Bolehkah aku melawan kenyataan yang ada?
-Alvaro
-----------------------------------------------------------
Alvaro sampai di kelasnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ada perasaan marah yang ia rasakan akibat ulah dari Ana dan kawan-kawannya, dan perasaan senang namun juga gelisah setelah mendengar perkataan dari Aileen.
"Gi-gilaaa! Wajah lo kenapa jadi gitu Al? Haha, udah kaya kakek-kakek lagi kebingungan cari alamat tau gak?" ledek Farzan. Wajah Alvaro kali ini memang terlihat aneh, jadi jangan salahkan Farzan.
Alvaro melirik Farzan yang menghinanya, "Perasaan gue kacau," jawabnya singkat.
"Cerita aja, siapa tau kita bisa bantu, ya ngga Din?"
Aydin yang tengah fokus pada ponselnya melirik Farzan sekilas, "Hm," gumam Aydin menyetujui.
"Lo pasti ga percaya kalo gue bilang Ana punya otak yang picik," kata Alvaro sambil menyandarkan punggungnya di tempat duduknya.
"Apaaa?! Lo pasti salah deh Al, Ana kan cantik kaya bidadari gitu, mana ada lah bidadari jahat," ucap Farzan dengan nada tak percaya.
Alvaro memutar bola mata malas, "Gue kan udah bilang, lo ga bakal percaya, udah, males gue cerita ke elo."
"Gue gak akan biarin lo nyakitin Aileen, Ana" gumam Alvaro dalam hati.
❤❤❤
Bel pulang sekolah pun berbunyi, mobil BMW hitam melaju dari parkiran SMA Jaya menuju kompleks perumahan Puri Indah, Alvaro lah yang berada di balik stir kemudi mobil mewah tersebut. Sekitar 20 menit, akhirnya ia pun sampai di rumah megah bak istana milik kedua orang tuanya itu.
"Assalamu'alaikum," teriaknya di balik pintu.
"Wa'alaikumussalam," jawab seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil bibi oleh Alvaro dan kakak perempuannya.
"...loh adek udah pulang?" lanjut wanita itu setelah membuka pintu.
"Iya nih Bi. Bunda ada di rumah kan?" tanya Alvaro sambil berjalan menuju ruang tengah.
"Ada kok dek, baru aja Bunda sama Ayah pulang, habis dari arisan sama temen-temen kuliahnya dulu."
Seorang wanita bertubuh agak gempal namun tetap terlihat cantik keluar dari pintu kamar kedua orang tua Alvaro. Wanita yang selalu Alvaro panggil dengan sebutan Bunda itu tersenyum menyambut kepulangan putranya.
"Tumben nih anak Bunda yang paling ganteng ini nyariin Bunda, biasanya juga engga," sindir Bunda Alvaro yang diketahui bernama Humaira itu.
Alvaro mengerucutkan bibirnya mendengar cibiran dari Humaira, "Apaan sih Bun, biasanya juga gini kok," jawab Alvaro sambil mencium punggung tangan wanita cantik itu, tak lupa ia juga mencium pipi yang sedikit keriput milik Bundanya itu.
"Iya iyaa. Oiya, buruan deh kamu mandi, nanti kita semua makan malam di luar, ada orang penting yang mau ketemu sama kamu."
Alis Alvaro bertautan, orang penting? Siapa? "Siapa Bun? Ayah sama Kakak juga ikut?" tanya Alvaro.
"Iya, semuanya, Ayah sama Kakak kamu lagi siap-siap. Buruan kamu mandi!" perintah Humaira pada Alvaro.
"Siap bu bos!"
❤❤❤
Akhirnya mereka semua sampai di tempat perjanjian yang dikatakan oleh Humaira. Mereka berjanji bertemu di sebuah restoran mewah. Dari kejauhan terlihat 3 orang yang sedang duduk di sekeliling meja bundar yang cukup lebar. Salah satu di antaranya terdapat seorang gadis yang sangat di kenal oleh Alvaro.
"Ana?!" teriak Alvaro saat mengetahui bahwa keluarga Ana lah yang ingin bertemu dengannya.
Bukannya menjawab. Ana hanya tersenyum melihat reaksi dari Alvaro. Setelah melihat senyum Ana, Alvaro yakin, pasti ada sesuatu yang direncanakan oleh Ana.
"Wahh.. Ternyata benar, kalian udah saling kenal." kata Syafiq-- Ayah Alvaro.
"Ayo, silakan duduk." kata seorang pria paruh baya yang diketahui adalah Ayah Ana, terlihat dari cara Ana yang dengan manjanya memanggil pria itu dengan sebutan Daddy.
"Langsung aja ya kita bahas perjodohan anatara Alvaro dan Ana," ucap wanita yang memiliki wajah mirip dengan Ana dengan tiba-tiba.
"Apaa?!" teriak Alvaro, Ayudia-- Kakak perempuan Alvaro pun tak kalah terkejutnya dengan adiknya itu. Bagaimana tidak, adiknya baru saja menduduki kelas 3 SLTA tapi orang tuanya sudah berniat menjodohkannya, sedangkan dia yang sudah bekerja dan memiliki calon pun belum ada respon dari kedua orang tuanya untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.
"Engga! Alvaro nolak perjodohan ini! Permisi!" teriak Alvaro, kemuadian ia berlalu meninggalkan restoran itu.
"Alvaro!" teriak Syafiq berharap agar Alvaro bisa mendengarnya dan kembali karena panggilan itu.
Namun nihil, Alvaro sudah melangkah terlalu jauh meninggalkan tempat itu. Dan sepertinya dia juga tidak memiliki niatan untuk kembali.
Humaira dan Ayudia menunduk menahan malu, sedangkan Syafiq meminta maaf karena ketidaksopanan yang sudah dilakukan putranya.
Ayah Ana tertawa, "Tidak apa-apa, dia pasti terkejut. Tapi, saya harap Anda bisa membujuk Alvaro untuk menyetujui perjodohan ini."
Syafiq meneguk ludah. Entah kenapa ucapan pria ini terdengar seperti ancaman. Syafiq mengangguk, "Akan saya coba."
-----------------------------------------------------------
Makasih udah baca :)
Jangan lupa vote yaaa 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu di sepertiga Malamku!
Teen Fiction(tamat) Namanya Aileen, yang berarti cahaya. Dan cahayanya hanya untuk Alvaro. "Jika dengan kesabarannya Fatimah Az-Zahra binti Muhammad bisa mendapatkan seorang Ali bin Abi Thalib Akankah aku bisa mendapatkanmu dengan menunggu dan mengadukan rasaku...