga yang sedang belanja untuk bahan makanan anak dan suami di rumah. Tunggu, ya ampun, aku bukan ibu rumah tangga kok. Kedua pipinya sempat mendadak panas sebelum mengetahui bahwa Jungkook tak lagi mengikutinya. Butuh beberapa detik untuk kembali sampai matanya menemukan punggung pria itu, tengah terpaku di depan jajaran lemari pendingin besar.

"Ada yang kau inginkan?" Jaemi mendekati.

Jungkook menoleh, bibirnya mengerucut, menunjuk rak tempat bermacam-macam susu di depannya. "Sepertinya mereka tidak menyetok susu pisang. Kemana minuman itu?"

Jaemi tidak bisa menahan senyum. Gemas. Melewati banyaknya rak makanan, Jungkook jauh lebih tertarik pada susu pisang kesukaannya. Tiba-tiba gadis itu teringat saat pertamakali keduanya mulai berbicara serius, di minimarket dekat apartemen. Cairan soda yang melesak ke saluran hidungnya, dan Jungkook yang panik dengan susu pisang di tangan. Mengingat kebiasaannya yang lebih mirip anak kecil, Jaemi jadi ingin melihat akan seperti apa pria itu jika selanjutnya mereka memasuki bagian snack yang digemarinya.

"Hm.. coba kulihat," Jaemi maju ke depan lemari pendingin ikut mencari-cari susu pisang di sana. Namun itu benar-benar tidak ada. Ia melihat Jungkook yang putus asa. "Ada apa dengan supermarket ini? Benar-benar tidak ada. Mau kutanya pada pegawainya?"

Jungkook menarik bibirnya, menggeleng. "Tidak, aku tidak apa-apa. Ayo cari lagi hal-hal yang kau butuhkan."

"Kau yakin?"

"Tentu. Ayo," Jungkook membalik tubuh Jaemi dan mendorongnya pelan ke tempat lain.

Selanjutnya setelah mereka membeli beberapa bahan makanan dan snack yang Jungkook inginkan dan membayar--Jungkook membayar semuanya, Jaemi nyaris tidak menyangka Jungkook si pengangguran memiliki uang yang cukup--mereka berjalan selama beberapa lama untuk mencapai halte bus terdekat.

Di pertengahan jalan, Jungkook tiba-tiba menghela nafas dan tersenyum senang menatap Jaemi. Merasa aneh, gadis itu agak salah tingkah. "Kenapa senyum-senyum? Kau mulai membuatku takut."

"Aku sangat senang hari ini," jawab Jungkook riang.

"Apa yang membuatmu senang? Kita cuma belanja."

"Karena kita belanja bersama. Itu membuatku senang. Kau juga, kan," Jungkook menyikutnya pelan.

Jaemi menggeleng, "Tidak, tuh." Ia berjalan cepat meninggalkan Jungkook, lebih seperti menghindari tatapan Jungkook pada wajahnya.

InvolvedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang