(36)

1.4K 107 2
                                    

Mereka yang kuat bukan mereka yang tak pernah menangis. Mereka yang kuat adalah mereka yang mampu menyembunyikan tangisnya.
-RinayChan

-----------------------------------------------------------

UN, satu kata yang mampu membuat banyak orang cemas. Bukan hanya siswa, bahkan guru dan orang tua juga tak kalah risau jika putra-putri mereka akan menghadapi ujian. Banyak yang harus dipersiapkan, bukan hanya pelajaran yang harus dituntaskan, tapi mental yang berupa kepercayaan diri pun perlu ditingkatkan.

Hari ini, kelas 12 SMA JAYA tengah melakukan renungan serta do'a bersama atau istighosah untuk menghadapi ujian yang akan dimulai beberapa hari lagi. Air mata membanjiri mushola kecil yang berada di lingkungan SMA JAYA. Tidak sedikit mereka yang terkenal sebagai pembuat onar pun ikut menitikkan air mata.

Pemandangan yang menyejukkan. Mereka menangis sambil mengadahkan tangan memohon pada Allah ta'ala. MasyaAllah.

"Beneran deh, gue rasanya belum bisa move on dari kata-kata ustadz tadi. Berasa banyak dosa gue," aku Azkia saat sedang menali sepatu di pelataran mushola.

"Iya Az, entah kenapa gue juga ngerasa gitu. Ngerasa kotor banget badan gue," imbuh Kirana.

Aileen tersenyum haru pada kedua sahabatnya. Azkia dan Kirana merasa agak aneh melihat senyuman Aileen yang satu ini. "Senyum lo aneh tau gak sih, Ai!"

Aileen mendengus sebal karena perkataan Kirana. Apanya yang aneh? Dia hanya tersenyum. "Aku seneng aja, mungkin itu tadi hidayah buat kalian. Ya kan?"

Kirana dan Azkia hanya beradu pandang. Pandangan mereka seolah berdialog mengenai pendapat Aileen barusan. Benarkah itu tadi hidayah?

"Aih malah pada bengong. Yuk pulang!" ajak Aileen. Baru saja ia akan melangkah pergi, tapi harus terhenti karena seseorang menghalangi jalannya. "Maaf, aku mau lewat," ucap Aileen lembut pada seorang siswi. Sepertinya seangkatan dengannya, tapi Aileen tidak mengenal orang ini. Oh ayolah, jangan salahkan Aileen, memang kenapa jika dia tidak mengenal teman seangkatannya?

"Em, Aileen kan? Ini tadi Alvaro nitip ini ke gue, suruh kasihin ke lo katanya," gadis tadi menyerahkan secarik kertas yang terlipat. Suratkah?

Aileen menerima surat tadi kemudian membolak-balikkannya. "Makasih ya."

Gadis tadi hanya mengangguk kemudian melenggang pergi.

"Surat ya Ai? Apa isinya?" tanya Azkia dengan mata berbinar, jelas ia sangat ingin tahu. Sedangkan Kirana terlihat tidak peduli. Bukan urusannya kan?

Aileen membuka lipatan kertas tersebut, dan benar saja itu sebuah surat dengan tulisan tangan. "Aku disuruh nemuin dia," kata Aileen sambil menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

Dengan cepat, Kirana menggandeng tangan Azkia kemudian pamit pulang lebih dulu pada Aileen. Awalnya Azkia menolak, dia bilang ingin ikut Aileen, tapi Kirana melarangnya, dia bilang Aileen dan Alvaro memiliki privasi dan Azkia harus menghormatinya. Setelah itu Azkia menurut seperti anak kucing.

Aileen berjalan menuju lapangan basket, dan ternyata Alvaro sudah menunggunya. Laki-laki itu berdiri membelakangi Aileen. "Udah aku bilang, seharusnya kita gak boleh gini," cicit Aileen pelan sambil menundukkan kepala, namun masih bisa didengar Alvaro.

Namamu di sepertiga Malamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang