45 : December, I remember

7.1K 922 198
                                    

Ps : Lagunya bisa diputer setelah baca. Ini lagu bagus, buat yg susah move on!

         

          

Aku berteriak lebih kencang lagi ketika haechan dapat giliran jaga gawang. Cuek aja dengan teman-teman kelasnya yang mandangin aku dengan pandangan aneh, yang penting niat aku disini cuma mau dukung haechan.

Kegiatan porseni atau pekan olahraga dan seni adalah acara rutin tahunan yang diadakan setiap akhir semester satu di bulan desember. Berarti, secara gak terduga aku sudah melewati satu semester sebagai kelas 12.

"HAECHAN AWAS BOLANYA!" pekikku secara gak sadar.

Aku langsung menutup rapat-rapat mulutku. Bukannya aku takut haechan denger, aku lebih takut kalau pacarnya yang denger.

Pacarnya haechan? Ya hyunjin, si cewek beruntung yang kebetulan satu ekskul sekaligus satu SMP dengan haechan.

Aku dan banyak orang yang lain selalu menganggap mereka pacaran, tapi heejin bilang mereka gak pacaran. Mereka cuma komitmen, bukan pacaran.

Padahal menurut aku sendiri, komitmen jauh lebih susah dibanding pacaran.

"Haechan awas!" teriakku secara gak sengaja, lagi.

Gimana ya, dia jadi kiper yang kerjaannya cuma jaga gawang tapi punya resiko paling besar. Tadi aja, dia sampe hampir split supaya bolanya gak masuk ke gawang.

Aku fokus lagi menonton futsal antara kelas haechan dan kelas 10 ipa 4. Beneran se fokus itu, sampai kayaknya aku lupa buat ngedipin mata.

Sampai tiba di menit terakhir, dimana kelasnya haechan menang 2-1, aku baru bisa lega.

Anak-anak kelasnya haechan berlomba-lomba masuk lapangan dan saling berpelukan. Mereka ngucapin makasih dan selamat ke satu sama lain.

Aku cuma bisa berdiri di pinggir lapangan. Aku seneng haechan menang. Aku bahagia ngeliat dia senyum lebar dan merasa bangga. Aku bahkan ikutan bangga dan merasa terharu.

"Heejin selamat!" seruku ke heejin sambil meluk dia.

Heejin balas memelukku. "Makasih. Eh tapi kayaknya lo harusnya ngucapin selamat ke kipernya deh, bukan ke gue."

Aku memukul pelan lengannya. "Heh, ngawur, wkwkwk."

"Kakinya luka tuh."

"Hah, serius?"

Heejin mengangguk lalu menunjuk bagian lutut kanan haechan yang berdarah.

Aku sebenernya agak panik dan udah berniat nyari kapas dan air. Tapi, haechan udah lebih dulu pergi ke anak pmr dan minta obat disana.

"Heejin," panggilku.

Heejin yang jalan agak di depanku langsung menoleh. "Apa?"

"Pengen meluk haechan. Pengen ngucapin selamat."

Heejin menarik tanganku lalu menepuknya pelan. "Sabar ya."

       

🌱

      

Keputusanku buat move on dari haechan aku buat setelah denger cerita dari heejin. Cerita yang bener-bener pure percakapan haechan dan heejin.

Kejadiannya jumat sore, waktu heejin belum pulang karena masih harus jadi manager futsal dimana anak futsal harus latihan sampai agak malem. Haechan masih di kantin sama hwall karena mereka berdua berencana pergi ke festival gratis yang waktu itu digelar.

Headphones ✔ haechan [Au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang