Terlalu indah untuk sebuah mimpi.
-----------------------------------------------------------
Debu dan asap kendaraan merupakan makanan sehari-hari bagi masyarakat ibu kota.
Bunyi klakson yang memekakan telinga di tengah kemacetan sepertinya bukan lagi hal yang harus dipersoalkan. Bagi sebagian orang, hal itu sudah seperti musik wajib di sepanjang hari.
Perumahan mewah menjadi tujuan pria ini. Mobil yang ia kendarai sudah memasuki halaman salah satu rumah. Rumah itu, bukan rumah tingkat dua yang besar seperti di film-film. Hanya rumah satu lantai dengan halaman luas dan mempesona. Semua tertata dengan sempurna.
Gazebo, taman kecil, dan lampu-lampu menghiasi halaman rumah dengan gaya klasik itu. Walaupun hanya satu lantai, dapat dipastikan harga rumah itu tidak bisa dianggap sepele.
Pria dengan kaus pendek berwarna abu-abu polos dan celana hitam panjang yang cukup ketat melangkahkan kakinya yang bersepatu ket warna putih keluar dari mobil dan menuju pintu rumah di depannya.
Di samping kiri pintu rumah tersebut ada sebuah tombol kecil bergambar lonceng. Tentu saja itu tombol bel.
Ting tong!
Setelah membunyikan bel, pria tadi mendengar sebuah sahutan dari dalam.
"Oh, Farzan?" tanya wanita bergamis pink dengan khimar senada.
Farzan mengangguk, "Alvaro, ada?"
"Ah iya, ada. Masuk, langsung ke ruang tengah aja," titah perempuan tadi.
Farzan berjalan menuju ruangan yang ditunjukkan perempuan tadi dan duduk di salah satu sofa yang ada.
"Eh, lo Zan?"
"Wih, anak lo? Mirip banget," puji Farzan pada anak laki-laki yang berada pada gendongan Alvaro.
Alvaro tersenyum bangga, "iyalah, anak gue gitu."
Farzan berdecih mendengar kalimat kebanggan dari Alvaro. "Seharusnya jangan mirip lo, takutnya omes juga."
"Bangke!"
"Abi! Kalo gendong Aqlan omongannya dijaga!" teriak seorang wanita dari arah dapur.
Alvaro yang merasa agak dimarahi hanya meringis, "iya Mi."
Farzan terbahak, "lo akhirnya jadi suami takut istri juga ya Al?"
"Bukan, gue suami sayang istri," kilah Alvaro.
"Cih!"
"Ini minumnya ya Zan," tawar perempuan tadi sambil meletakkan nampan berisi camilan dan teh. Kemudian duduk di samping suaminya dan mengambil alih anak laki-laki berusia satu bernama Aqlan tadi.
"Eh iya makasih Ai. Ngomong-ngomong nama panjang anak kalian siapa?"
"Aqlan Ridauddin Syafiq," jawab Alvaro cepat.
"Artinya?"
"Laki-laki bijaksana yang senantiasa mencari ridho. Kalo Syafiq udah pasti dari Abinya," jelas Aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu di sepertiga Malamku!
Novela Juvenil(tamat) Namanya Aileen, yang berarti cahaya. Dan cahayanya hanya untuk Alvaro. "Jika dengan kesabarannya Fatimah Az-Zahra binti Muhammad bisa mendapatkan seorang Ali bin Abi Thalib Akankah aku bisa mendapatkanmu dengan menunggu dan mengadukan rasaku...